Capai Net Zero Emissions, PLTU Harus Setop Operasi di 2030

Indonesia bersama negara-negara lain tengah berusaha menurunkan emisi gas rumah kaca secara besar-besaran.

oleh Andina Librianty diperbarui 02 Mar 2021, 19:58 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2021, 19:45 WIB
PLTU
PLTU Suralaya, Cilegon, Banten. PT PLN menargetkan proyek PLTU Suralaya Unit 8 akan siap beroperasi pada April 2011. (Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia bersama negara-negara lain tengah berusaha menurunkan emisi gas rumah kaca secara besar-besaran. Untuk mencapainya, maka kenaikan temperatur global harus dijaga di bawah dua derajat celcius, yang caranya dengan mengurangi penggunaan energi fosil.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan tantangan Indonesia bersama negara-negara lain cukup besar. Pasalnya, 75 persen dari emisi rumah kaca disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil baik untuk pembangkit listrik, proses industri, transportasi, dan lainnya.

"Oleh karena itu, untuk mencapai target persetujuan Paris dan komitmen kita, maka kita harus menurunkan bahan bakar fosil yang kita pakai," kata Fabby dalam webinar pada Selasa (2/3/2021).

Seperti diketahui, Indonesia ikut menandatangani Persetujuan Paris 2015. Perjanjian tersebut menargetkan menjaga kenaikan temperatur global di bawah 2 derajat celcius. Menindaklanjuti hal itu, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim dan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional pun ditetapkan.

Berdasarkan laporan International Energy Agency atau Badan Energi Internasional (IEA), bahwa untuk mencapai net zero emissions pada 2050, maka seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tidak lagi boleh beroperasi pada 2030.

"Kita punya waktu yang sangat pendek sebenarnya untuk melakukan transformasi sistem energi kita. Intinya, transisi ini memerlukan rencana persiapan karena ada dampak dan konsekuensi mengubah sistem energi, untuk bisa mencapai net zero emissions itu memang harus dirancang dengan baik," jelasnya.

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Temperatur Global

PLTU Pangkalan Susu, Sumatra Utara (dok: PLN)
PLTU Pangkalan Susu, Sumatra Utara (dok: PLN)

Selain itu, mengutip sebuah studi, Fabby mengatakan bahwa jika ingin membatasi temperatur global di bawah dua derajat celcius, maka dua per tiga sumber daya energi fosil yang ada saat ini tidak boleh lagi digunakan.

"Jadi artinya, kita harus bahkan hidup tanpa bahan bakar fosil adalah keharusan jika ingin selamatkan bumi untuk generasi masa depan," sambungnya.

Adapun net zero emissions mengacu pada pencapaian keseimbangan keseluruhan antara emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dan emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan dari atmosfer.

Indonesia sendiri berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 29 persen pada 2030, dan 41 persen dengan bantuan internasional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya