Liputan6.com, Jakarta PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II menargetkan pergerakan penumpang hingga akhir 2022 bisa mencapai lebih dari 60 juta. Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin optimis hal itu bisa tercapai, lantaran permintaan penerbangan semakin meningkat.
Bahkan, dari 20 bandara yang dikelola AP II sampai dengan bulan Oktober kemarin sudah menembus angka 52 juta pergerakan penumpang. Oleh karena itu, pihaknya sangat optimis target bisa tercapai.
"Sampai dengan akhir tahun mohon doanya semua dan kerja keras kita semua, 20 bandara AP II nanti diakhir tahun akan kita upayakan menembus angka psikologis baru, setelah dihantam pandemi 2 tahun lebih ini untuk menembus angka 60 juta pergerakan traffic passenger. Mohon doanya kan ini masih ada sisa waktu," kata Dirut AP II, saat ditemui di Jakarta, Jumat (25/11/2022).
Advertisement
Dia menegaskan, tentu untuk mencapai target tersebut diperlukan kerja keras dan kerja cerdas supaya bisa terealisasi dengan cepat. Menurut dia, yang terpenting bandara harus mendukung pemulihan ekonomi nasional, mendukung pertumbuhan ekonomi dan mendukung bagaimana kebutuhan masyarakat secara sosial ekonomi bisa terpenuhi perjalanan transportasi udaranya.
"Memang tanpa bisa dipungkiri, menurut saya sektor transportasi udara ini gak boleh cengeng karena dihantam badai pandemi 2 tahun," ujarnya.
Menurut dia sektor udara memiliki 3 kekuatan dibandingkan sektor transportasi lainnya. Pertama, sektor ini punya kapasitas yang bisa mendukung untuk kebutuhan transportasi masyarakat besar.
"Kalau saya sebut itu 'capacity' yang besar, jadi saya beri gambaran tahun 2018 kita sudah menembus pergerakan penumpang setahun itu 112 juta. Artinya angka tersebut pernah terjadi, jadi kalau kita sebut 2018 adalah angka tertinggi. Maka kita tinggal mengulangi saja, itu bisa saja terjadi. Kan demand dan supply itu pernah terjadi, itu yang saya sebut sektor ini punya keunggulan dari sisi kapasitas," ujarnya.
Fleksibel
Kedua, sektor transportasi udara memiliki kemampuan dalam konteks fleksibilitas. Sektor ini mungkin sektor yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menghadapi momentum besar seperti Hari raya idul fitri dan Nataru 2022-2023.
"Ada hari raya idul Fitri dan nataru, kalau gabung setiap tahun itu kita mesti ketemu dua event besar. Pernah gak mendengar sesuatu kehebohan yang luar biasa karena diperiode Idul Fitri dan nataru banyak masyarakat yang tidak bisa terangkut dengan transportasi udara? Kan tidak ada. Karena pada saat demandnya elastis fleksibel, sektor ini bergerak cepat, makannya muncul istilah apa yang disebut dengan perpanjangan operating hour di Bandara dan muncul istilah extra flight," jelasnya.
Ketiga, sektor transportasi udara memiliki kekuatan untuk kemampuan connectivity. Indonesia ini kan negara kepulauan, sehingga dibutuhkan transportasi yang mampu menjangkau ke pulau-pulau terpencil.
"Sektor transportasi yang lain kereta api memang secara demografis dan geografis nya Indonesia seperti ini, jadi bagaimana untuk terbang ke pulau yang kecil secara cepat dan mudah ya sektor transportasi udara sangat menentukan. Capacity, flexsibility, dan connectivity sektor ini 5-10 tahun ke belakang dibangun dengan sangat kuat," pungkasnya.
Advertisement
Bawa Mobil Listrik ke Bandara Soetta Tak Lagi Deg-degan, Sudah Ada SPKLU
PT Angkasa Pura II pada Rabu telah membuka Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. SPKLU ini terletak di area parkir domestik T3.
SPKLU di Bandara Soekarno Hatta ini dilengkapi 1 unit mesin DC fast charging berkapasitas 40 kWh dengan 2 socket (Combined Charging System-2 dan CHAdeMo) dan 1 unit mesin AC charging berkapasitas 22 kWh dengan 2 socket (type 2 dan GBT).
“SPKLU di Bandara Soekarno-Hatta merupakan yang pertama di kawasan bandara di Indonesia yang disediakan langsung oleh operator bandara dalam hal ini adalah AP II,” ujar President Director Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, dalam keterangan tertulis, Kamis (10/11/2022).
Pada tahap awal, SPKLU difungsikan sebagai layanan non-komersial mendukung armada operasional Presidensi G20 Indonesia 2022. Dibukanya SPKLU juga sebagai upaya mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Bandara Soekarno-Hatta.
Muhammad Awaluddin menjelaskan, jumlah kendaraan listrik di Indonesia baik roda empat maupun roda dua terus bertambah, pemerintah terus mendorong penambahan fasilitas untuk mendukung penggunaan kendaraan listrik, dan Angkasa Pura II sebagai operator bandara tidak ketinggalan untuk menyediakan fasilitas yakni dengan menghadirkan SPKLU di Bandara Soekarno-Hatta.
"Ini juga sebagai upaya kami dalam membangun ekosistem kendaraan listrik dan mendorong lebih banyak lagi penggunaan kendaraan listrik di bandara.” kata dia.
“Penyedia layanan transportasi publik di Bandara Soekarno-Hatta seperti Blue Bird, Grab, Gojek dan sebagainya telah mentransformasikan armada menjadi kendaraan berbasis listrik. AP II pada tahun depan juga mengakselerasi penggunaan kendaraan listrik. Secara bertahap, penggunaan kendaraan operasional di AP II termasuk di Bandara Soekarno-Hatta akan berbasis kendaraan listrik,” tambah Muhammad Awaluddin.
Jadi Kota Mandiri
Keberadaan SPKLU ini juga wujud Angkasa Pura II mendukung inisiatif global terkait keberlanjutan (sustainability).
“Industri aviasi global bersepakat mengurangi emisi karbon yang dicanangkan dalam program Net-zero Carbon Emissions by 2050. AP II mewujudkan hal ini melalui berbagai inisiatif, termasuk mendorong penggunaan kendaraan listrik,” jelas Muhammad Awaluddin.
Lebih lanjut, Muhammad Awaluddin menuturkan keberadaan SPKLU semakin melengkapi beragam fasilitas publik di Bandara Soekarno-Hatta.
“Bandara Soekarno-Hatta sudah menjadi semacam kota kecil atau kota mandiri dengan beragam fasilitas dan AP II tidak berhenti terus menambah berbagai fasilitas publik,” jelas Muhammad Awaluddin.
SPKLU di lingkungan AP II sendiri dikelola oleh PT Angkasa Pura Solusi (APS) yang merupakan anak usaha AP II.
Advertisement