Liputan6.com, Jakarta Ditengah kampanye transisi energi, potensi panas bumi makin dilirik sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar fosil. Dalam konteks ini, Indonesia diuntungkan karena memiliki harta karun berupa potensi panas bumi yang melimpah.
Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sumber daya panas bumi Indonesia ditaksir mencapai 23.965,5 MW atau sekitar 24 Giga Watt (GW), nomor dua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat.
Baca Juga
Direktur Eksplorasi dan Pengembangan Pertamina Geothermal Energy, Rachmat Hidayat mengatakan, kecenderungan global pada energi bersih, membuat Indonesia punya peluang besar mengoptimalkan kekayaan panas bumi alias geothermal secara ekonomis.
Advertisement
“Saya percaya dunia mau menuju ke energi bersih, jadi peluang (geothermal) juga semakin besar” kata Rachmat Hidayat dalam program Polemik Spesial Trijaya, “Quo Vadis Energi Panas Bumi”, Jumat (27/1/2023).
Saat ini, Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan salah satu perusahaan geothermal terbesar di dunia. “Kapasitasnya 2,3 giga watt, hampir 82 persen berasal dari PGE. Ada yang dilakukan sendiri, dan ada yang dilakukan oleh partner PGE,” ujar Rachmat.
Sementara berdasarkan laporan keuangan per 2021, pendapatan PGE tercatat sebesar USD 369 juta atau setara dengan Rp5,71 triliun (asumsi kurs Rp15.500 per dolar AS).Dengan pengelolaan yang tepat, panas bumi memiliki nilai manfaat yang menggiurkan. Geothermal, kata Rachmat, merupakan supply energi terbaik untuk PLN. Hal itu bisa dibuktikan ketika terjadi pemadaman.
“Geothermal itu singkat ketika pengisian. Tidak seperti batu bara yang membutuhkan waktu lama, geothermal bisa langsung dan stabil. Jadi tidak ada intermiten, tidak mengenal siang dan malam,” jelasnya.
Selain listrik, geothermal juga memiliki banyak produk turunan yang dapat dimanfaatkan dalam keseharian. Mulai dari agro wisata, mineral silica untuk produk kecantikan, hingga green amonia sebagai bahan bakar tanpa karbon.Saat ini PGE memiliki sebaran wilayah kerja di tiga pulau, yakni Sumatera (Medan, Bengkulu, Lampung, dan Sumatera Selatan), serta Jawa Barat dan Sulawesi.
“Harapannya ketika dibuka tender lain, PGE juga bisa hadir di daerah timur Indonesia,” harap Rachmat.
Ekspansi
Pilar bisnis PGE sekarang masih bertumpu pada beberapa wilayah kerja existing. Namun ke depan PGE akan terus berekspansi dengan melakukan pengembangan ke area baru.
“PGE juga belajar bioelectricity supaya makin variatif. Semoga momentum dan peraturannya semakin ada dan jelas supaya peluang bisnisnya bertambah besar,” ujarnya.Soal pendanaan, PGE tidak mengalami hambatan berarti. “PGE itu cash low dan selalu memiliki biaya yang cukup.
Pembiayaan PGE datang dari internal, eksternal dan multinasional” terang dia.Meski begitu Rachmat Hidayat mengakui masih ada sederet tantangan yang dihadapi PGE, terutama dalam hal peningkatan kapasitas produksi dan daya serap geothermal yang dihasilkan.
“Tantangan PGE adalah meningkatkan kapasitas dengan masif untuk penyerapannya. Ada beberapa daerah yang demandnya masih kuat, untuk pulau Jawa supplynya juga oke. Sebagai pengusaha kita optimis mencari celah-celah yang bisa dimanfaatkan,” tutur Rachmat.
Namun PGE menatap tantangan itu dengan percaya diri. Didukung komitmen pemerintah yang semakin besar pada pengembangan geothermal, PGE tetap yakin pada kapasitas Indonesia untuk menjadi rujukan dunia dalam hal pemanfaatan energi bersih.
Advertisement
GE Tuntaskan Proyek PLTP Binary Organic Rankine Cycle di Sulawesi Utara
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang merupakan bagian dari Subholding Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) menuntaskan project EPCC (Engineering Procurement Construction & Commissioning) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Binary Organic Rankine Cycle 500 kW PGE Area Lahendong di Kota Tomohon, Sulawesi Utara.
Ini bentuk komitmen nyata pengembangan energi bersih panas bumi. Tepat pukul 20:00 WITA, Kamis (8/12/2022) proses commissioning, PLTP Binary Organic Rankine Cycle 500 kW di lokasi PGE Area Lahendong dinyatakan laik operasi.
Ahmad Yani, General Manager PGE Area Lahendong, berhasilnya proyek commissioning PLTP Binary Organic Rankine Cycyle merupakan bukti dukungan penuh Pertamina dalam akselerasi transisi energi untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) dan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Hal ini merupakan langkah nyata PGE dalam mendukung target pemerintah yang tengah berupaya mengurangi emisi menuju NZE pada 2060 “Kami berupaya mencapai target NZE yang menargetkan pengurangan emisi sebesar 314 juta ton CO2e pada 2030 dan 1.526 juta ton CO2e pada 30 tahun kemudian," kata Ahmad Yani, Jumat (9/12/2022)
PLTP Binary Organic Rankine Cycle (ORC Power Plant) merupakan pembangkit listrik yang menggunakan fluida organik sebagai penggerak turbin-generator dimana fluida dipanaskan dengan memanfaatkan energi dari fluida panas bumi yang sebelumnya belum terutilisasi.
Dimulai 2021
Proyek ini dimulai pada 2021 dengan skema Quick Win untuk mencapai Fast Delivery Project. Ahmad Yuniarto, Direktur Utama PGE, secara terpisah menjelaskan keberhasilan proyek ini merupakan perwujudan kompetensi dan semangat juang seluruh Perwira PGE dalam pengelolaan pengembangan energi geothermal serta dipersembahkan sebagai kado ulang tahun Pertamina dan PGE.
Ahmad mengatakan, dalam menjalankan bisnisnya, PGE terus berkomitmen untuk pengembangan panas bumi dan memastikan implementasi Environment, Social, and Governance (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi PGE.
Penerapan aspek-aspek ESG ini merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan PGE pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan khususnya panas bumi.
“Komitmen PGE dalam pengembangan energi panas bumi dapat berkontribusi dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan goals ke 7 (energi bersih dan terjangkau), goals 12 (konstruksi dan produksi yang bertanggungjawab), goals 13 (penanganan perubahan iklim), dan goals 15 (ekosistem darat) pada SDGs (Sustainable Development Goals),” katanya.
PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang sebesar +1,8GW, dimana 672 MW dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGE dan 1.205 MW dikelola dengan skenario Kontrak Operasi Bersama. Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkonstribusi sebesar sekitar 82% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun.
Advertisement