Turunkan Ongkos Logistik, Pengusaha Percepat Digitalisasi di Angkutan Kontainer

Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia (ABUPI) mendorong adanya percepatan implementasi pengembangan sistem booking online di jasa angkutan logistik.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Feb 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2021, 20:00 WIB
FOTO: BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 3,75 Persen
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (21/1/2021). Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 3,75 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Pembina Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia (ABUPI), Carmelita Hartoto mendorong adanya percepatan implementasi pengembangan sistem booking online di jasa angkutan logistik. Hal ini dimaksudkan untuk menurunkan tarif logistik agar lebih agar menjadi lebih kompetitif.

"Kami di pelayaran terus mendorong aspek transportasi dengan mengembangkan sistem booking online di angkutan kontainer," ujar dia dalam acara Peringatan HUT Ke 6 Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia (ABUPI), Sabtu (20/2).

Dia bilang, melalui digitalisasi seluruh informasi terkait harga layanan hingga ruang muat kapal menjadi lebih transparan. Menyusul setiap pengguna jasa bisa mengakses informasi harga layanan hingga ruang muat kapal secara lebih terbuka.

"(Sehingga) lewat satu klik saja, saya yakin dengan penerapan ini harga layanan kita akan lebih efisien," tambahnya.

Kendati demikian, dia meminta sistem booking online transportasi logistik nantinya bisa di integrasikan ke dalam ekosistem logistik nasional (National Logistic Ecosystem/NLE). "Dengan begitu layanannya bisa lebih transparan dan efisien," tekannya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, gagasan hadirnya ekosistem logistik nasional (National Logistic Ecosystem/NLE) diharapkan bisa menurunkan biaya logistik Indonesia. Dia menargetkan penurunan biaya logistik Indonesia dari 23,5 persen menjadi 17 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Dia mengakui, biaya logistik Indonesia masih lebih tinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya, misalnya dengan Malaysia yang biaya logistiknya hanya 13 persen.

"Biaya logistik kita dibanding negara di ASEAN seperti Singapura, Malaysia, ini dianggap lebih tinggi sehingga menyebabkan ekonomi Indonesia perlu terus diperbaiki kompetisinya," ujar Menkeu dalam Konferensi Pers Bersama Ekosistem Logistik Nasional secara virtual, Kamis (24/8).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Masih Kompleks dan Rumit

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dia menjelaskan, sistem logistik Indonesia masih kompleks dan rumit. Kendati National Single Window yang menghubungkan 16 Kementerian/Lembaga sudah pernah dirintis, namun hal itu belum cukup membuat ekosistem untuk mempermudah sistem yang rumit ini.

"Sehingga importir dan eksportir ini mereka harus melakukan beberapa submission, antara Kementerian/Lembaga dan banyak sekali proses ruwet itu," ujarnya.

Oleh karenanya, NLE diharapkan akan membuat kinerja logistik lebih efisien dan berkontribusi dalam meningkatkan daya kompetisi ekonomi nasional serta meningkatkan transparansi untuk menjadikan daya saing Indonesia menjadi lebih sehat.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya