Meroket 25 Persen, Omicron Tak Bertaji Ganggu Kinerja Ekspor RI

Kinerja ekspor Indonesia pada Januari 2022 tetap tumbuh kuat sebesar 25,31 persen (yoy) atau sebesar USD19,16 miliar.

oleh Tira Santia diperbarui 16 Feb 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2022, 12:00 WIB
FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Kinerja ekspor Indonesia pada Januari 2022 tetap tumbuh kuat sebesar 25,31 persen (yoy) atau sebesar USD19,16 miliar di tengah meningkatnya risiko dan moderasi pertumbuhan ekonomi dan perdagangan global.

“Ekspor yang tetap tumbuh kuat ini menunjukkan bahwa merebaknya varian Omicron tidak berdampak signifikan pada aktivitas produksi dan ekspor”, jelas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu dalam keterangan  tertulis di Jakarta, Rabu (16/2/2022).

Pertumbuhan ekspor ini hanya sedikit melambat dibandingkan Desember 2021 karena faktor musiman. Ekspor non-migas tumbuh tinggi sebesar 26,74 persen (yoy), sedangkan ekspor migas tumbuh lebih moderat di 1,96 persen (yoy).

Secara kumulatif, nilai ekspor Januari 2022 dimulai dengan nilai yang lebih tinggi dibandingkan prapandemi (Januari 2020) yang didorong oleh peningkatan harga komoditas utama.

“Ke depan, kinerja ekspor diperkirakan masih akan kuat didukung oleh permintaan maupun harga yang masih tinggi”, jelas Febrio.

Secara sektoral, pada Januari 2022, ekspor dari sektor-sektor utama mencatatkan pertumbuhan yang tetap kuat. Sektor manufaktur tumbuh tinggi sebesar 31,16 persen (yoy), disusul oleh sektor pertanian (11,54 persen), dan sektor pertambangan (3,87 persen). Sementara itu, pangsa pasar ekspor Indonesia masih didominasi oleh negara Tiongkok, AS, dan ASEAN.

Kinerja impor juga masih kuat, mencerminkan aktivitas konsumsi dan produksi dalam negeri yang terus menunjukkan pemulihan. Di bulan Januari 2022, impor tumbuh kuat sebesar 36,77 persen (yoy) atau USD 18,23 miliar. Impor migas tumbuh sebesar 43,66% (yoy) disusul oleh impor nonmigas yang tumbuh sebesar 35,86 persen (yoy).

"Ke depannya, kinerja impor di 2022 diperkirakan semakin meningkat sejalan dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi yang semakin kuat," jelas Febrio.

Dilihat dari jenis penggunannya, impor barang modal mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 41,94 persen (yoy), disusul oleh impor bahan baku/penolong yang tumbuh sebesar 39,57 persen (yoy) dan impor barang konsumsi yang tumbuh di 10,25 persen (yoy).

“Peningkatan impor bahan baku dan barang modal mencerminkan berlanjutnya peningkatan aktivitas industri dalam negeri baik untuk memenuhi pasar domestik maupun ekspor. Sementara itu, meningkatnya impor barang konsumsi mencerminkan pulihnya aktifitas konsumsi domestik dan daya beli masyarakat”, lanjut Febrio.

Surplus neraca perdagangan berlanjut pada Januari 2022, sebesar USD0,93 miliar, menandai tren surplus selama 21 bulan berturut-turut.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Surplus Neraca Perdagangan Januari 2022

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Dibandingkan bulan Desember 2021 yang tercatat sebesar USD1,01 miliar, surplus neraca perdagangan Januari 2022 sedikit lebih rendah, hal ini terutama, terkait faktor musiman permintaan ekspor dari pasar luar negeri pada satu sisi, namun pada sisi lainnya permintaan domestik masih dalam tren meningkat pasca periode penyebaran varian Delta (pent up demand), baik terkait aktivitas konsumsi maupun produksi sejalan dengan pemulihan ekonomi dalam negeri.

Ke depan, Pemerintah akan terus mengantisipasi berbagai risiko pada perekonomian global yang berpotensi mempengaruhi kinerja neraca perdagangan Indonesia.

“Selain terus menggulirkan program penanganan pandemi dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), termasuk dukungan pembiayaan ekspor melalui penjaminan kredit, Pemerintah juga akan terus berupaya mengatasi berbagai kendala struktural yang dihadapi sektor seperti perbaikan logistik melalui percepatan pembangunan infrastruktur, penyederhanaan berbagai perijinan dan lisensi, penguatan National Logistic Ecosystem (NLE), serta penyediaan berbagai fasilitas seperti Kawasan Berikat (KB) dan Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor (KITE), pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)”, tutup Febrio.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya