Harus Tahu, Kabar BI akan Cetak Uang Rp 300 Triliun Itu Hoaks

BI menegaskan jika kabar bank sentral mencetak uang kartal Rp 100 triliun-Rp 300 triliun akibat kondisi keuangan negara yang sedang kritis itu jelas tak benar.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 27 Jan 2021, 18:16 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2021, 18:16 WIB
Banner hoaks
Banner hoaks

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) menepis kabar tak benar alias hoaks terkait pencetakan uang sebanyak Rp 300 triliun. Dalam informasi palsu tersebut, dikatakan bank sentral akan melakukan pencetakan uang bernilai bombastis itu dalam rangka membantu darurat keuangan yang dialami Indonesia saat ini.

Direktur Eksekutif Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, menegaskan jika kabar BI mencetak uang kartal Rp 100 triliun-Rp 300 triliun akibat kondisi keuangan negara yang sedang kritis itu jelas tak benar.

"Ini saya tegaskan ya kalau berita ini hoaks karena tidak didukung oleh data, fakta dan informasi yang benar serta tidak didukung logika yang rasional," kata Erwin, Rabu (27/1/2021).

Menurut dia, kabar yang beredar lewat media sosial WhatsApp (WA) tersebut juga tidak berasal dari sumber informasi yang kredibel.

Erwin juga menjelaskan, Bank Indonesia tidak akan sembarang dalam mencetak uang dalam jumlah yang sangat besar. Sebab itu berpotensi untuk mengancam kondisi perekonomian nasional.

"Tugas BI dalam mencetak uang dilakukan di bawah amanat UU dengan berbagai pertimbangan seperti kebutuhan likuiditas perekonomian, mengganti uang lusuh, dan lain-lain," terangnya.

"Jadi tidak bisa dilakukan tanpa perhitungan karena akan membahayakan perekonomian," dia menegaskan.

Saksikan Video Ini

Naik, Uang Beredar di Desember 2020 Tembus Rp 6.900 Triliun

Cek Jadwal Kegiatan Operasional dan Layanan Publik BI Selama Mitigasi COVID-19
Ilustrasi Bank Indonesia.

Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Desember 2020. Hal ini didorong oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1).

Posisi M2 pada Desember 2020 sebesar Rp 6.900,0 triliun atau meningkat 12,4 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,2 persen (yoy).

Peningkatan tersebut didorong oleh M1 yang tumbuh sebesar 18,5 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 15,8 persen (yoy).

"Hal tersebut sejalan dengan peningkatan peredaran uang kartal di masyarakat dan giro Rupiah," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (22/1/2021).

Sementara itu, komponen uang kuasi melambat, dari 11,1 persen (yoy) menjadi 10,5 persen (yoy) pada Desember 2020. Pertumbuhan surat berharga selain saham juga terkontraksi lebih dalam menjadi -10,6 persen (yoy) dari -5,8 persen (yoy) pada November 2020.

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, peningkatan M2 pada Desember 2020 disebabkan oleh aktiva luar negeri bersih dan kenaikan ekspansi keuangan pemerintah. 

Hal ini tercermin dari pertumbuhan aktiva luar negeri bersih Desember 2020 sebesar 13,6 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan November 2020 sebesar 10,3 persen (yoy).

Tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat juga meningkat, dari 66,5 persen (yoy) menjadi 66,9 persen (yoy) pada Desember 2020. Sementara itu, pertumbuhan kredit terkontraksi lebih dalam menjadi -2,7 persen (yoy) dari -1,7 persen (yoy) pada November 2020.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya