Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) nyatakan, harga garam konsumsi yang saat ini sedang anjlok disebabkan konsumsi masyarakat berkurang.
Ketua AIPGI Toni Tanduk mengatakan, anjloknya harga garam petani disebabkan oleh belum pulihnya permintaan garam konsumsi oleh masyarakat. Permintaan garam konsumsi oleh masyarakat belum pulih sepenuhnya.
“Masyarakat masih mengurangi jajanan, ini berdampak pada berkurangnya penggunaan garam,” Toni, di Jakarta, Sabtu (6/3/2021).
Advertisement
Dia menjelaskan, konsumsi masyarakat terhadap makanan di luar makanan pokok berkurang, sehingga permintaan atas garam pun berpengaruh.
Makanan di luar makanan pokok yang dimaksud adalah produk makanan UMKM, seperti keripik, jajanan pasar, makanan kaki lima, dan lain sebagainya.
“Perihal harga garam tergantung supply dan demand,” ucapnya.
Menurutnya, penurunan konsumsi masyarakat selama pun berdampak pada penutupan usaha di sektor makanan. “Banyak rumah makan yang tutup akibat pademi,” ujarnya.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mutu Garam
Toni menambahkan, harga garam juga dipengaruhi oleh mutu garam yang dihasilkan oleh petambak garam. Garam petambak merupakan bahan baku garam konsumsi beriodium yang telah ditentukan standar mutu SNI. Garam petambak dengan kualitas warna kecoklatan pun akan kalah saing dengan garam petambak yang putih normal.
“Harga garam perlu melihat mutu garam itu sendiri,” ujarnya.
Sebelumnya Mantan Menteri Susi Pudjiastuti mengatakan kontrol perdagangan atas kuota impor sering kali kurang tegas dalam pelaksanaan aturannya, sehingga menyebabkan petani garam saat panen harganya malah jatuh di tingkat petani.
Advertisement