Ini Dia Cara Jitu Dongkrak Produktivitas Padi Sekaligus Sejahterakan Petani

Penerapan praktik pertanian yang baik (good agriculture practices/GAP) menjadi salah satu kunci sukses dalam meningkatan produktivitas padi.

oleh Tira Santia diperbarui 04 Des 2022, 12:30 WIB
Diterbitkan 04 Des 2022, 12:30 WIB
Penerapan praktik pertanian yang baik (good agriculture practices/GAP) menjadi salah satu kunci sukses dalam meningkatan produktivitas padi.
Penerapan praktik pertanian yang baik (good agriculture practices/GAP) menjadi salah satu kunci sukses dalam meningkatan produktivitas padi. (Dok. Wilmar)

Liputan6.com, Jakarta Penerapan praktik pertanian yang baik (good agriculture practices/GAP) menjadi salah satu kunci sukses dalam meningkatan produktivitas padi.

Hal itu telah dilakukan oleh PT Wilmar Padi Indonesia bersama petani mitranya melalui program demonstration plot (demplot) di sejumlah wilayah di Indonesia.

Praktik pertanian yang baik tersebut diterapkan melalui pemupukan yang tepat dengan menggunakan Pupuk Mahkota yang juga diproduksi Wilmar,  penggunaan bibit unggul, pengendalian hama penyakit, penggunaan teknologi, pengaturan masa tanam dan pemanenan.

Salah satu program demplot yang telah berjalan berada di Lampung Selatan dan Lampung Timur. Dari 12 titik demplot dengan luas sekitar 18 hektare (ha) tersebut, petani mitra tercatat memproleh peningkatan produksi gabah kering giling (GKP) sebanyak 23-24 persen atau 1,3-1,4 ton per ha. Petani juga mengantongi tambahan pendapatan Rp 2,2 juta-Rp 4,9 juta per ha.

“Peningkatan produksi otomatis akan mengerek pendapatan petani,” ujar Farmer's Engagement Program Head PT Wilmar Padi Indonesia Andi Bachtiar di sela panen raya di Palas Jaya, Kabupaten Lampung Selatan, dikutip Minggu (4/12/2022).

Andi menilai, peningkatan pendapatan petani adalah sesuatu yang positif dalam jangka panjang. Selain dapat membantu meningkatkan produksi pangan nasional, hal itu juga akan mendorong lebih banyak generasi muda terjun ke sektor agribisnis.

“Perlu ada daya tarik agar generasi muda mau masuk ke pertanian,” tuturnya.

 

Peningkatan Produksi

FOTO: Panen Padi Rutin di Kawasan Ujung Menteng
Petani memanen padi dari Sawah Abadi di kawasan Ujung Menteng, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Padi hasil panen tersebut tidak dijadikan beras, tapi dijadikan benih untuk dibagikan kepada kelompok tani yang ada di wilayah Jakarta. (merdeka.com/Imam Buhori)

Hingga saat ini, total luas lahan padi yang telah dikerjasamakan dengan petani, termasuk demplot mencapai 4.000 ha yang tersebar di Jawa Timur, Banten, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Lampung. Berdasarkan pengalaman di lapangan, praktik pertanian yang baik tersebut hasilnya bervariasi.

Di Sumatera Utara misalnya, peningkatan produksi padi dapat mencapai 30 persen per ha.Andi menambahkan, upaya peningkatan produksi padi tersebut sesuai dengan arahan pemerintah.

Pihaknya juga telah bekerjasama dengan berbagai kelompok tani di sejumlah wilayah, pemerintah daerah, dan Bulog. Kedepan, perusahaan berharap dapat berkontribusi lebih banyak dalam membantu pemerintah meningkatkan pasokan pangan nasional.

“Kami siap menjadi mitra pemerintah dalam penyediaan pasokan pangan dalam negeri,” katanya.

Aneh, Harga Beras Melambung saat Produksi Berlimpah

Hiruk-pikuk Petani Gorontalo Sambut Musim Panen dengan Bergotong royong
Petani memisahkan gabah saat panen padi di sawah Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo (15/3). Mereka lebih memilih menggunakan tenaga manusia agar Kebersamaan mereka terhaga. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)
Kementan Targetkan 8,2 Juta Hektare Sawah untuk 20 Juta Ton Beras
Petani menanam padi di persawahan di kawasan Tangerang, Kamis (3/12/2020). Kementerian Pertanian menargetkan pada musim tanam pertama 2020-2021 penanaman padi mencapai seluas 8,2 juta hektare menghasilkan 20 juta ton beras. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berita sebelumnya, Polemik harga beras antar instansi pemerintah terus berlanjut. Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim produksi beras di tingkat petani tengah melimpah. Sebaliknya, Perum Bulog justru kesulitan menyerap karena tak ada pasokan.

Situasi tersebut membuat harga beras kian terkerek naik. Melansir informasi data Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras memang konsisten melonjak sejak Juli 2022.

Kala itu, beras masih dipatok Rp 11.525 per kg, naik jadi Rp 11.555 per kg di Agustus 2022, Rp 11.720 per kg di September 2022, dan menjadi Rp 11.850 per kg Oktober 2022.

Adapun mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), Selasa (29/11/2022), harga beras di 16 provinsi kini bahkan sudah di atas Rp 12.000 per kg. Termasuk di DKI Jakarta, yang dijual Rp 13.900 per kg.

Harga beras paling tinggi berada di Kalimantan Tengah, yang dipasarkan di kisaran Rp 15.700 per kg.

Lantas, apa yang membuat harga beras terus meroket saat produksi justru melimpah?

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi tak menampik realita, petani saat ini tengah bahagia lantaran harga gabahnya relatif baik. Namun, pemerintah justru cemas terhadap ketersediaan pangan karena di gudang kosong.

"Problemnya cuman satu. Hari ini adalah waktunya mengeluarkan, bukan menyerap, kalau bahasa kasarnya gitu. Menyerapnya harusnya pada April-Mei yang waktu itu. Para petani memiliki kelemahan atau problem likuiditas terhadap aspek penjualan, karena yang belinya enggak ada, yang belinya adalah bandar," ujarnya dalam sesi bincang.

Mantan Bupati Purwakarta ini mengatakan, logika ekonomi berjalan ketika petani sedang menikmati masa panen. Perum Bulog kecolongan oleh tengkulak yang menguasai serapan gabah di tingkat petani.

"Sekarang ini siapa yang pegang berasnya, ya bandar. Makanya logikanya, di pasar harga berasnya naik, tapi berasnya cukup. Berarti yang pegang siapa? Yang pegang adalah bandar beras, juragan beras," ucapnya.

"Sehingga kalau ingin membuat (harga beras) stabil, kan Bulog yang bisa membuat stabilitas. Stabilitasnya tadi, mengisi gudang. Mengisi gudangnya ada dua logika, satu menyerap gabah petani, kedua impor," imbuh Dedi.

Mentan Pasok 600 Ribu Ton Beras ke Bulog dalam 6 Hari

Hiruk-pikuk Petani Gorontalo Sambut Musim Panen dengan Bergotong royong
Sejumlah petani membawa hasil panen padi di Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Jumat (15/3). Mereka bergotong royong di sawah dengan menyambut musim panen dengan begitu ceria. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyanggupi permintaan untuk memasok 600 ribu ton beras ke Perum Bulog dalam 6 hari. Pasokan itu ditujukan untuk memperkuat stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang kian menipis.

Mentan Syahrul menganggap produksi beras di lapangan saat ini berlimpah. Sehingga baginya, bukan hal sulit untuk menuruti permintaan DPR dalam menyerap gabah petani untuk disetor jadi beras kepada Bulog.

"Iya dong, harus diserap dong. Kalau enggak diserap nanti petani yang beli siapa. Mau 6 hari mau 1 hari datanya ada kok. Panen juga sudah jalan, dari tahun ke tahun kita overstock," kata Mentan di Jakarta, Senin (28/11/2022).

Ia pun menjamin stok beras petani kini pasti ada dan siap terserap. Meskipun, secara harga sedikit terkerek lantaran terganggu oleh kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu.

"Tugas saya juga bela petani, masa mau dijual rugi. Saya bisa pahami kalau apa-apa naik terus, harga naik, normal aja menurut saya," kata Mentan.

Adapun stok beras yang dikelola Perum Bulog terus menipis dan jauh di atas target cadangan sebesar 1,2 juta ton hingga akhir 2022. Cadangan beras pemerintah (CBP) di Bulog per 22 November 2022 disebut kurang dari 600 ribu ton.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya