KKP Ajak Pengusaha Ikan Hias Manfaatkan Media Sosial

Sepanjang 2019 lalu, nilai ekspor ikan hias Indonesia mencapai USD 7,88 juta untuk ikan hias air laut dan USD 25,22 juta untuk ikan hias air tawar.

oleh Athika Rahma diperbarui 16 Okt 2020, 10:45 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2020, 10:45 WIB
Bisnis Ikan Cupang Hias di Kala Pandemi
Yuko (44) melakukan perawatan rutin ikan cupang hias di Toko Kevrez Betta, Depok, Jawa Barat, Minggu (13/9/2020). Yuko mengaku bahwa meningkatnya penjualan dikarenakan banyak warga memilih memelihara ikan cupang hias sebagai hobi baru atau alternatif selama pandemi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Ikan hias memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan di Indonesia. Berdasarkan data International Trade Center, Indonesia menempati peringkat 3 eksportir ikan hias dunia, di bawah Jepang dan Singapura.

Guna memaksimalkan peluang tersebut , Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) mengajak para pelaku usaha ikan hias, termasuk ikan cupang untuk mememanfaatkan pemasaran digital, salah satunya dengan media sosial.

Sepanjang 2019 lalu, nilai ekspor ikan hias Indonesia mencapai USD 7,88 juta untuk ikan hias air laut dan USD 25,22 juta untuk ikan hias air tawar. Total ekspor ikan hias di periode tersebut mencapai 1,48 ribu ton.

"Ini potensi yang besar dan ikan hias, terutama air tawar juga sudah akrab dengan kita, seperti ikan cupang dan ikan lainnya. Kita ini dekat sekali dengan media sosial, kenapa tidak digunakan secara positif seperti untuk alat usaha," kata Kepala BKIPM, Rina seperti ditulis Jumat (16/10/2020).

BKIPM terus berupaya agar komoditas ikan Indonesia diterima pasar dan memenangkan persaingan dengan menyiapkan pengembangan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB).

Sistem CKIB merupakan pendekatan terkontrol untuk mendorong setiap instalasi karantina ikan mampu memproduksi ikan yang berkualitas, bebas penyakit, aman dan bermutu melalui manajemen pengendalian penyakit ikan secara terintegrasi dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity, biosafety, dan pengendalian ketelusuran data kesehatan ikan (traceability).

 

Hemat Waktu

Bisnis Ikan Cupang Hias di Kala Pandemi
Yuko (44) melakukan perawatan rutin ikan cupang hias di Toko Kevrez Betta, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Minggu (13/9/2020). Selama pandemi, Yuko mengaku dapat meraup omzet bersih hinga Rp6-7 juta per bulan dari penjualan ikan cupang hias. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Dalam kesempatan yang sama, Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Komunikasi Publik Bakhtiar Aly menyampaika, keberadaan media sosial dapat membantu pelaku usaha dan pasar untuk menghemat waktu.

“Yang menjadi kegalauan adalah banyaknya hoaks yang lebih cepat tersebar dan meresahkan masyarakat”, ungkap Bakhtiar.

Senada, praktisi media sosial sekaligus influencer Deecy Lauw menyebut medsos membuka ruang untuk branding produk UMKM. Dia pun berbagi cerita terkait pemanfaatan akun medsos bagi pelaku usaha. Dimulai dengan pemilihan nama brand yang sederhana dan mudah diingat, kemudian mengulas keunggulan produk.

"Yang penting juga, tentukan mau gunakan platform media sosial mana, karena tiap medsos punya karakteristik yang berbeda," jelas Deecy.

Sebagai informasi, guna memajukan bisnis ikan hias di Indonesia, BKIPM sebelumnya mengadakan pertemuan dengan pemangku kepentingan di Tangerang dan dilanjutkan dengan menggelar workshop bagi pelaku usaha di Bandung, Jawa Barat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya