Indonesia Berancang-ancang Stop Ekspor Timah Mulai 2023

Rencana larangan ekspor timah memang jadi perhatian Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan.

oleh Arief Rahman H diperbarui 04 Okt 2022, 19:40 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2022, 19:40 WIB
Timah
Ilustrasi Timah.Indonesia Berancang-ancang Stop Ekspor Timah Mulai 2023

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah akan memberlakukan kebijakan larangan ekspor timah mulai 2023. Meski hingga saat ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengaku jika pihaknya masih melakukan evaluasi pemberlakuan kebijakan stop ekspor timah tersebut.

Rencana larangan ekspor timah memang jadi perhatian Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan. Nilai tambah dan hilirisasi jadi alasan Jokowi ingin menyetop ekspor timah mentah.

"Sedang dievaluasi. Di tahun 2023 mungkin ya (mulai berlaku), memang masih dalam proses," ujarnya saat ditemui di Hotel Borobudur, Selasa (4/10/2022).

Kendati begitu, dia tak mengungkap sejauh mana evaluasi yang telah dilakukan pihaknya. Maupun menjelaskan lebih jauh waktu pasti pelarangan ekspor komoditas tambang itu.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan akan menyetop ekspor timah, tembaga, dan komoditas lainnya yang masih dalam bentuk mentah. Sebelumnya, Jokowi sudah menyetop ekspor nikel mentah.

"Hilirisasi, jangan sampai berpuluh puluh tahun hanya mengekspor komoditas mentah saja. Harus kita paksa, dulu nikel kita setop ramai, semua orang menyampaikan hati-hati ekspor kita bisa anjlok karena menghentikan nikel," kata Jokowi dalam UOB Annual Economic Outlook 2023 bertajuk "Emerging Stronger in Unity and Sustainably", Kamis (29/9/2022).

Sebelum ekspor nikel mentah dihentikan, pendapatan ekspor nikel mentah setiap tahun hanya USD 1,1 miliar atau sekitar Rp 15 triliun per tahun.

Namun, setelah ekspor nikel mentah dihentikan, pendapatan dari ekspor komoditas tersebut melonjak menjadi USD 20,9 miliar setara Rp 360 triliun.

"Begitu kita hentikan coba cek. Di tahun 2021 USD 20,9 miliar. Jadi meloncat dari USD 1,1 miliar ke USD 20,9 miliar, dari Rp 15 triliun meloncat ke Rp 360 triliun. Itu baru nikel. Kita setop lagi timah, tembaga, kita setop lagi bahan-bahan lain yang kita ekspor mentahan," tegas Jokowi.

 

Aspal

Pada 2020 penggunaan  Aspal Buton (Asbuton) dilakukan pada jalan sepanjang 793 km yang tersebar di 25 provinsi di Indonesia, dengan volume kebutuhan sekitar 42 ribu ton. (Dok Kementerian PUPR)
Pada 2020 penggunaan Aspal Buton (Asbuton) dilakukan pada jalan sepanjang 793 km yang tersebar di 25 provinsi di Indonesia, dengan volume kebutuhan sekitar 42 ribu ton. (Dok Kementerian PUPR)

Di samping itu, Jokowi menyoroti soal aspal. Di Buton Sulawesi Tenggara terkenal dengan tambang aspal. Tapi justru Indonesia masih impor aspal 5 juta ton per tahun.

Ternyata setelah Jokowi telusuri, hanya ada satu perusahaan yang memproduksi aspal, dan produksinya masih rendah yaitu 100 ribu ton per tahun. Hal inilah yang harus didorong dan merupakan peluang untuk mendatangkan investasi.

"Saya cek di Buton, kenapa kita masih impor aspal, kira-kira 5 juta ton per tahun. Kita punya aspal kok, saya cek ke lapangan ternyata tidak ada industrinya, baru ada 1 yang produksinya hanya 100 ribu ton per tahun, kita malah impor, ini apa-apaan kesalahan seperti ini harus dihentikan. Itu peluang investasi di industri aspal," jelas Jokowi.

Lanjut Jokowi, masalah fundamental lainnya adalah ketahanan pangan, ketahanan energi juga harus terus diperbaiki. Sejauh ini Indonesia memiliki ketahan energi B30 nanti bisa ditingkatkan menjadi B40, sehingga Indonesia betul-betul kuat dalam ketahanan energi.

 

Minta Kepastian

Presiden Jokowi memberikan keterangan pers terkait tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan Malang. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Presiden Jokowi. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Pemerintah berencana melarang ekspor bahan tambang mentah, termasuk timah. Pemerintah nantinya masih akan memperbolehkan ekspor timah tetapi dalam bentuk produk jadi atau hasil hilirisasi. Sayangnya, kebijakan ini belum dibarengi kesiapan penyerapan di dalam negeri.

Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Abdullah Umar Baswedan menilai pemerintah perlu untuk mengkaji lebih lanjut dari sisi permintaan. Sehingga ketika larangan ekspor dijalankan, perusahaan lebih siap melakukan distribusi.

"Masalahnya, apakah seluruh produksi yang kita hasilkan, terutama produk nasional itu bisa diserap oleh industri hilir ini. Faktanya, PT Timah itu yang kita ekspor 95 persen, 5 persennya untuk konsumsi dalam negeri. Kalau di luar PT Timah ,mungkin hampir semuanya diekspor," kata Umar kepada awak media di Jakarta, Jumat (2/9/2022).

Di saat bersamaan, Umar mengatakan pemerintah masih membuka keran impor untuk produk hilirisasi. Harapannya, ketika kebijakan pembatasan ekspor diimplementasikan, pemerintah juga membatasi impor. Sehingga hasil hilirisasi dalam negeri dapat terserap secara optimal.

"Kalau ekspornya dibatasi impornya harus ditutup. Kami yakin pemerintah memperhitungkan itu," imbuh Umar.

 

Fokus Hilirisasi

Proses Produksi Timah Terbesar Dunia di Unit Metalurgi Muntok di Bangka Belitung. Foto: Liputan6.com/Arief Rahman
Proses Produksi Timah Terbesar Dunia di Unit Metalurgi Muntok di Bangka Belitung. Foto: Liputan6.com/Arief Rahman

Sehubungan dengan rencana itu, Direktur Operasi PT Timah Tbk Purwoko menyampaikan, perseroan melalui anak usahanya, PT Timah Industri akan difokuskan dalam mendorong hilirisasi timah di dalam negeri.

"Pada 2008 itu diputuskan Timah Industri menjadi lini anak usaha yang fokus pada hilirisasi logam timah, kemudian pada 2010 Timah Industri ini membangun pabrik tin chemical dan tin solder," kata Purwoko sebelumnya.

Sejak saat itu ia mengaku sumbangan yang dihasilkan oleh PT Timah Industri ini cukup besar. Sehingga, langkah pengoptimalan anak usaha ini dipandang realistis.

Ke depannya, Purwoko berharap kapasitas produksi Timah Industri dapat terus ditingkatkan. Sehingga nantinya berdampak pada pendapatan perseroan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya