Pandemic Fund Kurang Dana USD 10 Miliar, Menkes Tiru Cara Akuisisi Freeport

Menteri Kesehatan menyebutkan Dana Pandemi atau Pandemic Fund yang diinisiasi Pemerintah RI saat KTT G20 masih kekurangan dana USD 10 miliar

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 29 Nov 2022, 19:15 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2022, 19:15 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meresmikan pencanangan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) tahun 2022 di Gedung Daerah Kepulauan Riau, Kota Tanjung Pinang pada Rabu, 18 Mei 2022. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengutarakan, Dana Pandemi atau Pandemic Fund yang diinisiasi Pemerintah RI saat KTT G20 masih kekurangan dana USD 10 miliar dari total kebutuhan USD 31,3 miliar.

Menurut dia, Pemerintah RI tidak akan bersusah payah mendesak partisipasi negara lain untuk menyumbangkan dananya untuk Pandemic Fund. Budi Gunadi Sadikin menilai, banyak cara yang bisa diupayakan untuk menambal kekurangan dana tersebut.

"Kita masih butuhnya USD 10 billion, tapi kan USD 10 billion enggak semuanya kan (harus didapatkan). Sama kayak pengusaha kita butuh investasi bangun pabrik Rp 1 triliun, apa dari cash Rp 1 triliun? enggak kan?" ujarnya dalam acara Wealth Wisdom di Pacific Place, Jakarta, Selasa (29/11/2022).

Budi Gunadi lantas berkaca pada upayanya saat menjadi Direktur Utama PT Inalum (Persero) di 2018, dalam mencari dana tambahan untuk membeli mayoritas saham PT Freeport Indonesia senilai USD 3,85 miliar.

"Saya beli Freeport USD 4 miliar, bagaimana mesti minta ke ibu Sri Mulyani? Saya bilang udah enggak usah, kita bankir, jadi udah kita pinjam dari pasar uang AS USD 4 miliar untuk beli perusahaan AS (Freeport) USD 4 miliar. Itu kan yang paling bagus, pinjam uang AS untuk beli perusahaan AS," paparnya.

Alhasil, ia melanjutkan, pemerintah tidak perlu lagi meminta kesediaan negara lain untuk memenuhi dana Pandemic Fund. Pasalnya, saat putaran pertama pendanaan saja sudah bisa terkumpul USD 1,4 miliar dari 24 donatur, yang terdiri dari 21 negara dan 3 institusi pendonor.

"Intinya USD 10 billion itu enggak harus dipenuhi semua sama kita, paling kita butuh USD 2-3 bilion udah cukup. First round aja kemarin udah USD 1,4 billion, sudah 24 institusi. Itu gede-gede udah masuk dapet USD 1,4 billion. Kalau jadi bankir ya bisa leverage 3-4 kali lah. Harusnya USD 5 billion aja dapatkan," tutur dia.

Pandemic Fund Kurangi Risiko Dampak Pandemi di Masa Depan

Pelayanan Imunisasi Anak Kembali Berjalan Kembali di Aceh
Petugas kesehatan berbincang dengan orang tua bayi setelah melakukan imunisasi anak di sebuah Pukesmas di Banda Aceh, Aceh, Senin (15/6/2020). Memasuki tatanan normal baru, pelayanan imunisasi anak kembali dibuka setelah sebelumnya sempat terhenti akibat pandemi COVID-19. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Dana Pandemi (Pandemic Fund) yang diluncurkan dalam Presidensi G20 Indonesia menjadi salah satu kunci memerangi pandemi di masa depan bila sewaktu-waktu terjadi. Akses pendanaan Pandemic Fund membantu kurangi risiko dampak yang terjadi akibat pandemi.

Executive Head of the Pandemic Fund, Secretariat The World Bank, Priya Basu mengapresiasi pembentukan resmi Pandemic Fund, yang sebelumnya dikenal dengan nama Dana Perantara Keuangan (Financial Intermediary Fund/FIF). 

Sudah lebih dari US$1,4 miliar komitmen finansial Pandemic Fund dikontribusi oleh 24 donor, baik dari negara G20, negara non-G20, dan lembaga filantropi. Pembentukan Pandemic Fund juga melihat pembelajaran dari pandemi COVID-19. 

Bahwa pandemi menimbulkan dampak tidak hanya di sektor kesehatan saja, melainkan di sektor ekonomi, sosial, pariwisata dan lainnya. Krisis global pun dapat terjadi di berbagai negara di dunia, terutama negara-negara yang rentan kekurangan pendanaan untuk mengakses alat kesehatan dan vaksin.

“Kami yakin dengan semua dukungan dari negara maupun filantropi untuk Pandemic Fund ini. Diharapkan jumlah pendanaan ini terus bertambah dan bergulir. Dan Pandemic Fund ini akan memainkan peran kunci dalam membantu mengurangi risiko epidemi dan pandemi di bagian dunia yang paling rentan,” tutur Priya dalam G20 Side Event bertajuk, Redesigning Pandemic Prevention, Preparedness, and Response: Lessons Learned and New Approaches di Conrad Hotel, Nusa Dua Bali, Bali pada Senin, 14 November 2022.

“Pandemic Fund juga berkontribusi mewujudkan dunia yang lebih sehat dan lebih aman. Jadi, kami menantikan dukungan dan keterlibatan berkelanjutan dari seluruh partisipan, negara G20 maupun non-G20 dan filantropi di berbagai negara.”

 

Presidensi G20 Indonesia

Pertemuan Sherpa G20 keempat yang sekaligus merupakan pertemuan terakhir menyongsong KTT G20 dalam Presidensi G20 Indonesia, saat ini juga telah dilangsungkan di Jimbaran, Bali, pada 11-14 November 2022. (Dok ekon.go.id)
Pertemuan Sherpa G20 keempat yang sekaligus merupakan pertemuan terakhir menyongsong KTT G20 dalam Presidensi G20 Indonesia, saat ini juga telah dilangsungkan di Jimbaran, Bali, pada 11-14 November 2022. (Dok ekon.go.id)

Upaya pembentukan Pandemic Fund, menurut Priya, tidak akan sepenuhnya terjadi tanpa kepemimpinan Presidensi G20 Italia tahun 2021, yang kemudian dilanjutkan pada Presidensi G20 Indonesia tahun 2022.

“Saya pikir, ini (Pandemic Fund) benar-benar tidak akan mungkin terjadi tanpa kepemimpinan – Presidensi G20 – Indonesia dan Italia yang sama-sama punya perspektif pentingnya pendanaan pandemi,” pungkasnya.

“Kami, World Bank bersama dengan mitra dan juga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sangat sulit untuk mengembangkan dana pandemi. Butuh waktu lama hingga Pandemic Fund ini dirancang dan negara-negara mulai mengumpulkan dananya."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya