Staf Sri Mulyani: Pegawai Kemenkeu Jadi Komisaris BUMN Tak Langgar Undang-Undang

Penempatan para pegawai Kementerian Keuangan menjadi komisaris BUMN tidak melanggar aturan karena bertumpu pada Undang-Undang Kementerian Negara dan Undang-Undang Kementerian BUMN.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mar 2023, 13:40 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2023, 13:40 WIB
20160725-Gedung Kementrian BUMN-AY
Sebanyak 39 pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) diketahui menjadi komisaris di BUMN maupun anak usaha BUMN. Gedung Kementrian BUMN. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 39 pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) diketahui menjadi komisaris di BUMN maupun anak usaha BUMN. Pada pegawai Kemenkeu yang menjadi komisaris BUMN ini adalah pegawai eselon I dan II.

Staf Khusus Menteri Keuangan (Menkeu) Yustinus Prastowo mengklarifikasi informasi mengenai banyaknya pegawai Kemenkeu yang menjadi komisaris di BUMN Ini. Menurutnya, para eselon I dan II pegawai Kemenkeu ini memang mendapat penugasan sebagai bentuk pengawasan. Mengingat pemerintah menjadi pemegang saham pengendali di sejumlah perusahaan milik negara tersebut.

“Jadi Kementerian Keuangan ( Kemenkeu) termasuk beberapa kementerian lain ini sebagai ultimate shareholders (pemegang saham pengendali) yang harus memastikan kinerja BUMN itu dilakukan dengan baik untuk mencapai tujuan-tujuannya, itu sebagai peran pengawasan,” kata Prastowo saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (10/3/2023).

Yustinus Pastowo menjelaskan, penempatan para pejabat Kementerian Keuangan ini tidak melanggar aturan karena bertumpu pada Undang-Undang Kementerian Negara dan Undang-Undang Kementerian BUMN. Pada intinya dua UU tersebut memuat mandat pengawasan kepada Kementerian Keuangan terhadap perusahaan BUMN.

“Tidak ada larangan di sana justru yang ada di sana mandat untuk melakukan pengawasan,” kata dia.

Pejabat Kemenkeu di BUMN adalah Kepanjangan Tangan Menteri Keuangan 

Yustinus Pastowo melanjutkan para pejabat Kementerian Keuangan di perusahaan BUMN sebagai kepanjangan tangan dari Menteri Keuangan. Dalam hal ini memang ada beberapa aturan yang mengatur ex-officio bendahara negara.

“Kenapa para pejabat ditempatkan di sana karena secara ex-officio dengan tugas, tanggung jawab serta kewenangan,” kata dia.

Sehingga bila ada masalah di perusahaan, pemerintah bisa langsung ditindaklanjuti. “Misalnya kalau ada masalah bisa langsung dilaporkan ke menteri kalau tau ada kebutuhan terobosan bisa langsung mengadakan rapat dan sebagainya,” kata dia.

Sementara itu terkait gaji dan honor para komisaris, Prastowo menilai Kementerian Keuangan hanya mengikuti aturan yang ada. Kalau pun ada aturannya berubah pihaknya melakukan penyesuaian.

“Kalau itu dikembalikan ke pembuat aturan, sekarang kita mengikuti aturan. Kelak kalau ada perubahan kita akan ikuti,” katanya.

Sri Mulyani Buka Suara Perihal 39 Pejabat Kemenkeu jadi Komisaris BUMN

Menkeu raker dengan Banggar DPR
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengikuti rapat kerja pemerintah dengan Banggar DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/9/2022). Rapat tersebut membahas postur sementara RUU APBN TA 2023. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebanyak 39 pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan diketahui menjadi komisaris di BUMN. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati buka suara perihal posisi Komisaris BUMN ini. 

Menurutnya, penempatan pejabat Kemenkeu eselon I dan II memiliki sejumlah tugas khusus untuk memonitor jalannya perusahaan plat merah sebagai komisaris BUMN.

Ini mengingat BUMN yang dimaksud memiliki penugasan yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

“Ada undang-undang yang menyebut Kementerian Keuangan sebagai ultimate shareholder (pemegang saham pengendali). Kalau rugi kita beri PNM (penyertaan modal). Kalau BUMN menjalankan tugas negara  buat subsidi, PSO. Kita ini memberi penugasan yang uangnya ratusan triliun,” kata Sri Mulyani dalam salah satu tayangan di stasiun televisi swasta, dikutip di Jakarta, Senin (6/3/2023). 

Sri Mulyani membantah, penempatan para pejabat Kementerian Keuangan tersebut sebagai bentuk bagi-bagi jabatan.

Bahkan dia telah memerintahkan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) untuk memantau kinerja para pejabat yang menjadi komisaris di BUMN maupun komisioner di Badan Layanan Umum (BLU). 

“Semua pejabat Kemenkeu yang bertuga jadi komisaris atau BLU harus dimonitor. Dia kerja apa, bukan untuk menikmati jabatannya. Kami evaluasi dia, menjalankan tugas apa enggak, dia mengawasi BUMN atau BLU apa enggak,” kata dia. 

Akui Rumit

Sri Mulyani Rapat dengan Komisi XI DPR Bahas Pagu Indikatif Kemenkeu
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kanan) mengikuti rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (10/6/2021). Rapat tersebut membahas pagu indikatif Kementerian Keuangan dalam RAPBN 2022. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bendahara negara ini menegaskan para pejabat Kemenkeu mengikuti tata kelola keuangan negara. Bila ada BUMN merugi, mereka akan dimintai penjelasan terkait penyebab kerugian yang dialami.

Sumber masalahnya karena pengawasan yang lemah atau BUMN yang dimaksud rugi karena menjalankan penugasan dari pemerintah. “Jadi kita dudukkan satu persatu,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengakui, masalah keuangan negara sangat rumit. Namun dia memastikan akan terus menghadirkan transparansi edukasi akuntabilitas walaupun tidak mudah. 

“Enggak gampang tapi harus dilakukan,” kata dia.

Apalagi beberapa waktu terakhir masyarakat dibuat kecewa dengan kasus Rafael Alun Trisambodo. Sri Mulyani menyadari sumber kemarahan publik yang meluas ke berbagai aspek. 

“Saya pahami perasaan masyarakat, kita kerjakan dan perbaiki. Kalau ada aturannya kita lakukan dengan baik. Asas kepantasan dan kepatutan ini sesuatu yang tidak berlebihan buat dipenuhi,” kata dia. 

Sebelumnya, Sekretariat Nasional (Seknas) FITRA merilis ada 39 pejabat eselon I dan II di lingkungan Kementerian Keuangan yang menjabat sebagai komisaris di perusahaan BUMN. Padahal, hal tersebut melanggar ketentuan negara dan rentan akan konflik kepentingan.  

Temuan FITRA: 39 Pejabat Kemenkeu Rangkap Jabatan di BUMN

Kajian Sekretariat Nasional FITRA pada tahun 2022 mencatat ada 39 pegawai eselon I dan II di Kementerian Keuangan atau pejabat Kemenkeu yang memiliki rangkap jabatan selain sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).

Mayoritas mereka menjadi komisaris BUMN maupun anak perusahaan BUMN.

“Dari pantauan Seknas Fitra, setidaknya 39 pegawai Kementerian Keuangan dari eselon I dan II yang merangkap jabatan, mayoritas menjadi Komisaris di BUMN dan anak perusahaan BUMN,” kata Tim Kampanye dan Advokasi Seknas FITRA, Gulfino Guevarrato dalam Konferensi Pers: Anggaran Negara Dilahap Para Pejabat yang Merangkap di kantor Seknas FITRA, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (3/3/2023). 

Sebanyak 39 pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan merangkap jabatan paling banyak sebagai Komisaris dan Direktur di BUMN. Hal ini menunjukkan, adanya indikasi rangkap penghasilan karena yang bersangkutan masih dalam status aktif menjabat secara struktural.

Tak Hanya Kemenkeu

Gulfino menjelaskan jika ditelaah secara lebih luas, rangkap jabatan ASN di BUMN tersebar hampir di seluruh Kementerian dan Lembaga. Pada tahun 2023, Seknas Fitra melakukan uji petik pada 243 komisaris BUMN di seluruh BUMN. 

Hasilnya ditemukan fakta, minimal terdapat 95 aparatur negara atau 45 persen  yang rangkap jabatan menjadi Komisaris BUMN.

Selain itu ditemukan ada dominasi beberapa Kementerian dan Lembaga tertentu dalam penempatan Komisaris di BUMN. FITRA menila permasalahan tersebut dapat mempengaruhi kualitas dan kinerja K/L dan BUMN yang ditempati sehingga masyarakat luas bahkan negara berpotensi kehilangan manfaat atas kondisi seharusnya. 

Infografis Wajah Lama Jabat Posisi Baru di BUMN
Infografis Wajah Lama Jabat Posisi Baru di BUMN. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya