Liputan6.com, Jakarta Laporan e-Conomy SEA menyatakan pembayaran nontunai di Indonesia tahun ini diperkirakan bisa mencapai USD 266 miliar atau setara Rp 4.172,82 triliun. Angka ini naik 13 persen dari dari tahun lalu dalam nilai transaksi bruto (Gross Transaction Value).
Pertumbuhan transaksi nontunai ini diprediksi terus berlanjut hingga tahun 2025 mendatang. Dalam 2 tahun ke depan diprediksi tumbuh 17 persen menjadi USD 421 miliar atau setara Rp 6.604,5 triliun.
Pembayaran nontunai ini termasuk pemakaian kartu kredit, kartu debit, kartu prabayar, dompet elektronik, dan transfer antar-rekening.
Advertisement
Selain pembayaran nontunai, aktivitas transfer dana selama tahun 2022 juga mengalami peningkatan. Dalam laporan yang sama tercatat transfer dana meningkat 34 persen tahun ini menjadi USD 2 miliar.
Diperkirakan nilai transaksinya pada tahun 2025 mendatang tembus ke angka USD 3 miliar. Mengalami pertumbuhan signifikan yakni 26 persen.
Layanan keuangan lain yang juga tumbuh pesat, yakni Buy Now, Pay Later (BNPL). Tahun ini diperkirakan nilai transaksinya bisa mencapai USD 16 miliar atau tumbuh 66 persen (yoy).
Layanan BNPL ini akan terus meningkat hingga tahun 2025 sebesar USD 16 miliar dengan CAGR sebesar 51 persen.
Sementara itu, aktivitas investor dalam layanan keuangan digital (atau DFS) berfokus terutama pada pembayaran B2B dan layanan pinjaman.
Â
Investasi
Berdasarkan Asset Under Management, investasi tahun 2022 mencapai USD 2 miliar. Transaksi ini diprediksi mengalami kenaikan hingga 74 persen senilai USD 10 miliar pada tahun 2025 mendatang.
Bank digital, sebagai pendatang baru, memanfaatkan jaringan penjual dan konsumen yang ada untuk menjangkau populasi yang tidak memiliki rekening bank (unbanked) dan memiliki rekening bank dengan layanan terbatas (underbanked).
Sebagai catatan, Indonesia memiliki populasi unbanked dan underbanked tertinggi (sebesar 81 persen) di Asia Tenggara. Hal ini pun emungkinkan bank digital meraih kesuksesan yang lebih tinggi di Indonesia dengan potensi yang besar untuk bertumbuh.
Â
Advertisement
Asuransi Digital
Salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat pada layanan keuangan digital adalah asuransi digital. Sektor ini tumbuh 64 persen (yoy) dan diperkirakan akan mencapai USD 400 juta tahun ini. Pada 2025 mendatang, tidak menutup kemungkinan akan tumbuh USD 1 miliar.
Sebagai informasi, laporan multi-tahunan ini menggabungkan data dari Google Trends, Temasek, dan analisis dari Bain & Company. Selain itu juga memadukan informasi dari berbagai sumber di industri dan wawancara dengan para ahli yang menyoroti ekonomi digital enam negara di Asia Tenggara: Indonesia, Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapura dan Filipina.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com