Anies Diminta Tiru China Terapkan PSBB Jakarta

Pemprov DKI Jakarta Diminta lebih memperbaiki tata kelola kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Sep 2020, 14:30 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2020, 14:30 WIB
Jakarta Tarik Rem Darurat, Ganjil Genap Ditiadakan dan Transportasi Umum Dibatasi
Kendaraan melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (10/7/2020). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali tiadakan aturan ganjil genap berdasarkan nomor polisi kendaraan seiring penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Senin (14/9/2020). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom sekaligus Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah, meminta Pemprov DKI Jakarta lebih memperbaiki tata kelola kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara ketat sebelum diimplementasikan pada 14 September mendatang. Alhasil manfaat PSBB efektif untuk memerangi penyebaran virus Corona layaknya lockdown di China.

"PSSB harus benar terencana dengan baik kita siapkan semua dari awal. Sudah tutup semua pintu masuk. Maka dampaknya terstruktur dan tiga bulan pandemi selesai persis China," tegas dia dalam diskusi virtual di Jakarta, Sabtu (12/9/2020).

Menurutnya implementasi dua periode kebijakan PSBB sebelumnya di ibu kota dinilai tak membawa manfaat untuk menekan penyebaran virus Corona. Menyusul masih banyak pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan oleh warga Jakarta.

"Yang sekarang kita sesalkan adalah PSBB pertama dan kedua jauh dari apa yang dibayangkan. Karena PSBB hanya sebutan saja. Banyak pelanggaran masyarakat atas ptotokol kesehatan," ujar dia.

Bahkan, sambung Piter, pelanggaran serupa juga kerap dilakukan oleh Pemerintah. "Dalam artian begini, selama PSBB pertama maupun transisi. Kita lihat pemerintah banyak yang tidak pakai masker," terangnya.

Imbasnya manfaat PSBB tidak mampu menghentikan penyebaran virus Corona jenis baru yang amat berbahaya bagi kesehatan manusia. "Karena dua-duanya (warga dan pemerintah) tidak siap kita lockdown. Maka akan sia-sia," tegasnya.

Maka dari itu, Pemprov DKI Jakarta diminta lebih merencanakan secara matang atas rencana pelaksanaan PSBB jilid ketiga ini. Termasuk meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat agar manfaat PSBB bisa lebih efektif.

Tak hanya itu, dalam implementasinya penegakan hukum juga harus lebih digalakkan. Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan efek jera dan meningkat kesadaran warga ibu kota atas penerapan protokol kesehatan di masa kedaruratan kesehatan ini.

"Sehingga proses tracking kita, bagi yang terkena (Covid-19) dilakukan secara benar. Maka dampaknya akan efektif. Energi dan mental kita jangan sampai dihabiskan oleh buka tutup PSBB," imbuh dia.

Merdeka.com

Tersengat PSBB Jakarta, Rupiah Bisa Sentuh 17.000 per Dolar AS Bulan Depan

PSBB Tangerang Raya Diperpanjang hingga 8 Agustus 2020, Warga Abaikan Protokol Kesehatan
Orang tua dan anak-anak bermain di area bermain tanpa abaikan protokol kesehatan di Community Center, Pamulang Barat, Tangerang Selatan, Senin (27/7/2020). PSBB Tangerang Raya diperpanjang untuk meningkatkan kedisiplinan warga yang dinilai sudah menurun. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan akan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid II di Jakarta pada Senin, 14 September 2020 mendatang. Keputusan tersebut langsung berimbas pada nilai tukar rupiah yang semakin membengkak.

Pada Jumat (11/9/2020) kemarin, mata uang garuda ditutup melemah 35 poin atau 0,24 persen menjadi Rp 14.890 per dolar Amerika Serikat (AS), dari sebelumnya Rp 14.855 per dolar AS.

Direktur PT TRFX Harus Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan, bukan tidak mungkin kurs rupiah bakal menyentuh level Rp 17 ribu per dolar AS pada Oktober 2020 akibat pemberlakuan PSBB ini.

"Kemungkinan besar akan ke Rp 17 ribu. Kemungkinan bisa di bulan Oktober, dia akan mencapai segitu," kata Ibrahim kepada Liputan6.com, Sabtu (12/9/2020).

Dalam waktu dekat, Ibrahim memprediksi kurs rupiah akan terus melemah hingga menembus Rp 15.800 per dolar AS pada bulan ini. Tentu saja keputusan dadakan Anies tersebut yang jadi penyebabnya.

"Kemungkinan di bulan September ini akan di Rp 15.500-15.800 (per dolar AS). Ini akibat kecerobohan dari Gubernur DKI Jakarta yang memberikan satu informasi, tapi belum melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat," ujarnya.

Menurut dia, rupiah semustinya bisa baik-baik saja jika memang PSBB bakal kembali diterapkan di DKI. Asalkan, Anies tidak memberikan kabar yang mengagetkan seperti inim

"Kalau Anies memperpanjang PSBB rupiah juga bisa tetap akan kuat. Tapi ini kan orang kayak sengatan listrik," kata Ibrahim.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya