Miliarder India sampai Bill Gates, Bitcoin Makin Dihantui Sentimen Negatif

Sejak awal tahun, harga Bitcoin sudah melonjak hingga 90 persen bahkan sempat menyentuh lebih dari USD 58.000 atau lebih dari Rp 800 juta.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Feb 2021, 14:03 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2021, 14:00 WIB
Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay
Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Salah satu miliarder asal India yang juga kerap digelari 'Warren Buffet dari India', Rakesh Jhunjhunwala mendesak pemerintah India untuk melarang transaksi mata uang kripto di negaranya, terutama Bitcoin.

"Saya pikir regulator harus turun tangan dan melarang bitcoin. Dan mereka harus fokus pada rupee digital," ujarnya seperti dikutip dari CNBC, Rabu (24/2/2021).

Pemerintah India sendiri belum mengambil tindakan terkait peredaran mata uang kripto, termasuk belum ada aturan yang mendukung ataupun melarang penggunannya.

Meski begitu, beberapa spekulasi mulai muncul, pemerintah negeri Bollywood ini akan meluncurkan mata uang digitalnya sendiri.

Rakesh bahkan berjanji tidak akan pernah mendukung keberadaan alat pembayaran yang sedang naik daun ini. Ia menyoroti perdagangan Bitcoin sangat spekulatif sehingga beresiko tinggi.

Meski begitu, tahun 2021 ini justru menandai masuknya Bitcoin dan beberapa mata uang kripto lainnya ke dalam sistem keuangan lebih jauh lagi.

Setelah Musk memborong Bitcoin dan berencana menggunakannya sebagai alat transaksi di bisnisnya, belum lama ini salah satu bank tertua di Amerika, Bank of New York (BNY) Mellon juga berencana mengizinkan nasabahnya menggunakan Bitcoin sebagai alat transaksi. Ini kemudian membuat harga Bitcoin dan kawan-kawannya kian jadi primadona.

Bitcoin Masuk Masa Suram

Sejak awal tahun, harga Bitcoin sudah melonjak hingga 90 persen bahkan sempat menyentuh lebih dari USD 58.000 atau lebih dari Rp 800 juta. Setelah reli panjang harga Bitcoin selama berbulan-bulan, kini jalan mulusnya mulai menemui hambatan.

Dikutip dari MarketsInsider, harga Bitcoin mendadak anjlok terhitung sejak perdagangan hari Senin. Sampai hari Selasa lalu, harga Bitcoin sudah anjlok 18 persen dan sempat menyentuh harga USD 45.000 setara Rp 630 juta. Sebelum akhirnya naik lagi menjadi USD 47.608 atau Rp 667 juta pada perdaganga Selasa malam.

 

Saksikan Video Ini

Sentimen Negatif

Bitcoin
Ilustrasi Bitcoin (iStockPhoto)

Nasib sial Bitcoin tersebut rupanya tidak bisa lepas dari sentimen negatif dari sejumal pihak yang beberapa hari terakhir terus menyudutkan perdagangannya. Bukan hanya datang dari Rakesh yang mempengaruhi pasar India, beberpaa sosok penting lainnya ikut mengambil peran.

Elon Musk yang awalnya rela merogoh kocek dalam hingga USD 1,5 miliar setara lebih dari Rp 21 triliun untuk belanja Bitcoin, kini berbalik mengkiritisinya.

Dalam cuitannya Sabtu malam lalu, ia menyebut harga Bitcoin dan mata uang kripto lainnya mulai "tampak mahal".

Belum lagi pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen yang belum lama ini memperingatkan tentang bahaya mata uang kripto. Itu disampaikannya saat menghadiri konferensi New York Times DealBook Senin lalu.

"Ini adalah aset yang sangat spekulatif dan Anda tahu saya pikir orang harus sadar bahwa ini bisa sangat tidak stabil dan saya khawatir tentang potensi kerugian yang dapat diderita investor," ungkap Yellen.

Satu lagi. Dikutip dari CNN, Bill Gates juga ikut menaruh sentimen negatif ke Bitcoin. Dalam wawancaranya dengan Bloomberg itu, salah satu pendiri Microsoft ini menyebut jalan yang dipilih Musk terhadao Bitcoin bukan berarti bakal diikuti oleh investor lainnya.

"Saya pikir orang-orang terbawa ke dalam mania ini, yang mungkin tidak memiliki banyak uang untuk disisihkan, jadi saya tidak optimis pada bitcoin. Pikiran umum saya adalah, jika Anda memiliki uang lebih sedikit daripada Elon, Anda mungkin harus berhati-hati," ujar Gates.

Reporter: Abdul Azis Said

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya