Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah Brent naik mendekati level USD 50 per barel pada perdagangan Jumat, karena ekspektasi paket stimulus ekonomi AS. Selain itu, kabar terbaru mengenai vaksin Covid-19 juga mendorong kenaikan harga minyak.
Seperti diketahui, pemerintah AS tengah mengajukan paket stimulus bantuan Corona senilai USD 908 miliar. Pengajuan ini mendapat momentum di Konggres AS.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Sabtu (5/12/2020), harga minyak Brent ditutup naik 1,11 persen dan menetap di USD 49,25 per barel setelah dalam perdagangan intraday sempat mencapai level tertinggi sejak Maret di USD 49,92 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate naik 0,99 persen ke level USD 46,26 per barel setelah menyentuh angka tertinggi USD 46,68 per barel.
Advertisement
Kedua tolok ukur harga minyak internasonal ini telah mebukukan keuntungan selama lima pekan berturut-turut.
“Harga minyak terus bergerak lebih tinggi meskipun ada peristiwa yang sangat buruk. Ini semua tentang stimulus,” kata Direktur Mizuho New York, Bob Yawger.
OPEC+, yang terdiri merupakan organisasi Negara Pengekspor Minyak dan beberapa sekutunya, menyetujui untuk meningkatkan produksi mulai Januari. Namun peningkatan tersebut tidak besar.
OPEC+ lebih memilih untuk melanjutkan sebagian besar pembatasan pasokan yang ada untuk mengatasi permintaan yang melemah akibat atau dampak dari pandemi Corona Covid-19.
OPEC dan Rusia pada Kamis kemarin sepakat untuk mengurangi produksi minyak mulai Januari sebesar 500 ribu barel per hari. Mengenai rencana kenaikan akan dibicarakan pada kesepakatan bulan berikutnya.
OPEC+ diperkirakan akan melanjutkan pemotongan produksi minyak hingga setidaknya Maret, setelah mundur dari rencana untuk meningkatkan produksi sebesar 2 juta barel per hari.
Dengan adanya kesepakatan ini maka akan mengurangi produksi minyak sebesar 7,2 juta barel per hari atau 7 persen dari permintaan global mulai Januari. Sedangkan pada kesepakatan sebelumnya pemotongan yang dilakukan sebesar 7,7 juta barel per hari.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Perdagangan Sebelumnya
Sebelumya, OPEC dan sekutu non-OPEC, setelah berhari-hari diskusi tegang, sepakat pada Kamis untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari mulai Januari. Dengan demikian, total pengurangan produksi pada awal 2021 menjadi 7,2 juta barel per hari.
Menjelang pertemuan, OPEC dan mitranya, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC +, diperkirakan secara luas memperpanjang pemotongan produksi saat ini sebesar 7,7 juta barel per hari hingga setidaknya Maret. Pembicaraan ditangguhkan pada hari Selasa setelah menjadi jelas bahwa mereka tidak dapat mencapai kompromi.
Para menteri perminyakan dari kelompok 23 anggota, yang terdiri dari beberapa produsen minyak mentah terbesar dunia, memulai pertemuan mereka sekitar pukul 10 pagi ET, menyusul penundaan selama beberapa jam.
"500.000 bpd dari Januari bukanlah skenario mimpi buruk yang ditakuti pasar, tetapi bukan itu yang benar-benar diharapkan beberapa minggu lalu," kata analis senior pasar minyak Rystad Energy Paola Rodriguez Masiu, seperti dikutip dari CNBC, Jumat (4/12/2020).
"Pasar sekarang bereaksi positif dan harga mencatat kenaikan kecil karena 500.000 pasokan tambahan tidak mematikan untuk keseimbangan," tambahnya.
Setelah pertemuan tersebut, patokan internasional minyak mentah Brent diperdagangkan 1,4 persen lebih tinggi pada USD 48,92 per barel, sementara kontrak berjangka West Texas Intermediate AS ditutup 36 sen, atau 0,8 persen, lebih tinggi pada USD 45,64 per barel.
Kedua kontrak harga menghentikan penurunan beruntun beberapa hari di sesi sebelumnya, ditutup lebih tinggi karena mendorong berita vaksin Covid-19. Harga minyak tetap lebih dari 25 persen lebih rendah dari tahun ke tahun.
Pada bulan April, setelah beberapa hari pembicaraan yang berlarut-larut, OPEC + menyetujui pemotongan produksi minyak tunggal terbesar dalam sejarah. Rekor pemotongan 9,7 juta barel per hari dimulai pada 1 Mei, tetapi kemudian diturunkan menjadi 7,7 juta pada Agustus.
Advertisement