Simak, Konsep Pengembangan Moda Transportasi Jabodetabek

Pembangunan transportasi umum di Jabodetabek menjadi hal yang penting

oleh Athika Rahma diperbarui 12 Agu 2020, 13:20 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2020, 13:20 WIB
FOTO: Cegah Antrean Penumpang, Aparat Keamanan Diterjunkan di Stasiun Bogor
Petugas stasiun memandu penumpang KRL Commuterline di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/6/2020) pagi. Puluhan polisi, TNI, Satpol PP, dan petugas stasiun diterjunkan untuk memandu penumpang mengantisipasi antrean panjang seperti kemarin. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan transportasi umum di Jabodetabek menjadi hal yang penting mengingat masifnya pergerakan orang di kawasan ini setiap harinya, bahkan di masa pandemi Covid-19.

Advicer Indonesia Intelegent Transportasi System (IITS) Elly Sinaga menyebutkan, populasi Jabodetabek yang besar menjadi salah satu potensi pengembangan angkutan umum. Hal ini terbukti dari jumlah perjalanan dengan angkutan umum yang mencapai 88 juta per hari.

"Populasi yg besar ini salah satu potensi memgembangkan angkutan umum dan dia punya trip rate cukup tinggi. Saya dengar terakhir trip rate di Jabodetabek sudah 88 juta, dengan populasi 31 juta (jiwa), ini berarti kira-kira 1 orang trip ratenya 2,8, ini tinggi sekali," ujar Elly dalam webinar Pengembangan Angkutan Umum Perkotaan, Rabu (12/8/2020).

Lantas, bagaimana seharusnya angkutan umum di Jabodetabek dikembangkan untuk memenuhi permintaan ini?

Elly menjelaskan, sebenarnya Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) sudah memiliki Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ) yang termaktub dalam Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2018, sehingga pengelolaan angkutan umumnya dapat lebih terarah.

Terdapat Key Performance Index (KPI) yang dapat dijadikan pedoman. Misalnya, coverage area (wilayah yang ter-cover angkuran umum) harus 80 persen. Lalu, maximal interchange (pergantian/transit komuter dari satu moda ke moda lain) maksimal hanya 3 kali.

"Lalu dalam 20 tahun ke depan setelah tahun 2018, modal share angkutan umum harus mencapai minimal 60 persen," lanjut Elly.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Waktu Tempuh Jabodetabek Area

Transjakarta Tambah Armada
Bus gandeng Transjakarta melintas di Jalan Sudirman, Jakarta, Minggu (2/8/2020). PT Transjakarta akan menambah armada sebanyak 155 mengantisipasi lonjakan pelanggan saat diberlakukan kebijakan ganjil genap di sejumlah ruas jalan utama Jakarta pada Senin, 3 Agustus 2020. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Kemudian, KPI lainnya ialah waktu perjalanan maksimal 90 menit, kemudian akses dari dan ke moda angkutan umum berjarak maksimal 500 meter serta perlu disediakannya feeder penghubung.

Elly juga menjelaskan, untuk menjalankan semua itu, dibutuhkan kerjasama antara regulator, operator dan pengguna jasa dengan kunci utama yaitu integrasi.

Dalam pengembangan transportasi umum di Jabodetabek, terdapat 5 aspek integrasi, yaitu integrasi jaringan, integrasi simpul, integrasi layanan, integrasi informasi dan integrasi tarif.

"Ini kalau kita kerjakan yang 5 ini saja, insya Allah, sudah oke (pengembangan transportasi umum di Jabodetabek)," kata Elly.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya