Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso meminta kebijakan impor perlu kehati-hatian. Berdasarkan laporan dari anggota penggilingan padi di lapangan, saat ini harga gabah dan beras di daerah justru turun sejalan dengan panen raya.
“Berdasarkan data-data 2 bulan ke depan ini ada panen raya yang akan mencapai lebih dari 14 juta ton selama Januari April ini. Nah itu berarti akan ada surplus kira-kira sekitar 4 juta ton dalam 2 bulan ke depan,” ujar dia, seperti dikutip Senin (8/3/2021).
Baca Juga
Menurut Sutarto kondisi ini menyebabkan harga beras dan gabah di lapangan turun, di lain pihak kemampuan pasar tentunya terbatas.
Advertisement
Dia berharap pemerintah justru melakukan penyerapan gabah dan beras yang sekarang ini sedang banyak-banyaknya sehingga pasar terjamin.
“Begitu pasarnya terjamin tentunya harga akan dapat tidak tertekan jadi agar dapat meningkat supaya tidak jatuh di bawah HPP,” jelas dia.
“Itulah harapan dari teman-teman di lapangan sehingga nanti akhirnya tentunya pemerintah akan memiliki cadangan pangan yang cukup yang atas dasar hasil dari produksi dalam negeri. Dengan demikian harapan kami semua tentunya kita tidak perlu impor lagi jadi tentunya ada hubungannya dengan situasi sekarang,” lanjutnya lagi.
Dia mengakui jika pada kasus-kasus tertentu harga sudah di bawah Rp 4.000. Dampaknya petani yang tidak menikmati hasil. Sebenarnya peluang tahun ini sangat bagus karena waktu tanamnya sudah bisa dipercepat sehingga panen raya Maret-April.
“Nah ini untuk tanam kedua bisa lebih cepat sehingga berprospek menaikkan angka produksi nasional,” tambah dia.
Sutarto menyarankan pemerintah mempertimbangkan tiga hal yaitu pertama perkiraan produksi, yang kedua stok, dan yang ketiga harga.
“Mungkin hari ini belum kita berbicara mengenai impor tetapi justru yang penting adalah bagaimana menyelamatkan harga di tingkat petani. Itu justru yang lebih penting,” pungkas Sutarto.