Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menargetkan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional dapat memenuhi sebagian besar permintaan domestik, mencapai peningkatan ekspor sebesar 15 persen per tahun pada 2025.
Kemudian menjadi Top 5 manufaktur tekstil di dunia pada tahun 2030 dengan spesialisasi di functional clothing.
Baca Juga
Hingga kini, TPT disebut terus memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian Indonesia, seiring pemulihan dari pandemi Covid-19.
Advertisement
Sebagai jaring pengaman sosial dan penghasil devisa, industri TPT mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3,65 juta orang atau mencapai 18,79 persen dari total pekerja disektor industri manufaktur.
"Sementara itu, sebagai penghasil devisa, nilai ekspor industri TPT menembus USD 13,02 miliar pada tahun 2021,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam sambutannya secara virtual pada3rd Indonesia Textile Conference di Bandung, Kamis (28/7/2022).
Menperin juga mengemukakan, industri TPT memiliki peranan strategis dalam proses industrialisasi.
"Ini karena input dan output industri TPT mempunyai keterkaitan kuat dengan industri lain maupun sektor ekonomi lain, mulai dari bahan baku berupa serat sampai dengan barang konsumsi berupa pakaian jadi dan barang jadi," bebernya.
Dengan besarnya peran dan kontribusi tersebut, pemerintah memacu utilitas industri tekstil agar kembali ke tingkat utilisasi sebelum pandemi, yaitu antara 60-80 persen sehingga dapat menopang ekspor nasional.
"Secara bertahap sektor ini sudah mulai pulih. Saat ini utilisasinya di angka 70 persen," beber Agus.
Dibanding tahun lalu, nilai ekspor TPT naik secara signifikan sebesar 28 persen. Kenaikan ini didorong oleh pakaian jadi dan benang.
"Investasi industri juga mengalami kenaikan sebesar 6,4 persen sampai triwulan I tahun 2022 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya" imbuhnya.
Sebagai salah satu sektor pioritas, industri TPT merupakan bagian tak terpisahkan dari program Making mIndonesia 4.0.
Agenda Making Indonesia 4.0 pada industri tekstil di Indonesia diarahkan untuk menjadikan industri tekstil nasional sebagai pemimpin dalam produksi pakaian "fungsional".
Ekspor Tekstil Ditargetkan Capai 15 Persen Per Tahun
"Implementasi agenda Making Indonesia 4.0 di industri TPT telah dimulai dengan beberapa aktivitas mulai dari membangun konektivitas dan perbaikan alur aliran material TPT, kemudian training manajer transformasi 4.0 pada industri TPT," tutur Menperin Agus.
Selain itu, dilaksanakan pilot project daur ulang dan circular economy dalam rangka sustainibility, penyiapan lighthouse nasional TPT 4.0 untuk sektor benang dan kain, verifikasi INDI 4.0 atau Indonesia Industry 4.0 Readiness Index dan asesmen dalam rangka INDI Awards (penghargaan kepada industri yang telah menerapkan industri 4.0), serta insentif restrukturisasi mesin.
"Untuk mempercepat proses transformasi digital dan pencapaian target tersebut, Kemenperin telah membangun Pusat Industri Digital Indonesia 4.0 yang menawarkan lima layanan utama dalam membantu industri TPT secara khusus," kata Menperin.
Di samping itu, Kemenperin juga melakukan upgrading Politeknik STTT Bandung untuk menjadi capability center bagi pengembangan sumber daya manusia industri tekstil.
"Kami mengundang para pelaku industritekstil untuk memanfaatkan layanan-layanan ini dalam rangka meningkatkan daya saing produk TPTnasional di pasar global," tegas Agus.
Advertisement
Konferensi Tekstil
Apresiasi juga diberikan kepada Politeknik STTT Bandung, yang turut berperan besar dalam upaya kemajuan pendidikan dan industri tekstil nasional.
"Sebagai salah satu pendidikan tinggi vokasi di lingkungan Kemenperin, Politeknik STTT Bandung merupakan bagian dari ekosistem pembangunan industri nasional yang memiliki peran strategis dalam mensuplai tenaga kerja terampil sesuai dengan kebutuhan industri tekstil,” jelas Menperin.
Selain itu, penyelenggaraan The 3rd Indonesia Textile Conference juga merupakan bagian dari rangkaian acara peringatan 100 tahun pendidikan tekstil di Indonesia.
"Usia 100 tahun menunjukkan eksistensi Politeknik STTT Bandung sebagai penyelenggara pendidikan yang telah menerapkan link and match dengan industri dan customized mengikuti pergerakan arah industri sehingga menjadi solusi penyediaan SDM industri yang kompeten,” papar Agus.
Politeknik STTT Bandung pun telah menjadi contoh baik (best practice) pengelolaan pendidikan vokasi sehingga dijadikan benchmark oleh pendidikan vokasi lain.
"Keberhasilan ini patut kita replikasi pada pendidikan vokasi lainnya," imbuhnya.
Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri Kemenperin Restu Yuni Widayati menambahkan, dalam persaingan global, industri tekstil Indonesia harus menggeser dirinya dari keunggulan komparatif ke keunggulan kompetitif yang lebih berbasis pengetahuan dengan menguasai teknologi dan mengejar inovasi melalui pendidikan dan penelitian dan pengembangan (R&D).
Keduanya tidak dapat dipisahkan dan menjadi tulang punggung industri tekstil nasional.
"Dari aspek pengembangan SDM dan ketersediaan bahan baku, penyelenggaraan pendidikan tinggi bidang tekstil menjadi sangatlah penting. Untuk itu, upaya adaptasi penyelenggaraan pendidikan bidang tekstil harus terus dilakukan," terangnya.