2 Target Besar Kementerian Koperasi dan UKM di 2021, Bisa Tercapaikah?

Saat ini kinerja ekspor UMKM Indonesia masih yang rendah, ranking ke-5 di ASEAN sebesar 14,37 persen terhadap kontribusi ekspor nasional.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Jan 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2021, 19:00 WIB
Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman. (Dok Kemenkop UKM)
Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman. (Dok Kemenkop UKM)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan 2 hal besar untuk sektor UMKM di 2021. Pertama adalah peningkatkan ekspor yang signifikan. Kedua masuk dalam rantai pasok nasional, regional dan global.

Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman mengatakan, dia target ini cukup berat untuk dicapai karena bersaing dengan produk luar negeri. Maka Indonesia harus punya persepsi yang sama bagaimana mengembangkan UMKM maju dan menjadi unggulan ekspor serta menjadi lokomotif reformasi ekonomi.

"Ekonomi yang stagnan pada ekspornya dan diharapkan ekspornya naik didorong oleh UMKM. Kalau UMKM tumbuh sekaligus akan menyelesaikan masalah redistribusi income,” kata Hanung, dalam keterangannya, Minggu (3/1/2021).

Faktanya saat ini kinerja ekspor UMKM Indonesia masih yang rendah, ranking ke-5 di ASEAN sebesar 14,37 persen terhadap kontribusi ekspor nasional. KemenKopUKM menargetkan kontribusi ekspor UMKM mencapai 21,6 persen pada 2024 dari 14,37 persen pada 2020. Dibandingkan negara China atau Singapura misalnya, lain, kontribusi UMKM terhadap ekspor negaranya sangat tinggi mencapai 60 persen (China) dan 40 persen (Singapura).

Fakta lainnya, keterlibatan UMKM pada rantai pasok juga masih minim hanya mencapai 6,3 persen dalam rantai nilai global.

"Rendahnya kinerja ekspor UMKM Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa tantangan, seperti akses terhadap informasi pasar sangat rendah, baru 16 persen UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Keterbatasan Produksi

Target Penyaluran Banpres Produktif untuk UMKM
Pekerja menyelesaikan pembuatan kue kering di Jakarta, Rabu (30/9/2020). Kemenkop UKM menyatakan realisasi penyaluran bantuan presiden (Banpres) produktif untuk UMKM senilai 2,4 juta/UKM hingga 21 September 2020 mencapai 5.909.647 usaha mikro atau sekitar 64,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tantangan lainnya adalah keterbatasan skala kapasitas usaha dan standar produk, tingginya biaya transaksi dan kontrak, rendahnya akses pembiayaan hanya 19,41 persen yang terakses dengan lembaga pembiayaan dan tingginya biaya logistik.

“Strategi untuk meningkatkan ekspor UMKM dilakukan dengan mengembangkan market intelligence agar UMKM mudah dapat akses informasi, melibatkan ahli untuk kurasi champion sehingga dapat masukan untuk memperbaiki produk, digitalisasi UMKM,” kata Hanung.

Strategi yang juga diusung adalah memperluas creative space di daerah, keterbukaan informasi dan chanel distribusi, membantu standarisasi, sertifikasi, investasi atau IPO serta memperkuat kemitraan melalui factory sharing berbasis value chain.

“Melaksanakan strategi ini tidak bisa KemenKopUKM sendiri tetapi bekerja sama dengan K/L lain seperti Kementerian BUMN, Kementerian Perhubungan,” ungkapnya.

Untuk melaksanakannya, dibentuk dalam klaster atau sektor unggulan yang akan masuk ke pasar ekspor, yakni klaster pangan, perikanan dan peternakan dan ekonomi kreatif.

Demikian Hanung mengatakan untuk mendorong UMKM masuk ke dalam rantai pasok global dilakukan dengan menurunkan biaya operasional dan transaksi, menurunkan risiko UMKM antara lain melalui skema khusus pembiayaan, UMKM terdigitalisasi, dan perluasan pasar UMKM melalui kemitraan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya