BPS Prediksi Produksi Padi di 2020 Capai 55,16 Juta Ton

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan luas panen padi pada 2020 sebesar 10,79 juta hektar.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Okt 2020, 14:50 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2020, 14:50 WIB
Ilustrasi – Petani di Cingebul, Lumbir, Banyumas sedang panen padi. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Petani di Cingebul, Lumbir, Banyumas sedang panen padi. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan luas panen padi pada 2020 sebesar 10,79 juta hektar. Angka ini mengalami kenaikan sebanyak 108,93 ribu hektar atau 1,02 persen dibandingkan luas panen tahun 2019 yang sebesar 10,68 juta hektar.

“Karena luas panen yang meningkat, otomatis produksi padi-nya juga mengalami peningkatan,” ujar Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto dalam video konferensi, Kamis (15/10/2020).

Produksi padi pada 2020 diperkirakan sebesar 55,16 juta ton gabah kering giling (GKG). Naik sebanyak 556,51 ribu ton atau 1,02 persen dibandingkan produksi di tahun 2019 yang sebesar 54,60 juta ton GKG.

“Jadi potensi produksi produksi padi pada tahun 2020 diperkirakan akan sebesar 55,16 juta ton gabah kering giling. Berarti ada peningkatan 1,02 persen. Kalau realisasi sampai dengan September memang menurun, tetapi kita harapkan potensi pada bulan Oktober sampai dengan Desember itu bisa terwujud,” kata Kecuk.

Lebih lanjut, Kecuk menerangkan jika potensi produksi padi pada 2020 dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2020 diperkirakan sebesar 31,63 juta ton. Mengalami kenaikan sebanyak 314,10 ribu ton atau 1,00 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 31,31 juta ton.

“Dengan melakukan konversi dari gabah kering giling ke produksi beras, maka pada tahun 2020 ini produksi beras kita diperkirakan sebesar 31,63 juta ton. Meningkat 1 persen dibandingkan produksi beras tahun lalu,” kata Kecuk.

“Yang perlu kita perhatikan adalah peringatan akan adanya fenomena La Nina,” imbuhnya.

Fenomena La Nina diperkirakan akan mengakibatkan curah hujan pada akhir tahun lebih tinggi dibandingkan dengan masa normal. Curah hujan tinggi bisa mengakibatkan bencana hidrometeorologi yang turut mempengaruhi hasil panen.

Upah Buruh Tani Stabil, BPS Pastikan Daya Beli Aman

FOTO: Sektor Pertanian Melesat di Masa Pandemi COVID-19
Petani menanam padi di sawah kawasan Tangerang, Banten, Jumat (7/8/2020). PDB pertanian tumbuh 16,24 persen pada triwulan-II 2020 (q to q), bahkan secara y0y sektor pertanian tetap berkontribusi positif yakni tumbuh 2,19 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Upah nominal harian buruh tani nasional pada September 2020 tercatat naik sebesar 0,08 persen dibanding upah buruh tani Agustus 2020, yaitu dari Rp 55.677 menjadi Rp 55.719 per hari. Sementara itu, upah riil buruh tani mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen.

“Upah buruh tani pada bulan September tahun 2020 ini adalah sebesar Rp 55.719 per hari. Kalau kita bandingkan dengan upah buruh tani pada bulan Agustus yang lalu, boleh dibilang agak flat. Tetapi karena pada bulan ini di pedesaan terjadi deflasi sebesar 0,07 persen, upah riil buruh tani meningkat tipis 0,15 persen. Dengan kata lain daya beli dari petani pada bulan September ini relatif terjaga,” jelas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto dalam video konferensi, Kamis (15/10/2020).

Kenaikan juga terjadi pada Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor). Yakni naik 0,98 persen dibanding Agustus 2020, dari Rp 89.872 menjadi Rp 90.753 per hari. Sementara upah riil mengalami kenaikan sebesar 1,03 persen

“Jadi upah buruh tani dan upah buruh bangunan oke, daya belinya masih cukup relatif sama dibandingkan posisi bulan yang lalu,” kata Kecuk.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya