Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan meluncurkan satelit multifungsi Satria yang merupakan kependekan dari Satelit Indonesia Raya pada kuartal III 2023. Satelit ini untuk mendukung pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informasi yang menyeluruh.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, memastikan terselenggaranya pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informasi. Sebagai gambaran infrastruktur Internet 4G di Indonesia masih terdapat 12.548 desa dan kelurahan, yang perlu dilengkapi dengan kehadiran sinyal 4G
Baca Juga
“Setidak-tidaknya selambat-lambatnya hingga Tahun 2022 yang sudah di dalam program Kementerian kominfo. Di saat bersamaan kita juga mentargetkan peluncuran satelit multifungsi satelit Indonesia Raya atau Satria Satu yang kita harapkan bisa diletakkan di orbit selambat-lambatnya pada Kuartal ketiga tahun 2023,” kata Johnny dalam Peluncuran Pelatihan Digital UMKM di Indonesia, di Jakarta, Senin (5/10/2020).
Advertisement
Hal itu untuk memenuhi kebutuhan 150.000 titik layanan publik dari 500.000 titik pelayanan publik yang ada di Indonesia. Di masa pandemi ini, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo telah menghadirkan akses internet di lebih dari 7.634 titik dan akses internet tidak dibebankan biayanya kepada pengguna di titik-titik tersebut.
Melainkan disediakan secara gratis akses internet, yang mana hadirnya wi-fi yang dihubungkan langsung dengan satelit-satelit yang telah digunakan saat ini. Kata Johnny, di orbit ada 9 satelit yang digunakan untuk keperluan Telekomunikasi Indonesia.
Lima diantaranya satelit yang dikelola dan dimiliki oleh Indonesia, dan 4 lainnya adalah satelit-satelit yang dimiliki oleh perusahaan global, yang di sewa sebagian kapasitasnya oleh Kementerian Kominfo.
“Seluruh agenda kebijakan ini tentu selaras dengan arahan Bapak Presiden yang berkaitan dengan transformasi digital di Indonesia. Agenda perluasan pembangunan infrastruktur telekomunikasi tersebut tentu harus dibarengi dengan kesiapan masyarakat untuk memanfaatkan akses internet tersebut secara baik,” ujarnya.
Oleh karena itu, Pemerintah bersama pemangku kepentingan terkait perlu memastikan bahwa internet yang sudah tersedia digunakan untuk tujuan yang positif, untuk tujuan yang produktif, tujuan yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat, guna mewujudkan ruang digital indonesia, yang sehat, bermanfaat bagi masyarakat.
Lanjutnya, kebijakan ini menggambarkan pendekatan yang komprehensif, di mana pemerintah memberikan perhatian pada pemberdayaan ekosistem telekomunikasi sebagai satu kesatuan yang holististik.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Ini Alasan Indonesia Pakai Roket SpaceX untuk Luncurkan Satelit Satria
Sebelumnya, Indonesia akan meluncurkan satelit internet cepat Satria pada 2023. Rencananya, satelit Satria ini akan diluncurkan dengan roket Falcon 9 5500 milik perusahaan aerospace Elon Musk, SpaceX.
Diungkapkan oleh Direktur Utama PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) Adi Rahman Adiwoso, alasan pihaknya memilih perusahaan roket Elon Musk ketimbang yang lain adalah reputasi baik dari SpaceX.
Memang, SpaceX belum lama ini telah sukses mengirim dan membawa pulang astronot NASA ke dan dari Stasiun Antariksa Internasional (ISS) menggunakan layanannya. Di samping itu, perusahaan Elon Musk itu juga sukses dalam misi-misinya yang lain sebelumnya.
"Waktu kami adakan tender ke perusahaan roket, kita cuma ada dua (perusahaan)," kata Adiwoso saat konferensi pers penandatanganan MoU PT SNT dan Thales Alenia Space terkait konstruksi satelit Satria, pada Kamis 3 September 2020.
Kedua perusahaan itu adalah Ariane dan SpaceX. Menurut Adiwoso, keduanya sama-sama punya reputasi baik namun pada akhirnya pilihan dijatuhkan pada SpaceX.
"Kalau saya sebagai pembeli satelit, roket itu tidak lebih dari transportasi ke luar angkasa. Keduanya (Ariane dan SpaceX) punya reputasi baik, sehingga kami pakai SpaceX yang pernah pakai juga di Nusantara 1. Kami ingin berikan yang terbaik," ujar Adiwoso.
Advertisement
Perusahaan Lain yang Ikut Tender
Lebih lanjut, menurut Adiwoso, sebenarnya ada empat perusahaan roket yang berpartisipasi dalam tender internasional untuk meluncurkan satelit Satria.
Selain Ariane dan SpaceX, dua perusahaan lain yang ikut dalam tender ini adalah perusahaan roket dari Rusia dan Tiongkok.
Namun, karena adanya embargo dari negara-negara barat untuk pemakaian roket Tiongkok, perusahaan Tiongkok tersebut tidak dipilih.
"Jadi (perusahaan Tiongkok) nggak bisa dipilih," katanya.
Sementara perusahaan roket Rusia tidak bisa dipilih karena pihaknya melihat saat tender berlangsung, banyak roket Rusia yang gagal meluncur.
"Pada waktu itu, roket Rusia banyak gagal jadi kita nggak berani pilih, akhirnya antara Ariane dengan SpaceX. Kami pilih SpaceX," ujarnya.