IWIP Mulai Pembangunan Pabrik Bahan Baterai Kendaraan Listrik

Industri baterai kendaraan listrik di Indonesia akan semakin berkembang dalam beberapa tahun mendatang.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jun 2021, 18:15 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2021, 18:15 WIB
Baterai Mobil Listrik
Warna biru itu merupakan baterai di mobil listrik (Foto: Electrek).

Liputan6.com, Jakarta - Industri baterai kendaraan listrik di Indonesia akan semakin berkembang dalam beberapa tahun mendatang. Salah satunya akan dikembangkan oleh perusahaan PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) yang terletak di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara.

Direktur External Relation PT IWIP Scott Ye menyampaikan, PT IWIP saat ini sudah memulai pembangunan pabrik pembuatan bahan mentah baterai kendaraan listrik sebagai tahap pertama proses perkembangan produsen baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Selanjutnya, ia memperkirakan dalam waktu dua tahun pabrik pembuatan bahan mentah baterai tersebut akan selesai.

“Tahap berikutnya barulah kita bergerak ke manufaktur baterai. Saat kita (Indonesia) telah memiliki bahan mentah yang menjadi fundamental industri baterai, artinya kita bisa berlanjut ke tahap berikutnya kira-kira dalam 2 atau 3 tahun,” terang Scott dikutip Jumat (11/6/2021).

Ia menjelaskan, Indonesia memiliki keuntungan besar sebagai produsen nikel terbesar di dunia yang menjadi komponen utama pembuatan baterai kendaraan listrik. Hal ini membuat Indonesia banyak dilirik investor dan memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri baterai kendaraan listrik.

“Yang kedua, Indonesia juga memiliki keuntungan berupa sumber daya manusia yang mayoritas berusia muda. Sehingga memiliki tenaga kerja yang lebih bersaing dibandingkan negara lainnya,” terangnya.

Ketiga, lanjut Scott, Indonesia juga memiliki kebijakan yang mempermudah investasi seperti tax holiday dan kebijakan lainnya. Hal ini akan mendukung Indonesia menjadi produsen terbesar nikel dan turunannya.

PT IWIP sebagai perusahaan swasta juga telah banyak berkontribusi terhadap proyek strategis pemerintah Indonesia di bidang industri baterai kendaraan listrik. Sampai hari ini PT IWIP telah mempersiapkan segala fasilitas dan akomodasi di sekitar Kawasan Industri.

Fasilitas dan akomodasi tersebut mulai dari bandara, pelabuhan, serta fasilitas dan akomodasi penunjang lainnya, termasuk untuk kebutuhan industri seperti pembangkit listrik.

“Ini berarti kita bisa menarik lebih banyak investasi untuk datang. Kami juga telah memiliki 24 lini RKEF yang memproduksi feronikel. Artinya kami memiliki kapasitas 240.000 ton nikel matte. Nilai ekspornya mencapai sekitar 4 miliar dolar AS,” ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Mobil Listrik di Indonesia Kemahalan, Paling Murah Rp 600 Juta

Tesla berencana untuk memproduksi sel baterai listrik dengan dimensi kecil
Tesla berencana untuk memproduksi sel baterai listrik dengan dimensi kecil

Komisaris Utama MIND ID Agus Tjahajana menyoroti perang harga antara mobil bermesin bahan bakar (internal combution engine/ICE) dengan mobil listrik atau electric vehicle.

Menurut dia, harga mobil listrik saat ini masih terlalu mahal bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Agus menilai, harga mobil di pasaran Tanah Air saat ini masih berada di bawah Rp 300 juta. Sedangkan harga mobil listrik termurah saja sudah di atas Rp 600 juta.

"Harganya bukan main, tidak ada yang lebih murah dari Rp 600 juta. Padahal mobilnya kecil aja yang setara dengan mobil yang banyak di kita sekitar Rp 300 juta," ujarnya dalam sesi webinar, Kamis (20/5/2021).

"Sehingga ini yang seharusnya dipecahkan agar mereka (mobil listrik) bisa mendekat dan bisa saling bersaing secara apple to apple," imbuh Agus.

Sebagai gambaran, Agus coba memberikan contoh harga mobil bertenaga listrik murni (hybrid electric vehicle) seperti jenis Toyota Corolla hingga Honda CR-Z yang dibanderol Rp 600 juta.

Jika sudah masuk ke mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle) seperti BYD e6 keluaran China dan Tesla Model X, kisaran harganya sudah mencapai Rp 1-2,5 miliar.

"Coba bayangkan kalau kita mau membeli Tesla yang harganya Rp 2 miliar, dengan ukuran kendaraan yang tidak seberapa," sambung Agus.

Tantangan selanjutnya produk mobil listrik, ia menyampaikan, jalanan-jalanan di kota besar Indonesia saat ini sudah terlalu dipadati oleh kendaraan bermesin bahan bakar.

"Jadi kalau infrastruktur kita semakin baik, kalau kita bayangkan jalan-jalan kita seperti di Amerika, itu sebenarnya favorable. Karena jalannya sedikit saja makanya itu kelihatannya penuh sesak," tuturnya.

Pemerintah Target 2 Juta Mobil Listrik Mengaspal di 2030

PHOTO: Dukung Program Pemerintah, Ini Mobil Listrik BMW Ramah Lingkungan
Sumber daya pengisian ulang baterai mobil listrik BMW i8 dengan menggunakan BMW i Wallbox Plus di Tangerang Selatan, Banten, Kamis (26/10). Peringati Hari Listrik Nasional ke-72, BMW perkenalkan mobil elektrik ramah lingkungan. (Liputan6.com/Pool/BMW)

Pemerintah terus berupaya meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan untuk mengatasi persoalan lingkungan. Salah satunya dengan mengembangkan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) di Indonesia.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah menargetkan 2 juta mobil listrik siap mengaspal pada 2030 mendatang. Sedangkan, untuk sepeda motor listrik diproyeksikan mencapai 13 juta unit.

"Proyeksi kendaraan baterai listriknya seperti apa?. Kita menargetkan 2 juta mobil (listrik) di 2030, dengan 13 juta sepeda motor listrik," terangnya dalam acara diskusi panel virtual, Kamis (20/5).

Kendati demikian, Dadan mengakui dibutuhkan pasokan listrik yang besar untuk mendukung ambisi tersebut. Yakni mencapai 113 juta kwh baterai listrik.

"Jadi, yang dibutuhkan 113 juta kwh kapasitas baterai. Tapi kalau ini basisnya lithium kita membutuhkan 758 ribu ton lithium. Ini adalah untuk kebutuhan baterai mobil listrik dan motor sepeda motor listrik berdasarkan grand staregi energi nasional," tekannya.

Untuk itu, pemerintah terus mematangkan sejumlah regulasi untuk mendukung percepatan pembangunan pabrik dan produksi baterai listrik di dalam negeri. Dengan terbentuknya payung hukum yang ada diharapkan mampu menarik minat investor.

"Beberapa regulasi sudah terus siapkan yang kaitannya baterai, seperti Permen ESDM terkait harga penjualan mineral logam, Permen pengendalian ekspor nikel, termasuk batasan minimum pengolahan dan pemurnian nikel. Sehingga, ini dimaksudkan untuk mendorong terciptanya ekosistem untuk produksi baterai di dalam negeri," tukasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya