Jelang Ramadan, Pemerintah Bakal Impor 100 Ribu Ton Daging dari India dan Brazil

pemerintah membuka keran impor daging sapi dan kerbau untuk menstabilkan harga jelang Ramadan 2021

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mar 2021, 17:30 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2021, 17:30 WIB
20160805-Pedagang Daging Sapi-Jakarta- Angga Yuniar
Pedagang memotong daging sapi yang dijualnya di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (5/8). Pemerintah mencabut ketentuan kewajiban importir daging untuk menyerap daging lokal sebanyak tiga persen dari total kuota impor yang diperoleh. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) M. Lutfi mengatakan, pemerintah membuka keran impor daging sapi dan kerbau untuk menstabilkan harga jelang Ramadan 2021. Adapun kuota yang dibuka sekitar 100 ribu ton masing masing dari India 80 ribu ton dan Brazil sebesar 20 ribu ton.

"Yang sudah kita kerjakan saat ini, yang sudah diimpor adalah daging kerbau impor dari India 80.000 ton itu ditugaskan KemenBUMN kepada Bulog. 20 ribu ton dari Brazil kepada Berdikari. Ini tidak ada penugasan untuk RNI," ujarnya, Jakarta, Senin (15/3/2021).

Dia mengatakan, penugasan impor kerbau dan sapi untuk memastikan sapi ada di Pulau Jawa terutama Jakarta. Kemudian tercukupi untuk Pulau Sumatera terutama Aceh.

"Mudah-mudahan dengan adanya penugasan impor dari kerbau, penugasan impor daging sapi dari India dan Brazil ditambah mobilisasi daripada stok nasional," jelasnya.

"Kita pastikan untuk memastikan daging sapi ada untuk kebutuhan utama Pulau Jawa khususnya Jakarta, Sumatera khususnya Aceh. Karena memang di Aceh konsumsi dagingnya ketika puasa naik signifikan. Semoga itu tercukupi oleh hal hal ini," sambungnya.

Sementara itu, dari sisi internal, pemerintah berupaya mendorong ketersediaan sapi lokal. Beberapa sapi yang akan digeser adalah dari Jawa Timur dan Kalimantan Barat.

"Pak Dirjen sedang mencoba me-move sapi dari sentra Kalimantan Barat, Jawa Timur, untuk memastikan harga Ramadan dan Puasa bisa terjaga stabil. Mudah-mudahan dengan persiapan yang dikerjakan kenaikan bisa dijangkau karena situasinya," tandasnya.

Anggun P. Situmorang

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

4 Komoditas Pangan yang Diimpor Indonesia Jelang Ramadan, Ini Rinciannya

Kinerja Kerja Ekspor dan Impor Menurun
Aktivitas pekerja bongkar muat peti kemas di Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/10/2019). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kinerja ekspor dan impor Indonesia pada Agustus 2019 menurun. Total ekspor Indonesia mencapai US$ 14,28 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kementerian Pertanian menjelaskan, Indonesia masih harus melakukan impor terhadap beberapa komoditas panganmulai dari kedelai hingga gula.

Impor pangan ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan komoditas dalam negeri, apalagi bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri akan segera datang.

"Untuk sebagian komoditas seperti kedelai, bawang putih, daging sapi/kerbau, dan gula memang masih membutuhkan impor," ujar Sekretaris Jenderal Kementan Momon Rusmono dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI, Senin (15/3/2021).

Momon membeberkan, hingga Mei 2021, Indonesia masih harus mengimpor kedelai sebanyak 1 juta ton. Untuk bawang putih, besarannya mencapai 257 ribu ton. Lalu daging sapi/kerbau 145 ribu ton dan gula pasir 646 ribu ton.

Untuk gula pasir, terdapat kebutuhan terhadap gula rafinasi sekitar 3 juta ton (raw sugar). Momon mengatakan, total kebutuhan gula hingga Mei nanti mencapai hampir 6 juta ton.

"Kita baru memenuhi 2,1 jutanya (produksi gula konsumsi dan rafinasi dalam negeri hingga Mei 2021)," jelasnya.

Lanjut Momon, impor daging sapi/kerbau sendiri sebenarnya belum mencukupi kebutuhan hingga Mei mendatang karena masih akan defisit.

"Khusus daging sapi, walau sudah impor, neraca sampai akhir Mei diperkirakan masih defisit sekitar 14 ribu ton," jelasnya.

Sementara untuk komoditas lain mengalami surplus, seperti jagung sebesar 3,4 juta ton, bawang merah 28 ribu ton, cabai besar 64 ribu ton, cabai rawit 56 ribu ton, daging ayam ras 202 ribu ton, telur ayam ras 73 ribu ton serta minyak goreng 475 ribu ton.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya