Simak Kurs USD Hari Ini dan Mata Uang Asing Lainnya Kamis 9 Februari 2023

Kurs jual USD terhadap Rupiah pada 9 Februari 2023 di posisi Rp 15.197,61 per USD dan kurs beli Rp 15.046,39.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 10 Feb 2023, 12:02 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2023, 13:20 WIB
FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kurs dolar Amerika Serikat atau kurs USD hari ini terhadap Rupiah masih bertahan di Rp. 15.000 pada Kamis, 9 Februari 2023.

Melansir laman resmi Bank Indonesia, Kamis (9/2/2023) kurs USD hari ini terhadap Rupiah berada di posisi Rp 15.197,61 per USD, dan kurs beli Rp 15.046,39. 

Selanjutnya, Poundsterling Inggris memiliki kurs jual Rp 18.384,55 per pound dan kurs beli Rp 18.195,60. Kurs jual Euro hari ini di kisaran Rp 16.343,51, dan kus beli Rp 16.174,87.

Kurs mata uang dolar Australia atau AUD juga masih di kisaran Rp 10.000, nilai jual Rp 10.615,53 per AUD dan kurs beli Rp 10.506,89 per AUD.

Adapun mata uang negara ekonomi besar kawasan Asia, Yen Jepang dengan kurs jual Rp 11.606,54 per 100 Yen dan kurs beli Rp 11.488,42 per 100 Yen. Kurs jual Yuan China kini berada di Rp 2.241,30 dan Rp 2.218,71 untuk kurs beli.

Kurs jual Won Korea Selatan kini di Rp 12,06 dan kurs beli Rp 11,94 per Won. Sementara itu, kurs jual dolar Hong Kong sebesar Rp 1.936,17 per HKD dan kurs beli Rp 1.916,86 per HKD.

Di Asia Tenggara, kurs jual dolar Singapura atau SGD kini mencapai Rp 11.483,76 dan kurs beli Rp 11.365,20 per SGD. Selanjutnya ada Ringgit Malaysia dengan kurs jual di Rp 3.538,44 per Ringgit dan kurs beli Rp 3.499,97. 

Kurs jual Peso Filipina pada Kamis hari ini dipatok Rp 277,38 dan kurs beli Rp 274,52 per PHP, serta kurs beli Baht Thailand sebesar Rp 453,66 per Baht dan kurs beli Rp 448,88.

Ekonomi AS Membaik, Rupiah Malah Loyo

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Menguat
Teller menghitung mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, nilai tukar rupiah melemah pada Kamis dipicu membaiknya data ekonomi Amerika Serikat (AS).

Kurs rupiah pada Kamis pagi dibuka turun 25 poin atau 0,16 persen ke posisi 15.120 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.096 per dolar AS.

"Pelaku pasar masih mempertimbangkan membaiknya data ekonomi AS setelah data tenaga kerja NFP AS bulan Januari menunjukkan pertumbuhan lebih dari dua kali dibandingkan bulan sebelumnya," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Jumat (3/2/2023) bahwa data ketenagakerjaan nonpertanian atau non farm payrolls (NFP) meningkat 517.000 pada Januari, jauh lebih baik dari yang diharapkan 187.000. Tingkat pengangguran turun menjadi 3,4 persen, level yang tidak terlihat sejak Mei 1969.

Pekan lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, dengan pasar sekarang menetapkan perkiraan puncak suku bunga di atas 5 persen setelah data pekerjaan yang kuat pada Jumat (3/2/2023).

Ariston menuturkan membaiknya data ekonomi AS tersebut bisa mendorong Bank Sentral AS atau The Fed untuk tetap menaikkan suku bunga acuannya.

Selain menegaskan penurunan inflasi, Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pidatonya yang lalu juga mengatakan bahwa jika data tenaga kerja terus menunjukkan hasil yang bagus, suku bunga bisa dinaikkan lagi.

Bank Indonesia Yakin Rupiah Makin Perkasa di 2023

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Beberapa waktu sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, memprediksi nilai tukar rupiah akan menguat tahun ini. Hal itu didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan kinerja positif.

"Kami meyakini nilai tukar Rupiah akan menguat karena faktor fundamental semuanya memberikan justifikasi dasar bahwa nilai tukar Rupiah akan menguat," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).

Dia menyampaikan, pada tahun 2022, Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia bisa tumbuh bias ke atas dalam kisaran 4,5 sampai 5,3 persen. Bahkan BI optimis tahun 2022 bisa tumbuh paling tidak di kisaran 5,2 persen.

Mengutip data BPS, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari s.d Desember 2022 mencapai USD291,98 miliar atau naik 26,07 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2021.

Kemudian, inflasi yang terjadi di Indonesia juga turun lebih cepat dari perkiraan, dari 6,5 persen menjadi 5,51 persen. Sedangkan negara lain inflasinya masih di atas 8 persen. Stabilitas nilai tukar rupiah juga mengalami penguatan, transaksi berjalan surplus, kredit tumbuh 11,1 persen, dan masih banyak hal lainnya yang tumbuh cemerlang.

Hal itulah yang menjadi dasar optimisme Bank Indonesia bahwa kurs rupiah 2023 diyakini akan menguat. Disamping itu, Bank Indonesia juga memprediksi transaksi berjalan akan seimbang dan neraca pembayaran akan surplus, demikian dengan aliran modal diproyeksi akan mengalir deras.

"Untuk itu, pertumbuhan tinggi, inflasi rendah neraca pembayaran surplus dan prospek ekonomi yang baik, itu mendasarkan keyakinan kami bahwa rupiah akan menguat setelah tentu saja gejolak Global ini semakin mereda," ujarnya.

Tetap Harus Waspada

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kendati demikian, Perry menegaskan di tahun 2023 tetap harus waspada, karena kondisi global masih bergejolak dan dilanda ketidakpastian.

Namun, Bank Indonesia tetap optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa tumbuh di kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen.

"2023 kita harus waspada Global masih belum bersahabat masih bergejolak tapi dengan keyakinan kita mari kita optimis. Bank Indonesia memperkirakan di tahun 2023 ini pertumbuhan 4,5 sampai 5,3 persen kemungkinan sekitar 4,9 persen, bisa saja konsumsi cepat bisa mengarah ke 5 persen (pertumbuhannya)," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya