Harga Emas Jatuh karena Rencana Stimulus Jepang

Harga emas pada perdagangan Jumat pekan lalu naik 0,8 persen hingga menyentuh angka USD 1.739,51 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Mei 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2020, 09:00 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas tergelincir karena pasar saham Jepang naik di tengah berita mengenai program stimulus yang mendorong minat investor akan aset berisiko. Namun, ketegangan baru soal Hong Hong membatasi penurunan harga emas.

Mengutip CNBC, Selasa (26/5/2020), harga emas di pasar spot turun 0,5 persen ke level USD 1.726,18 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,5 persen menjadi USD 1.726,60 per ounce.

"Saya pikir kenaikan harga saham dan aset berisiko lainnya mungkin telah mengurangi daya tarik untuk emas dalam jangka pendek," kata analis IG Markets Kyle Rodda.

"Tampaknya langkah harga emas untuk menembus harga psikologis di atas USD 1.740 per ounce hingga USD 1.750 per ounce masih terlalu berat." tambah dia.

Harga emas pada perdagangan Jumat pekan lalu naik 0,8 persen hingga menyentuh angka USD 1.739,51 per ounce, sebelum kemudian mengalami tekanan.

Surat kabar Nikkei melaporkan bahwa Jepang tengah mempertimbangkan stimulus baru senilai lebih dari USD 929 miliar, yang sebagian besar terdiri dari program bantuan keuangan untuk perusahaan yang terkena pandemi Corona.

Indeks saham acuan Nikkei Jepang kemudian melonjak 1,5 persen setelah adanya laporan tersebut.

Stimulus Jepang ini menutupi sentimen ketidakpastian politik AS dengan China mengenai persoalan Hong Kong. Ribuan orang di Hong Kong pada hari Minggu melakukan protes rencana Beijing untuk memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong.

Emas dipandang sebagai aset safe haven selama ketidakpastian politik dan ekonomi. Namun karena ada sentimen stimulus Jepang maka harga emas tak mampu naik.

AS-China Memanas, Harga Emas Bakal Meroket Pekan Ini?

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sebelumnya, ketegangan yang semakin meningkat antara AS dan China membuat harga emas dalam tren meningkat. Emas naik mengincar meningkatnya ketegangan geopolitik yang akhirnya bisa membantu emas menembus level USD 1.800 per ounce.

"Investor mungkin melihat sejarah berulang sebagai ketegangan geopolitik, dengan China di pusat, menghidupkan kembali kekhawatiran tentang perang perdagangan lain," kata ahli strategi ING dikutip dari Kitco, Senin (25/5/2020).

Meningkatnya hubungan AS-China terjadi ketika Negeri Tirai Bambu tersebut menerbitkan rancangan undang-undang untuk memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong menyusul gelombang protes anti-pemerintah tahun lalu di kota itu.

“Undang-undang tersebut mengatur kemungkinan bentrokan antara keamanan Cina dan demonstran pro-demokrasi di Hong Kong, serta ulasan tentang hubungan perdagangan khusus kota tersebut oleh AS. Keduanya berdiri untuk menyebabkan kinerja yang berkepanjangan di Hang Seng," kata kepala penelitian London Capital Group Jasper Lawler. 

AS telah mengutuk proposal China, menyebutnya sebagai 'bencana' dan mendesak China untuk mempertimbangkan kembali.

"Ini bisa memicu protes baru di bekas koloni mahkota Inggris, menyebabkan hubungan yang sudah penuh antara China dan AS memburuk lebih jauh," kata analis Commerzbank Cartsen Fritsch.

Meskipun harga emas mengalami reli pada hari Jumat, logam mulia telah terjebak dalam kisaran yang cukup sempit. Untuk Juni, Comex emas berjangka diperdagangkan terakhir di USD 1,734.50, naik 0,73 persen pada hari itu.

“Emas bertindak sangat baik. Kami melihatnya turun dari bawah bersama dolar yang lebih kuat. Emas menguji level USD 1.722, yang merupakan rata-rata bergerak 20 hari. Itu menggembirakan memasuki akhir pekan yang panjang," kata ahli strategi pasar senior LaSalle Futures Group, Charlie Nedoss, kepada Kitco News.

"Sangat besar bahwa emas dapat memperoleh keuntungan dengan dolar yang lebih kuat di sini," tutup dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya