Pemulihan Ekonomi Global Masih Dibayangi Meningkatnya Kasus Covid-19

Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) kuartal I 2021 berada dalam kondisi normal di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlanjut.

oleh Andina Librianty diperbarui 03 Mei 2021, 18:08 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2021, 18:05 WIB
Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) kuartal I 2021 berada dalam kondisi normal di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlanjut. Membaiknya prospek pemulihan ekonomi global dibayangi oleh meningkatnya kembali kasus Covid-19.

Tren penguatan kinerja perekonomian global berlanjut di awal tahun 2021, tercermin dengan menguatnya Purchasing Managers Index (PMI) dan meningkatnya pertumbuhan volume perdagangan global dan harga komoditas. Progres pelaksanaan vaksinasi global, khususnya di sejumlah negara maju juga mendorong optimisme pemulihan ekonomi yang lebih cepat.

Data PMI yang telah berada pada zona ekspansi terus melanjutkan tren penguatan, sementara kinerja ekspor terus membaik.

"Inflasi terkendali di level yang relatif rendah, sementara cadangan devisa mencapai USD 137,1 miliar, ini setara dengan 10,1 bulan impor," ungkap Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, Senin (3/5/2021).

Progres vaksinasi juga berjalan cukup baik, dengan jumlah dosis vaksin yang diberikan mencapai 20 juta per 30 April 2021. Arah pemulihan ekonomi domestik terlihat sejalan dengan menurunnya kasus Covid-19 yang didukung oleh perkembangan program vaksinasi. Hingga Maret 2021, sejumlah indikator dini ekonomi menunjukkan arah perbaikan.

World Economic Outlook (WEO) IMF bulan April 2021 merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan global 2021 dari 5,5 persen menjadi 6,0 persen. Namun demikian, optimisme tersebut juga dibayangi dengan melonjaknya kembali kasus Covid-19 global.

Momentum penguatan kinerja ekonomi domestik terutama ditopang oleh berlanjutnya kebijakan fiskal countercyclical dalam APBN 2021. Defisit APBN 2021 direncanakan pada level 5,7 persen PDB.

 

Pemulihan Ekonomi

Menkeu Sri Mulyani Beberkan Perubahan Pengelompokan/Skema Barang Kena Pajak
Menkeu Sri Mulyani mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). Rapat membahas konsultasi terkait usulan perubahan pengelompokan/skema barang kena pajak berupa kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) berlanjut di tahun 2021 dengan anggaran yang lebih besar mencapai Rp 699,43 triliun dan penyempurnaan desain implementasi sejumlah program agar berjalan lebih cepat dan efektif dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi. Fokus utama tetap pada penanganan kesehatan, termasuk untuk mendukung program vaksinasi.

Selain itu, penguatan reformasi struktural juga dilakukan untuk mendorong pertumbuhan potensial jangka panjang yang berkelanjutan dan berdaya tahan. Peran sentral APBN dalam mendorong pemulihan ekonomi tercermin dari kinerja APBN 2021.

Realisasi belanja negara pada kuartal I  2021 tercatat tumbuh 15,61 pesen (yoy), terutama didorong oleh kenaikan belanja barang untuk pelaksanaan vaksinasi dan bantuan pelaku usaha, belanja modal untuk infrastruktur dasar dan infrastruktur konektivitas, serta bantuan sosial dalam rangka program PEN.

Kinerja pendapatan negara tetap terjaga, tumbuh positif 0,64 persen (yoy). Defisit APBN tercatat sebesar Rp 144,2 triliun atau 0,82 persen terhadap PDB.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya