Liputan6.com, Jakarta Sarinah bakal menjadi mal pertama yang berkomitmen untuk menekan sesedikit mungkin sampah makanan. Ini dilakukan dengan menggandeng startup Surplus dalam distribusi sisa makanannya.
Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyebut ini bisa menjadi momentum. Apalagi tercatat sekitar 20-48 juta ton sampah makanan di 2019. Angka ini diprediksi terus meningkat jika tak ditanggulangi.
Baca Juga
"Beberapa bulan lalu, kami, bersma tim deputi (di NFA) bertemu dengan bu Fetty (Direktur Utama Sarinah) mencanangkan zero foodwaste di Sarinah, dan kini bisa tercapai," kata dia dalam seremoni penandatanganan Sarinah Zero Food Waste, Sarinah, Senin (15/8/2022).
Advertisement
Ia menyebutkan, miliaran sampah makanan dibuang di seluruh dunia. Maka upaya menekan sampah makanan di sentra penjualan perlu dilakukan.
"Ini keren banget, di saat miliaran ton terbuang, makanan terbuang, tadi ada nasi padang, waktu kita lihat, ini udah sejam-dua jam itu jadi foodwaste. Kalau kita lihat tenant-tenant, berapa banyak produksi makanan kita (yang terbuang)," terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Sarinah Fetty Kwartati menyebut ingin menjaga tren label 'yang pertama' yang diemban Sarinah. Mulai dari mal pertama, memiliki eskalator pertama, hingga partner store pertama di Indonesia.
"Kini jadi community mal pertama di Indonesia, Kita berani jadi mal yang bebas foodwaste," kata dia.
Fetty berharap, upaya penekanan sampah makanan ini tak hanya dilakukan oleh Sarinah. Tapi juga diikuti oleh seluruh pengelola dan pusat belanja di Indonesia. Harapannya, dampak semakin besar akan dirasakan kedepannya.
"Ini coba kita gaungkan, nanti harapannya Sarinah gak sendiri, tapi diikuti yang lain," ujarnya.
Langkah Konkret
Lebih lanjut, Fetty mengungkap upaya ini menjadi lankah konkret dalam mengejar Sustainable development goals (SDGs) yang juga tertuang dalam visi-misi Sarinah.
Menurutnya, dalam launching program kali ini, ada sekitar 40 tenant di sektor food and beverages, dan 45 UMKM bidang kuliner yang ikut serta. Tak berhenti disitu ia berharap kedepannya akan semakin banyak yang mengikuti jejak tersebut.
"'Zero Food Waste ini jadi visi Sarinah untuk mengejar SDGs, memang ini langkah konkret yang kami lakukan. Jadi kami sambut baik MoU ini dan juga kedepan kami ingin jadi suatu gerakan pusat belanja yang lain untuk bersama-sama," ajaknya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
931 Juta Ton Sampah Makanan
Berbagai negara di dunia tengah berbicara mengenai upaya untuk menghadirkan ketahanan pangan. Ini sebagai respons dari potensi krisis pangan akibat dari pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia-Ukraina.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto atau Menko Airlangga mengatakan, ditengah upaya tersebut dibayang-bayangi oleh banyaknya jumlah sampah makanan atau food waste. Ia menilai, ini menjadi satu upaya yang lebih dulu perlu dilakukan.
Menurutnya, secara global, ada sekitar 17 persen produksi makanan atau 931 juta ton sampah makanan pada 2021 lalu. Sementara di Indonesia, membuang sekitar 20-48 juta ton sampah makanan di 2019.
"Yang merupakan porsi yang sama untuk makanan bagi sekitar 61-121 orang setiap tahun," katanya dalam High Level Seminar: Strengthening Global Collaboration for Tackling Food Insecurity, ditulis Sabtu (16/7/2022).
"Kita perlu mengatur kembali makanan kita yang hilang dan terbuang," tegasnya.
Strategi
Guna menjalankan upaya tersebut, kata Airlangga, bisa dengan mengubah ukuran piring atau mengubah makanan prasmanan menjadi menu yang ditentukan. Ia menyebut, langkah kecil ini bisa berdampak cukup besar dalam mendukung upaya menghadirkan ketahanan pangan.
"Saya pikir ini bijaksana akan menyebabkan dampak yang signifikan," ujarnya.
Upaya lainnya yang menurut Airlangga penting adalah dengan adanya pengelolaan lahan untuk bahan pangan. Ia mencontohkan, di Indonesia telah diberlakukan untuk menanam sejumlah tanaman, diantaranya sagu, sorgum, singkong, dan buah-buah lokal.
"Kemudian untuk memabngun ketahanan pangan dalam jangka panjang, kita membutuhkan penguatan yang komprehensif dari seluruh produksi pertanian kita dari hulu hingga hilir," kata dia.
Advertisement