Pemerintah Tak Impor Pangan Mulai 2025

Komitmen pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan tersebut salah satunya dengan mengurangi ketergantungan impor pangan yang dimulai pada 2025 ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 28 Des 2024, 20:30 WIB
Diterbitkan 28 Des 2024, 20:30 WIB
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) usai Rapat Koordinasi Bidang Pangan di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (24/12/2024).
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) usai Rapat Koordinasi Bidang Pangan di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (24/12/2024). (Dok. Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan memastikan bahwa tidak akan lagi ada impor pangan di 2025. Pemerintah secara berkala akan mulai tidak melaksanakan impor pangan untuk mendukung swasembada pangan nasional.

"Swasembada pangan ini menjadi program prioritas utama pemerintah dari awal pencapaian target di 2029 tapi ini dimajukan ke 2027. Sehingga semua harus bekerja keras dan berkomitmen mewujudkan ini," ujar Zulkifli Hasan dikutip dari Antara, Sabtu (28/12/2024).

Komitmen pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan tersebut salah satunya dengan mengurangi ketergantungan impor pangan yang dimulai pada 2025 ini.

"Kami memutuskan tahun depan tidak impor beras, agar petani bisa tanam padi yang banyak serta harga di pasaran bagus," katanya.

Kemudian pemerintah juga tidak akan melakukan impor garam sebab produksi garam petani mencukupi. Lalu tidak melakukan impor jagung pakan ternak serta tidak impor gula.

"Jadi sudah ada empat komoditas yang tahun depan kita tidak impor, nanti berkala akan ada komoditas lain yang akan dioptimalkan produksinya di dalam negeri sehingga menguntungkan kita. Selama ini kita impor pangan sampai 30 juta ton, hidup kita tergantung dari impor gandum, gula, beras, buah-buahan, kopi dan sekarang waktunya swasembada pangan, kemudian swasembada air, energi dan hilirisasi yang kita tuju di akhir," ucap dia.

Ia menjelaskan selama ini sektor pertanian secara nasional dalam perkembangannya cukup tertinggal akibat banyak hal. Sehingga saat ini dengan dukungan dari Presiden melalui program prioritasnya dan dari pemerintah provinsi, kabupaten dan kota menjadi waktu yang tepat untuk mewujudkan swasembada pangan.

"Semua harus satu tim kompak, dan kolaboratif sebab ini waktunya membangun swasembada pangan nasional, serta meninggalkan ketergantungan impor pangan," tambahnya.

Tak Lagi Impor 2025, BUMN Pangan Genjot Produksi Gula

Gula Pasir
Ilustrasi Foto Gula Pasir (iStockphoto)

Holding BUMN Pangan, ID FOOD, terus memperkuat langkah strategis untuk mendukung peningkatan produksi gula nasional. Dalam rangka menyambut musim giling 2025, perusahaan fokus pada perluasan lahan tebu, penerapan teknologi berbasis digital, dan penguatan kemitraan dengan petani tebu lokal.

Direktur Utama ID FOOD, Sis Apik Wijayanto, mengungkapkan bahwa keberhasilan industri gula sangat bergantung pada ketersediaan pasokan bahan baku.

“Perluasan lahan tebu, baik melalui optimalisasi lahan mandiri maupun kerja sama dengan Perhutani dan PTPN, menjadi prioritas kami untuk menjamin keberlanjutan produksi gula,” ujarnya saat menghadiri acara Apresiasi Mitra Petani Tebu 2024 di Malang, Kamis (19/12/2024).

Pada tahun 2024, luas lahan tebu ID FOOD telah mencapai 61 ribu hektare (Ha), meningkat 13% dari tahun sebelumnya. Untuk tahun 2025, perusahaan menargetkan ekspansi hingga 65 ribu Ha guna mendukung target produksi gula sebesar 350 ribu ton, atau meningkat 17% dibandingkan tahun 2024.

Digitalisasi untuk Optimalisasi Produksi Gula

Inovasi berbasis teknologi menjadi salah satu pilar utama strategi ID FOOD. Menurut Sis Apik, sistem digitalisasi diterapkan untuk meningkatkan efisiensi operasional, mulai dari monitoring pertumbuhan tanaman, pengawasan proses tebangan, hingga pemetaan lahan tebu.

“Digitalisasi memungkinkan kami memantau setiap tahap rantai pasok secara real-time, memastikan produktivitas meningkat dan potensi kerugian dapat diminimalkan,” jelasnya.

  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya