Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor nonmigas Indonesia paling banyak masih disuplai oleh China. Angkanya mencapai USD 4,04 miliar atau setara 29,89 pangsa pasar impor.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah menerangkan, China jadi salah satu dari 3 negara dengan penyumbang impor terbesar. Negara lainnya adalah Jepang dan Thailand.Â
Baca Juga
Kendati begitu, melihat angka yang ditampilkan dalam data BPS, perbedaan antara impor dari China dan Jepang memiliki selisih hampir USD 2,6 miliar atau sekitar 19 persen pangsa pasar.
Advertisement
"3 negara pangsa impor nonmigas terbesar Tiongkok, Thailand, dan Jepang," katanya dalam konferensi pers, Rabu (15/3/2023).
"Untuk Tiongkok sebesar USD 4,04 miliar, dengan pangsa pasar 29,89 persen. Negara Jepang dengan nilai USD 1,41 miliar dengan pangsa pasar 10,41 persen, Thailand dengan USD 0,90 miliar dengan pangsa pasar 6,65 persen," paparnya.
Kemudian, diikuti dengan Korea Selatan dengan nilai USD 780 juta atau 5,74 persen pangsa pasar. Australia dengan nilai USD 620 juta atau 4,60 persen pangsa pasar.
Lalu, Singapura dengan nilai USD 600 juta atau 4,41 persen pangsa pasar. Amerika Serikat dengan nilai USD 580 juta atau 4,32 persen pangsa pasar.
Selanjutnya, India dengan nilai USD 530 juta atau 3,93 persen pangsa pasar. Malaysia dengan nilai USD 460 juta atau 3,37 persen pangsa pasar. Serta Taiwan dengan nilai USD 280 juta atau 2,08 persen pangsa pasar.
Â
Secara Agregat
Sementara itu, jika dilihat dari perolehan agregat, negata ASEAN masih mencatatkan kontribusi sebesar USD 2,48 miliar atau 18,36 persen pangsa pasar. Lalu, Uni Eropa mencatatkan kontribusi impor sebesar USD 0,87 miliar atau 6,44 persen.
"Pangsa pasar impor non migas secara agregat untuk wilayah ASEAN itu sebesar USD 2,48 miliar atau dengan pangsa pasar 18,36 persen. Untuk wilayah Uni Eropa sebesar USD 0,87 miliar dengan pangsa pasar 6,44 persen," terangnya.
"Di grafis tampak ada 10 negara pangsa impor non migas, ini memiliki kontribusi atau share sebesar 75,40 persen terhadap impor non migas Indonesia," tambah Habibullah.
Â
Advertisement
Ekspor Nonmigas
Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor non migas dari Indonesia masih paling banyak menyasar ke China dengan nilai USD 5,04 miliar pada periode Februari 2023. Kendati pada periode yang sama, ada penurunan yang cukup besar terhadap ekspor non migas ke China.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Habibullah mengatakan China masih memegang pangsa pasar ekspor non migas Indonesia dengan 24,93 persen. Diikuti oleh Amerika Serikat, Jepang, India, dan Malaysia.
"3 negara pangsa ekspor non migas terbesar itu Tiongkok, Amerika Serikat dan Jepang," kata dia dalam konferensi pers, Rabu (15/3/2023).
"Tiongkok sebesar USD 5,04 miliar dengan pangsa sebesar 24,93 persen. Untuk Amerika Serikat dengan nilai USD 1,91 miliar dengan pangsa pasar 9,46 persen. Jepang USD 1,74 miliar dengan pangsa 8,60 persen," sambung Habibullah.
Mengacu data yang ditampilkannya, India juga turut jadi tujuan ekspor Indonesia dengan nilai USD 1,61 miliar atau pangsa pasar 7,98 persen. Kemudian Malaysia dengan USD 910 juta dengan pangsa pasar 4,51 persen.
Selanjutnya, ada Singapura dengan nilai USD 810 juta atau 4,02 persen pangsa pasar. Korea Selatan dengan USD 710 juta atau 3,52 persen pangsa pasar.
Lalu, Thailand dengan nilai USD 560 juta atau 2,75 persen pangsa pasar. Taiwan dengan nilai USD 540 juta atau 2,66 persen pangsa pasar. Serta, Belanda dengan USD 310 juta atau 1,53 persen pangsa pasar.
Â
Secara Agregat
Mengacu pada komposisi ekspor ini, Habibullah mengatakan kalau secara agregat negara Asia Tenggara masih menjadi pangsa pasar terbesar ekspor non migas Indonesia.Â
"Jika kita lihat secara agregat total ekspor untuk wilayah ASEAN itu sebesr USD 3,97 miliar dengan pangsa pasar 19,65 persen. Untuk total ekspor Indonesia ke wilayah Uni Eropa itu sebesar USD 1,25 miliar dengan pangsa pasar 6,17 persen," urainya.
"Kalau kita lihat 10 negara pangsa pasar ekspor terbesar ini memberikan share sebesar 68,96 persen terhadap total ekspor non migas Indoneisa," pungkas Habibullah.
Advertisement