Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, membicarakan seputar kondisi ekonomi dunia yang tengah diliputi ketidakpastian tinggi. Sehingga banyak negara terjebak resesi, dan pertumbuhan ekonomi 2023 diprediksi jadi yang terlemah sejak 20 tahun terakhir.
"Tingginya downside risk telah mendorong IMF memperkirakan, lebih dari 1/3 negara-negara di dunia akan mengalami kontraksi pertumbuhan pada tahun ini, atau tahun depan," kata Mahendra dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisaris OJK Oktober 2022, Kamis (3/11/2022).
Baca Juga
"Sehingga menampilkan profil pertumbuhan ekonomi global yang terlemah sejak 2001, di luar periode krisis, termasuk periode saat pandemi dikecualikan," sambung dia.
Advertisement
Di sisi lain, ia menambahkan, kekhawatiran atas resesi global meningkat, dan berada di level yang sangat tinggi. "Juga tercermin dari tingkat kepercayaan CEO yang turun ke level terendah sejak krisis keuangan global," imbuhnya.
Menghadapi situasi ini, Mahendra menilai sektor jasa keuangan Indonesia cenderung lebih siap dibanding negara lain.
"Berdasarkan RDK bulanan yang telah dilaksanakan pada 26 Oktober 2022, OJK menilai stabilitas sektor jasa keuangan terjaga, dan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan konsisten tumbuh, seiring dengan kinerja perekonomian nasional," ungkapnya.
Kinerja itu diharapkannya jadi asa di tengah situasi sulit tahun ini dan yang akan mendatang. Sehingga masih menyimpan harapan atas proses pemulihan ekonomi.
"Kinerja ini turut berkontribusi terhadap berlanjutnya pemulihan ekonomi itu sendiri, di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi global. Sejalan dengan tekanan di pasar keuangan internasional akibat pengetatan kebijakan moneter, berbagai bank sentral, berlanjutnya konflik geopolitik, dan penurunan pertumbuhan perekonomian global," tuturnya.
Sri Mulyani: Ekonomi Global Tertekan, Indonesia Pasti Kena Imbas
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengajak masyarakat dan jajarannya untuk terus bersiap, bahwa akan selalu ada tantangan-tantangan baru ke depan dengan tingkat kesulitan yang terus naik.
Sang Bendahara Negara pun bersyukur, ekonomi Indonesia bisa pulih dengan cepat dan kuat pasca pandemi Covid-19. Namun, dirinya enggan larut dalam sukacita berlebih.
"Kita mengawal pemulihan ekonomi, maka tentu kita juga melihat munculnya tantangan-tantangan baru yang selalu tidak lebih mudah. Kita lihat sekarang, dunia geopolitik dan ekonomi global yang mengalami tekanan yang bertubi-tubi, pasti akan memberikan imbas kepada perekonomian Indonesia," kata Sri Mulyani dalam Upacara Peringatan Hari Oeang RI ke-76, Senin (31/10/2022).
Dalam hal ini, Sri Mulyani pun menuntut Kementerian Keuangan selaku lembaga pengelola keuangan negara, untuk terus sigap merespon segala situasi.
"Kebijakan fiskal dan keuangan negara yang adaptif, responsif, fleksibel, namun tetap akuntabel dan transparan, serta dengan tata kelola yang baik, jadi kunci untuk terus menjaga masyarakat Indonesia, perekonomian Indonesia, dan menjaga keuangan negara sendiri," imbuhnya.
Â
Advertisement
Tantangan Baru
Sri Mulyani menyadari, meskipun telah mampu menangani pandemi, tantangan-tantangan baru akan hadir. Sehingga pemerintah dan masyarakat harus sigap menghadapinya.
"Ini juga merupakan tantangan yang bisa mencelakai, atau menurunkan daya pemulihan ekonomi nasional. Oleh karena itu, kita harus tangguh terus mengawal pemulihan," desak dia.
Dia berharap, peringatan Hari Oeang RI ke-77 tidak hanya dijadikan ajang untuk sukacita perayaan. Namun juga titik tekad bagi jajarannya untuk sigap menghadapi tantangan dan tangguh terus mengawal pemulihan ekonomi Indonesia.
"Karena setiap tantangan, apapun bentuknya, dia akan terus merongrong atau terus mencelakai terwujudnya cita-cita kemerdekaan RI," tegas Sri Mulyani.
Â