Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia mengalami tekanan yang cukup dalam pada pekan lalu. tercatat, harga emas menunjukkan kinerja mingguan terburuk dalam satu tahun terakhir.
Diperkirakan, kinerja merah harga emas ini tidak akan berhenti di pekan lalu saja tetapi akan berlanjut di pekan ini. Beberapa analis di Wall Street dan investor ritel memperkirakan harga emas masih akan tertekan sepanjang pekan ini.
Baca Juga
Mengutip Kitco, Senin (16/5/2022), harga emas sepanjang pekan lalu mengalami penurunan 3,7 persen. Bukan hanya terburuk dalam setahun, penurunan ini juga melanjutkan pelemahan berturut-turut yang sudah dibukukan selama tiga pekan sebelumnya.
Advertisement
Pasar emas telah terpukul dengan tekanan jual yang signifikan karena dolar AS diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam 20 tahun. Meskipun beberapa analis mengatakan bahwa emas tampaknya oversold, tapi tetap saja beberapa analis melihat bahwa emas masih menghadapi beberapa tantangan ke depannya.
"Seperti pepatah lama, pasar bisa tetap overbought dan oversold lebih lama daripada kebanyakan dari kita bisa duga," kata analisis sekaligus presiden dari lembaga Darin Newsom, Darin Newsom.
"Selain itu, Aturan memberi tahu kita bahwa fundamental menang pada akhirnya, dan fundamental dolar AS tetap bullish." tambah dia.
Di pekan ini, 17 analis Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Di antara peserta, dua analis atau 12 persen menyerukan harga emas naik minggu depan. Pada saat yang sama, 12 analis atau 71 persen menyatakan bearish pada harga emas dalam waktu dekat. Sedangkan tiga analis atau 18 persen netral pada harga.
Sementara itu, 932 suara investor risetl diberikan dalam polling online. Dari jumlah tersebut, sebanyak 481 responden atau 51 persen berharap emas untuk naik minggu ini.
Sedangkan 286 lainnya atau 31 persen mengatakan harga emas akan lebih rendah. Sementara 165 pemilih atau 18 persen netral dalam waktu dekat.
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prediksi Harga
Direktur Pelaksana Bannockburn Global Forex Marc Chandler mencatat, indikator momentum terlihat sedikit meregang. Namun, dia tidak melihat momentum bergeser dalam waktu dekat. Dia melihat bahwa harga emas akan jatuh ke USD 1.780 per ounce di pekan ini.
"Kenaikan suku bunga membuat emas tetap defensif, meskipun ada potensi inflasi ke depannya," katanya.
Analis senior di DailyFX.com Chris Vecchio mengatakan, imbal hasil obligasi riil telah naik ke tingkat pra-pandemi, dan tren naik baru saja dimulai.
Minggu lalu, Indeks Harga Konsumen AS menunjukkan inflasi tahunan naik 8,3 persen di April, turun dari 8,5 persen di Maret.
Meskipun inflasi sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan, Vecchio mengatakan bahwa ada tanda-tanda bahwa inflasi telah mencapai puncaknya.
"Inflasi akan tetap tinggi, memaksa Federal Reserve untuk terus agresif menaikkan suku bunga. Pada akhirnya, suku bunga riil akan naik lebih tinggi, yang merupakan berita buruk bagi emas," katanya.
"Saya pikir hanya masalah waktu sebelum emas diperdagangkan dengan nyaman di bawah uSD 1.800 per ounce. Saya berharap pada akhir tahun, harga emas bisa di bawah USD 1.700." tambah dia.
Advertisement
Harga Emas Anjlok Lebih dari 1 Persen Jelang Akhir Pekan
Sebelumnya, harga emas turun lebih dari 1 persen pada hari Jumat dan bersiap untuk penurunan mingguan keempat berturut-turut. Penurunan ini karena pergerakan kuat dolar dengan suku bunga AS yang lebih agresif di cakrawala melemahkan selera untuk emas batangan.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (14/5/2022), harga emas di pasar spot turun 0,7 persen menjadi USD 1,808,89 per ounce pada 13:54 malam. EDT (1754 GMT), setelah mencapai level terendah sejak 4 Februari di USD 1.798,86. Ini telah menurun hampir 4 persen minggu ini.
Sementara harga emas berjangka AS turun 0,9 persen pada USD 1,808,20.
Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan pada hari Kamis bahwa pertempuran untuk mengendalikan inflasi akan "termasuk beberapa rasa sakit", karena dampak dari suku bunga yang lebih tinggi terasa.
"Harga emas sedang terbebani karena Fed telah berkomitmen untuk menaikkan suku bunga dengan cepat dan di samping itu, dolar sangat kuat," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
"Ke depan, angka inflasi adalah apa yang akan diawasi pasar dengan cermat," tambahnya.
Â
Dolar AS
Indeks dolar AS ditetapkan untuk kenaikan mingguan keenam berturut-turut, melayang di dekat level tertinggi 20 tahun.
Meskipun dilihat sebagai lindung nilai inflasi, emas batangan tidak menghasilkan bunga dan sensitif terhadap kenaikan suku bunga jangka pendek AS dan imbal hasil obligasi.
"Rebound di pasar saham global di tengah berkurangnya penghindaran risiko di pasar untuk mengakhiri minggu perdagangan juga negatif untuk logam safe-haven," kata analis senior Kitco Jim Wycoff dalam sebuah catatan.
Pertumbuhan saham memimpin rebound di indeks utama Wall Street.
Advertisement