Liputan6.com, Jakarta Kelompok pengusaha menilai, sektor perdagangan Indonesia relatif masih aman dari bayang-bayang ramalan Bank Dunia (World Bank) soal pelemahan pertumbuhan ekonomi global.
Dengan syarat, Bank Indonesia (BI) masih tetap setia menahan suku bunga acuan di level 3,50 persen. Sehingga rate kredit untuk modal kerja masih belum naik.
Baca Juga
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan Benny Soetrisno menilai, pertumbuhan ekonomi nasional tentunya bakal ikut terjadi perlambatan bila bank sentral mulai kembali menaikan BI7DRR dan rate kreditnya.
Advertisement
"Sepanjang bunga pinjaman enggak naik, tentu belum melambat. Karena ekonomi dalam negeri cukup besar. Tapi begitu inflasi naik, bunga pasti naik. Kalau bunga naik pasti ada perlambatan," ungkapnya kepada Liputan6.com, Selasa (22/6/2022).
Benny lantas menyoroti langkah bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang sudah melakukan normalisasi kebijakan moneter. Menurutnya, peningkatan suku bunga The Fed memang membuat banyak uang berlari ke Negeri Paman Sam.
"Memang kalau mau nahan kita harus naikin bunga. Tapi kalau naikin bunga ya akibatnya ekonomi melambat," imbuh dia.
Menurut dia, aktivitas ekspor/impor di pasar domestik sejauh ini relatif masih aman dari gejolak ekonomi di tingkat global. Situasi kondusif ini masih bisa ditahan selama Bank Indonesia tidak buru-buru menaikan BI-7 Day Reverse Repo Rate.
Pasalnya, pemerintah dalam waktu dekat bakal menaikan tarif listrik. Di sisi lain, harga minyak mentah dunia juga masih bergejolak akibat perang Rusia-Ukraina. Kondisi ini tentunya bakal turut berimbas pada aktivitas ekspor/impor.
"Mungkin gangguan logistik. Kalau perangnya enggak kelar-kelar pasti ada gangguan logistik tuh," tutup Benny.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ekonomi 60 Negara Terancam Ambruk, Indonesia Termasuk?
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut ekonomi 60 negara di dunia diperkirakan bakal ambruk. Bahkan ekonomi dari 40 negara diantaranya telah dipastikan merosot. Pernyataan dari Jokowi tersebut mengutip data dari International Monetary Fund (IMF).
Anggota Komisi II DPR Mardani Ali Sera menilai, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi. Artinya, Indonesia tidak bisa disamakan dengan negara lain apalagi 60 negara yang diperkirakan ekonominya terancam ambruk.
“Indonesia negeri besar dan banyak potensi. Tidak bisa disamakan dengan negara lain,” kata Mardani kepada Liputan6.com, Jumat (17/6/2022).
Kendati begitu, kata Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menegaskan, bukan berarti Indonesia baik-baik saja, melainkan selalu ada tantangan. Apalagi di era pasca pandemi. Sejarah dunia selalu menunjukkan pasang surut peradaban satu negeri.
Tapi, menurutnya bukan sikap bijak seorang pemimpin jika menyampaikan prediksi tidak diikuti dengan solusi yang membuat rakyat khawatir dan sedih.
“Kira-kira sebesar apapun krisis dan ancaman, rakyat akan tenang kerja dan tidur karena tahu pemimpinnya punya solusi, punya kemampuan dan cinta rakyat,”ujarnya.
Namun, Presiden Jokowi akhirnya meminta jajaran pembantunya di kementerian untuk bisa peka terhadap kondisi ini. Tujuannya, guna bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan dari ketidakpastian global.
Guna mendukung hal itu, ia meminta Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Muhammad Yusuf Ateh untuk melakukan pengawasan. Utamanya menyoroti detail.
Advertisement
Ekonomi 60 Negara Bakal Ambruk, Jokowi Minta Para Menteri Peka
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyebut ekonomi 60 negara di dunia diperkirakan bakal ambruk. Bahkan ekonomi dari 40 negara diantaranya telah dipastikan merosot.
Dengan demikian, Jokowi meminta jajaran pembantunya di kementerian untuk bisa peka terhadap kondisi ini. Tujuannya, guna bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan dari ketidakpastian global.
"IMF menyampaikan bahwa akan ada kurang lebih 60 negara yang akan ambruk ekonominya, yang 40 diperkirakan pasti," kata Jokowi, dalam pembukaan Rakornaswasin BPKP, Selasa (14/6/2022).
Ia menyampaikan, dunia saat ini tengah mengalami ketidakpastian utamanya di sektor pangan dan energi. Sehingga, akan berdampak pada kondisi ekonomi di dalam negeri.
Buktinya, sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan. Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di sektor energi pun mengalami peningkatan yang sangat besar dibanding prediksi.
"Inilah ketidakpastian yang saya sampaikan dan kita semua harus punya kepekaan, harus punya sense of crisis semuanya. Kerja sekarang ini tak bisa hanya makronya, tidak, bisa mikronya, detailnya harus tahu," paparnya.
Guna mendukung hal itu, ia meminta Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Muhammad Yusuf Ateh untuk melakukan pengawasan. Utamanya menyoroti detail.
"Inilah yang sering saya sampaikan ke Pak Ateh, pak Kepala BPKP, pak detail ini di cek pak. Untuk apa? Policy-nya (aturan kebijakan) jangan sampai keliru," tegasnya.