Serangan Siber Lumpuhkan 14 Pabrik Toyota Selama 24 Jam

Rencananya, Toyota Motor akan memulai kembali produksi pabrik Toyota pada Rabu waktu setempat, usai terkena dampak serangan siber.

oleh Arief Rahman H diperbarui 01 Mar 2022, 21:52 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2022, 21:52 WIB
Serangan siber berhasil melumpuhkan sistem perusahaan pemasok produsen mobil Toyota di Jepang.
Serangan siber berhasil melumpuhkan sistem perusahaan pemasok produsen mobil Toyota di Jepang.

Liputan6.com, Jakarta Serangan siber berhasil melumpuhkan sistem perusahaan pemasok produsen mobil Toyota di Jepang. Alhasil, 14 pabrik Toyota di negara tersebut lumpuh selama 24 jam.

Rencananya, Toyota Motor akan memulai kembali produksi pada Rabu waktu setempat, usai mengambil beberapa langkah guna membuat produksi pabriknya kembali berjalan.

Meski demikian, serangan ini memicu kekhawatiran tentang kerentanan dalam rantai pasokan Japan Inc.

Melansir laman CNN, Selasa (1/3/2022), tidak ada informasi yang jelas tentang siapa yang berada di balik serangan itu, atau motifnya.

Diduga itu terjadi tepat setelah Jepang bergabung dengan sekutu Barat dalam menekan Rusia sebagai respons atas invasi ke Ukraina. Meskipun tidak secara jelas apakah serangan itu terkait dengan langkah Jepang tersebut.

Keamanan siber telah muncul sebagai hal utama yang menjadi perhatian di Jepang, di mana para kritikus pemerintah menyoroti hal ini.

Rencananya Lini produksi Toyota (TM) pada 14 pabrik Totoya akan diaktifkan kembali pada Rabu. Di mana suspensi terdampak terhadap produksi sekitar 13.000 kendaraan.

Kojima Industries, yang menyediakan suku cadang plastik dan komponen elektronik untuk pembuat mobil, mengatakan telah menemukan kesalahan di salah satu server filenya pada Sabtu malam.

Setelah me-reboot server, perusahaan mengkonfirmasi telah terinfeksi virus, dan menemukan pesan yang mengancam.

"Pesan itu ditulis dalam bahasa Inggris," kata juru bicara Kojima kepada Reuters, tetapi menolak memberikan rincian lebih lanjut.

Juru bicara Toyota mengatakan kegagalan sistem di Kojima berarti pemasok tidak dapat mengirimkan suku cadang, memaksa Toyota (TM), yang tidak menimbun komponen di pabriknya, untuk menghentikan produksi.

Pemerintah Jepang memastikan mereka terus memantau insiden itu dengan cermat. Menteri Industri Koichi Hagiuda, mengatakan saat perusahaan besar memiliki langkah-langkah keamanan siber, pemerintah justru mengkhawatirkan para subkontraktor kecil atau menengah.

 

Serangan Malware Meningkat

Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware
Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware. Kredit: Elchinator via Pixabay

Tim Tanggap Darurat Komputer Jepang/Pusat Koordinasi, yang menyediakan informasi tentang keamanan siber mengakui jika laporan serangan malware Emotet telah meningkat sejak minggu pertama Februari.

Emotet digunakan untuk mendapatkan akses ke komputer korban sebelum kemudian mengunduh perangkat lunak berbahaya tambahan, seperti yang dirancang untuk mencuri kata sandi perbankan, atau ransomware yang dapat mengunci komputer hingga biaya pemerasan dibayarkan.

Tidak jelas apakah Emotet yang menyerang perusahaan pemasok Toyota. Toyota menolak berkomentar apakah mereka telah mendeteksi tanda-tanda awal potensi serangan siber atau apakah Emotet bertanggung jawab atas melumpuhkan operasinya.

"Kojima hanya memasok ke Toyota dan merupakan pemasok tingkat atas untuk beberapa suku cadang, dan pemasok tingkat kedua lainnya," kata juru bicara Kojima.

Operasi Toyota di Jepang mencakup rantai pasokan 60.000 perusahaan di empat tingkatan.Toyota mengatakan akan dapat melanjutkan operasi dengan memanfaatkan jaringan cadangan antara mereka dan pemasok. Diperlukan satu atau dua minggu untuk memulihkan sistem sepenuhnya.

Pada November 2020, pembuat videogame Jepang Capcom, yang membuat game termasuk Resident Evil, mengatakan serangan ransomware kemungkinan telah merusak informasi pribadi hingga 350.000 gamer, dan beberapa data keuangannya telah dicuri.

Honda Motor (HMC) menangguhkan sebagian produksi mobil dan sepeda motornya secara global pada Juni 2020 setelah dugaan serangan siber. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya