DPR: Penerapan Energi Terbarukan 23 Persen di 2025 Sulit Tercapai

DPR menilai pesimis tercapainya target program Bauran Energi Terbarukan 23 Persen pada 2025 mendatang

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Des 2020, 17:30 WIB
Diterbitkan 21 Des 2020, 17:30 WIB
Kincir angin dan dan panel surya memberikan energi listrik di Dusun Bondan, Ujungalang, Kampung Laut, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo).
Kincir angin dan dan panel surya memberikan energi listrik di Dusun Bondan, Ujungalang, Kampung Laut, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo).

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat RI, Syaikhul Islam menilai pesimis tercapainya target program Bauran Energi Terbarukan 23 Persen pada 2025 mendatang. Menyusul lambannya proses penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Energi Baru dan Terbarukan (RUU EBT).

"Terkait target 2025 melalui program bauran energi sebesar 23 persen kemungkinan sulit untuk di capai. Tapi kalau melihat saat ini kemungkinan besar pasti tidak tercapai. Karena proses penyusunan RUU EBT sendiri masih terus berkutat di tahapan awal," tuturnya dalam dalam webinar Peran Parlemen Dalam Mendorong Transisi Energi di Indonesia, Senin (21/12/2020).

Syaikhul mengatakan, saat ini proses penyusunan RUU EBT sendiri masih dalam tahap awal yakni masih berupa naskah akademik. "Karena masih harus memenuhi masukkan parah akademisi, selain juga belum adanya rencana percepatan," paparnya.

Padahal, untuk menyukseskan program tranformasi energi terbarukan mutlak diperlukan regulasi yang menunjang. Salah satunya dengan segera dikebutnya penyusunan RUU EBT agar segera disahkan oleh parlemen .

"Karena dengan disahkannya ruu ini maka akan segera juga diselesaikan itu soal bauran energi. Saya kira itu kuncinya," paparnya.

Tantangan lainnya yang dinilai akan menghambat keinginan pemerintah untuk mempercepat proses transformasi dari energi fosil ke energi ramah lingkungan lainnya pada 2025 mendatang ialah terkait pembiayaan. Hal ini dikarenakan masih seretnya penerimaan negara akibat dampak pandemi Covid-19.

"Karena ga mungkin program bauran energi terbarukan ini berhasil tanpa juga didukung oleh pembiayaan yang memadai. Sehingga kalau berkaca pada saat ini akan sulit mencapainya," ucap dia mengakhiri.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Target Dirjen Baru

FOTO: Melihat Sumber Energi Ramah Lingkungan di Weining China
Foto yang diabadikan dari udara menunjukkan instalasi tenaga angin di wilayah Weining, Provinsi Guizhou, China, 26 April 2020. (Xinhua/Tao Liang)

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif resmi menunjuk Dadan Kusdiana sebagai Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) per hari ini, Jumat (6/11). Dadan meneruskan tongkat estafet dari F.X Sutijastoto yang telah memasuki masa purnabakti.

"Saya harap Saudara bisa membantu mewujudkan program strategis EBT," kata Arifin dalam acara Pelantikan Pimpinan Tinggi Madya (eselon 1) dan satu orang Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama (eselon 2) di Kementerian ESDM, Jumat (6/11).

Arifin mengharapkan Dirjen EBTK anyar ini mampu menjawab tantangan dalam mempercepat proses pemulihan perekonomian pasca pandemi Covid-19 melalui green economy. Salah satu langkah yang bisa ditempuh melalui peningkatan porsi bauran EBT pada bauran energi nasional menjadi 23 persen pada 2025 mendatang.

"Saat ini realisasi bauran EBT masih di bawah 10 persen," ungkapnya.

Sulaeman

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya