Liputan6.com, Jakarta - Pandemi covid-19 yang menyelimuti seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia, membawa berbagai dampak. Mulai dari Kesehatan, ekonomi, dan tak kalah penting adalah kesehatan mental.
Perubahan drastis dari pola kebiasaan masyarakat pada umumnya, memunculkan berbagai ketidaknyamanan. Seperti pembatasan sosial untuk memutus mata rantai persebaran virus ini, yang mendorong pada normal baru seperti salah satunya work from home (wfh) dan kebijakan yang mengacu pada protokol kesehatan lainnya, agar kegiatan sosial ekonomi masyarakat tetap berjalan.
Founder Rumah Perubahan yang kini mengembangkan platform Mahir Academy Prof. Rhenald Kasali memaparkan dampak psikologis dari normal baru yang terbentuk dari pandemi covid-19 ini.
Advertisement
Menurutnya, masyarakat memiliki kecenderungan untuk menunggu bagaimana virus ini bekerja, namun juga harus ada batas waktunya. Sehingga, ketika pada saatnya situasi tak kunjung membaik, maka perlu ada tindakan.
Baca Juga
"Kalau bisa ditunggu, tunggu. Tapi harus ada batas waktunya. Jadi ini memang debatable soal waktu," ujarnya dalam webinar Facing Post Covid-19 Business World, Sabtu (30/5/2020).
"Tetapi, kalau ekonomi, waktu 2 bulan itu adalah batas waktu bagaimana kita harus bisa menggerakan lagi," sambungnya.
Kemudian, lanjutnya, masyarakat juga mulai mencari informasi serta kebenarannya, yang menurut World Health Organization (WHO) disebut infodemik.
dalam paparannya, infomedik dijelaskan sebagai informasi yang melebih-lebihkan keadaan dan menyesatkan, baik itu benar atau salah, dan menurut para ahli sedang menyebar di seluruh dunia.
Kondisi Manusia
Dalam normal baru, Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia (UI) sekaligus Praktisi Bisnis ini menyebutkan adanya explore (finding new business model), atau eksplorasi jenis usaha dengan merespon pasar saat pandemi.
Adapun kondisi terakhir yang disebutnya adalah leaving.
"Biasanya manusia ini leaving karena desperate, dalam situasi covid-19 orang bisa suicide atau kalau bisnisnya mundur akhirnya di takut rugi kemudian terjadilah merger dan akuisisi," bebernya.
leaving secara psikologis, dalam situasi sekarang juga dapat berdampak terbentuknya post traumatic stress disorder, yakni gangguan mental akibat pengalaman traumatis yang pernah dialami atau disaksikan langsung oleh seseorang. Gangguan ini membuat seseorang kerap berpikiran negatif, gelisah, dan emosi.
"Sekarang ini kita sedang alami, dengan ciri-cirinya, takut berlebihan, stress, anxiety, insomnia, anger," kata Rhenald.
Rhenald menambahkan ciri-ciri lainnya, seperti perasaan merasa sendiri atau kesepian, dan juga putus asa.
"Kemudian juga lonely, hopeless, dan saya tidak heran juga, selalu dalam situasi seperti ini diantara sejumlah pihak ada ketidak percayaan pada otoritas," pungkas dia.
Advertisement