Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Jumat pagi ini. Nilai tukar rupiah melemah seiring dengan naiknya imbal hasil obligasi AS.
Pada Jumat (3/2/2023), rupiah hari ini dibuka turun 22 poin atau 0,15 persen ke posisi 14.910 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.888 per dolar AS.
Baca Juga
"Rupiah diperkirakan melemah karena dolar AS rebound (menguat kembali) dan naiknya imbal hasil obligasi AS," kata Analis DCFX Futures Lukman Leong dikutip dari Antara.
Advertisement
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun naik ke level 4,094 persen dan tenor 10 tahun meningkat ke posisi 3,376 persen.
Penguatan kembali dolar AS ditopang oleh data tenaga kerja yang masih kuat dengan klaim pengangguran AS yang lebih baik dari perkiraan. Investor juga akan menantikan data penting tenaga kerja AS terkait Non-Farm Payrolls (NFP) malam ini.
Non-Farm Payroll adalah data tingkat ketenagakerjaan di Amerika serikat selain dari sektor pertanian, pemerintahan, rumah tangga, dan lembaga-lembaga nonprofit.
Data pada Kamis (2/2/2023) menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga turun minggu lalu karena pasar tenaga kerja tetap tangguh meskipun biaya pinjaman lebih tinggi dan kekhawatiran akan resesi meningkat.
Produktivitas pekerja AS juga meningkat lebih cepat dari yang diharapkan pada kuartal keempat, menghasilkan moderasi dalam pertumbuhan biaya tenaga kerja.
Rilis ekonomi utama AS minggu ini adalah laporan ketenagakerjaan pada Jumat untuk bulan Januari, yang diharapkan menunjukkan bahwa pemberi kerja menambahkan 185.000 pekerjaan di bulan tersebut.
Lukman memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran 14.850 per dolar AS hingga 15.000 per dolar AS.
Fundamental Ekonomi Kuat, BI Yakin Rupiah Tak Bakal Melemah di 2023
Sebelumnya, Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat sejak awal tahun ini. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, gerak nilai tukar rupiah sepanjang tahun cenderung mengalami penguatan seperti yang telah terjadi di awal tahun. Hal ini dasarkan pada perbaikan kondisi fundamental perekonomian Indonesia hingga akhir 2022.
"Kami meyakini nilai tukar rupiah akan menguat karena faktor fundamental, semuanya memberikan justifikasi bahwa nilai tukar akan menguat," kata Perry dalam acara Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022 di Jakarta, Senin (30/1/2023).
Perry menyampaikan, kian membaiknya faktor fundamental tersebut tercermin dari peningkatan aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia. Perry mencatat, aliran modal asing masuk sebesar USD 2,4 miliar ke pasar keuangan Indonesia.
Selain itu, tren laju inflasi di Tanah Air juga masih terkendali hingga memasuki akhir tahun 2022. Perry optimis, tingkat inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada semester I 2023, sementara inflasi umum akan berada di bawah 4 persen di semester II 2023.
"Inflasi dari 5,5 persen kami pastikan inflasi inti di semester satu (2023) di bawah 4 persen," tekan Perry.
Â
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi Berlanjut
Kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi cepat pasca terdampak pandemi Covid-19. Hal ini sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM).
Pada 2023, pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut, meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5 sampai 5,3 persen, sejalan dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi global.
Â