Jokowi Blak-blakan soal Neraca Pembayaran RI: Impor Minyak Terlalu Besar

Pesiden Jokowi mengaku masalah neraca pembayaran salah satu sebabnya adalah impor minyak Indonesia yang terlalu besar

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Nov 2021, 12:45 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2021, 12:45 WIB
Presiden Jokowi memberikan arahan ke Direksi dan Komisaris Pertamina, serta PLN
Presiden Jokowi memberikan arahan ke Direksi dan Komisaris Pertamina, serta PLN (dok: Muchlis Jr - Biro Pers)

Liputan6.com, Jakarta Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta segera dilakukannya transisi dari energi fosil menuju energi hijau.

Hal itu ia sampaikan dalam pengarahan kepada komisaris dan direksi PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) di Istana Kepresidenan, Selasa (16/11/2021).

Pertemuan tersebut juga dihadiri Menteri BUMN Erick Thohir, Komisaris Utara Pertamina Basuki Tjahaja Purnama, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dan Komisaris Utama PLN Amien Sunaryadi.

Jokowi mengungkapkan, saat ini suplai energi batu bara di Indonesia mencapai 67 persen, disusul minyak 15 persen, dan gas 8 persen.

"Kalau kita bisa mengalihkan itu ke energi yang lain misalnya mobil diganti listrik semuanya, gas rumah tangga diganti listrik semuanya, karena di PLN over supply, artinya supply dari PLN terserap, impor minyak di Pertamina jadi turun," jelas Jokowi, dikutip dari video postingan laman Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu (20/11/2021).

"Goal besarnya adalah negara akan memperoleh keuntungan dalam bentuk neraca pembayaran, yang sudah berpuluh-puluh tahun kita tidak bisa menyelesaikan karena problem kita impor minyak kita besar sekali," lanjutnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pengaruh ke Nilai Tukar Rupiah

Presiden Jokowi memberikan arahan ke Direksi dan Komisaris Pertamina, serta PLN
Presiden Jokowi memberikan arahan ke Direksi dan Komisaris Pertamina, serta PLN (dok: Muchlis Jr - Biro Pers)

Masalah tersebut, Jokowi menjelaskan, mempengaruhi currency (nilai tukar) kurs dolar pada Indonesia karena setiap bulan, Pertamina harus menyediakan, harus membeli dolar di pasar dalam jumlah yang besar sekali.

"Oleh sebab itu kita ingin mendorong yang namanya mobil listrik, dan kompor listrik, problemnya di situ ada. Itu tugas bapak-ibu sekalian untuk tahapannya seperti apa, mana yang bisa cepat, mana yang harus tahun depan, dan mana yang harus tahun depannya lagi," pungkas Jokowi.

"Karena kalau tidak diselesaikan sampai kapan pun neraca pembayaran kita tidak akan beres," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya