Bappenas: Ekonomi Hijau Hasilkan Lapangan Kerja 10 Kali Lebih Banyak

Bappenas mengatakan, pengarusutamaan lapangan kerja hijau menjadi peluang sekaligus tantangan strategis bagi Indonesia.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 08 Feb 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2022, 18:00 WIB
Dari Biodiesel, DME Hingga Carbon Capture, Pertamina Wujudkan Ekonomi Hijau
Dari Biodiesel, DME Hingga Carbon Capture, Pertamina Wujudkan Ekonomi Hijau

Liputan6.com, Jakarta Direktur Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Mahatmi Parwitasari Saronto mengatakan, pengarusutamaan lapangan kerja hijau menjadi peluang sekaligus tantangan strategis bagi Indonesia.

Menurut dia, kebijakan ekonomi hijau atau ramah lingkungan (green economy) termasuk investasi hijau mampu menciptakan lapangan kerja baru yang lebih berkelanjutan.

"Investasi pada ekonomi hijau diperkirakan mampu menciptakan 7-10 kali lipat lebih banyak lapangan kerja dibandingkan investasi konvensional," ujar Mahatmi dalam konferensi Indonesia's Green Jobs secara virtual, Selasa (8/2/2022).

Faktor utamanya, dia menambahkan, karena pekerjaan-pekerjaan di sektor investasi hijau dinilai lebih padat karya.

"Lapangan pekerjaan tambahan ini akibat intervensi pada sektor energi terbarukan, teknologi kendaraan listrik, efisiensi energi, pemanfaatan lahan, dan peningkatan pengelolaan limbah," bebernya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tantangan

Job Fair
Sejumlah pencari kerja memadati arena Job Fair di kawasan Jakarta, Rabu (27/11/2019). Job Fair tersebut digelar dengan menawarkan lowongan berbagai sektor untuk mengurangi angka pengangguran. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Meskipun menjanjikan potensi yang sangat besar, Mahatmi mencermati, pengarusutamaan lapangan kerja hijau masih menghadapi berbagai tantangan.

"Pemahaman tentang lapangan kerja hijau masih sangat terbatas, belum ada definisi yang disepakati untuk digunakan secara konsisten, terutama dalam pengambilan kebijakan," ujar dia.

"Selain itu, kurangnya sumber daya manusia dengan keterampilan yang sesuai, termasuk ketersediaan pendidikan dan pelatihan keterampilan hijau masih sangat terbatas, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya