Liputan6.com, Jakarta - Hingga hari ini, belum ada perubahan yang signifikan dari nilai tukar mata uang asing terutama dolar AS setelah sebelumnya sempat mengalami sedikit kenaikan.
Mengutip dari laman resmi Bank Indonesia, kurs jual USD pada Selasa (14/3/2023) berada di Rp 15.450,87 begitu pula10.313,46 kurs beli Rp 15.297,13.
Baca Juga
Di sisi lain, Poundsterling Inggris hari ini, kurs jual dipatok sebesar Rp 18.707,91 dan kurs beli Rp 18.515,65. Euro hari ini memiliki kurs jual Rp 16.572,60 dengan kurs beli Rp 16.401,58. Terpantau naik dibandingkan hari sebelumnya.
Advertisement
Kurs jual dolar Australia sebesar Rp 10.313,46 dan kurs beli Rp 10.207,77.
Sementara di negara kawasan ekonomi besar di Asia, kurs jual Yen Jepang hari ini berada di Rp 11.488,49 per 100 Yen dan kurs beli Rp 11.373,33 per 100Â Yen. Sementara Kurs jual Yuan China sebesar Rp 2.238,83 diikuti kurs beli Rp 2.209,52.
Kurs jual Won Korea Selatan hari ini Rp 11,86 dengan kurs beli Rp 11,74 per Won dan juga dolar Hong Kong hari ini dengan kurs jual Rp 1.968,82 serta kurs beli sebesar 1.949,10.
Berlanjut melihat kurs negara kawasan Asia Tenggara, kurs jual dolar Singapura (SGD) hari ini berada di Rp 11.491,05 dan kurs beli Rp 11.374,18 juga Ringgit Malaysia dengan kurs jual Rp 3.445,78 dan kurs beli Rp 3.406,93.
Kurs jual Peso Filipina hari ini berada di Rp 281,18 dan kurs beli Rp 278,23 serta Thailand dengan kurs jualnya Rp 446,04 dan kurs belinya Rp 441,48 per Baht.
Rupiah Loyo Lawan Dolar AS, Imbas Silicon Valley Bank Bangkrut
Ekspektasi pasar akan penundaan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed membuat Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada awal perdagangan Selasa merosot.
Nilai tukar rupiah pada Selasa pagi dibuka menurun 28 poin atau 0,19 persen ke posisi 15.405 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.377 per dolar AS.
"Harapan pelaku pasar akan penundaan kenaikan bunga The Fed bulan Maret nanti akibat rontoknya SVB (Silicon Valley Bank) dan Signature Bank di Amerika Serikat," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova dikutip dari Antara, Selasa (14/3/2023).
Otoritas California menutup SVB pada Jumat (10/3/2023) setelah pemberi pinjaman yang berfokus pada perusahaan rintisan teknologi itu melaporkan kerugian besar dari penjualan sekuritas, memicu penurunan simpanan bank. Keruntuhan SVB adalah kegagalan bank terbesar sejak runtuhnya asosiasi simpan pinjam AS Washington Mutual pada tahun 2008.
Signature Bank yang berbasis di New York, pemberi pinjaman utama dalam industri kripto, ditutup pada Minggu (12/3/2023) oleh regulator karena "pengecualian risiko sistemik serupa", Departemen Keuangan AS, Federal Reserve, dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mengatakan dalam pernyataan bersama.
The Fed pada Minggu (12/3/2023) mengumumkan program pinjaman darurat baru untuk meningkatkan kapasitas sistem perbankan.
Advertisement
Investor Berspekulasi
Runtuhnya SVB membuat investor berspekulasi bahwa Fed sekarang akan enggan mengguncang perahu dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan ini, dengan sorotan kuat pada data inflasi Selasa (14/3/2023).
Pasar sekarang memperkirakan peluang hampir 18 persen dari Fed mempertahankan suku bunga saat ini dan peluang 82 persen untuk kenaikan 25 basis poin. Sebaliknya, pasar memperkirakan peluang 70 persen untuk kenaikan 50 basis poin sebelum SVB runtuh.
Rully mengatakan pasar menunggu dan mencermati data inflasi AS yang akan dirilis dalam pekan ini. Mengacu pada data inflasi bulan-bulan sebelumnya dengan tren penurunan namun dengan kecepatan penurunan yang lambat, diperkirakan inflasi Februari AS sebesar 6,2 persen.