Indonesia Bakal Jadi Produsen Baterai Lithium Terbesar Nomor 2 di Dunia

Untuk itu pemerintah telah membangun kawasan industri terintegrasi bernilai tambah di Konawe, Morowali dan Weda Bay.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jun 2020, 19:15 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2020, 19:15 WIB
Baterai ion lithium super ini bisa mengisi baterai pesawat dalam satu jam.
Baterai ion lithium super ini bisa mengisi baterai pesawat dalam satu jam. (ABC News: Elicia Kennedy)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan Indonesia menjadi negara pengekspor baterai lithium nomor dua terbesar di dunia.

Untuk itu pemerintah telah membangun kawasan industri terintegrasi bernilai tambah di Konawe, Morowali dan Weda Bay.

"Pembangunan industri kita arahkan dari hulu ke hilir. Kita membuat dari nikel menjadi turunannya untuk lithium baterai dan sekarang kita eksplor," kata dia melalui video conference di kanal Zoom, Jumat (5/6/2020).

Menurutnya, industri ramah lingkungan menjadi fokus utama pemerintah sehingga akan terus dikembangkan. Nantinya pasca pandemi, sektor hilirisasi minerba ini akan menjadi prioritas utama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tengah terpuruk.

Dalam pelaksanaannya, Luhut menegaskan bahwa investor asing diharuskan melakukan transfer teknologi ke Indonesia. Aturan ini merupakan syarat utama yang harus dipenuhi dalam skema kerja sama penanaman modal di Tanah Air.

Pemerintah sendiri menargetkan pada 2024 industri di tiga lokasi tersebut mampu menyerap tenaga kerja lokal lebih dari 100 persen.

 

Tenaga Kerja Terbatas

Aktivitas pekerja asing di dalam areal PT IMIP, Morowali, Sulawesi Tengah.(Liputan6.com/dokumen PT IMIP)
Aktivitas pekerja asing di dalam areal PT IMIP, Morowali, Sulawesi Tengah.(Liputan6.com/dokumen PT IMIP)

Namun, Luhut berujar bahwa kurangnya tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi dalam bidang teknik di Indonesia menjadi tantangan yang cukup berat dalam pengembangan industri ramah lingkungan.

Oleh karenanya, semua pihak diimbau fokus menyiapkan program pengembangan sumber daya manusia untuk mewujudkan industri yang terintegrasi dan ramah lingkungan. Pun, koordinasi yang solid antara kementerian dan lembaga terkait penting dalam merumuskan regulasi.

"Kita punya kekayaan hutan, koral, mangrove. kita super power dan sekarang kita harus eksplor," tandasnya

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya