Liputan6.com, Jakarta Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa indeks dolar Amerika Serikat atau USD menguat pada Rabu (24/5).
"Dolar stabil diperdagangan Rabu, tetap mendekati level tertinggi dua bulan sesi terakhir mengingat kurangnya kemajuan dalam negosiasi untuk menaikkan plafon utang AS," kata Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulisnya pada Rabu (24/5/2023).
Baca Juga
Sementara itu, Rupiah ditutup melemah 28 point pada penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 40 point dilevel Rp. 14.903 dari penutupan sebelumnya di level Rp. 14.874.Â
Advertisement
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 14.880- Rp. 14.850," ungkap Ibrahim.
Seperti diketahui, pembicaraan terkait pencabutan plafon utang pemerintah AS senilai USD 31,4 triliun belum mencapai kemajuan.
Ibrahim melihat, setiap kemajuan tampaknya sulit dan hanya ada sedikit tanda kesepakatan akan tercapai dalam waktu dekat.
Saat ini, AS memiliki wattu lebih dari seminggu sebelum tenggat waktu penetapan kenaikan plafon utang.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen bahkan sudah mengingatkan "sangat mungkin" departemennya akan kehabisan uang tunai yang cukup untuk berfungsi seperti biasa.
"Risalah pertemuan Fed bulan Mei, yang akan dirilis hari ini, akan dipelajari dengan hati-hati untuk setiap petunjuk kapan bank sentral berencana untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga," ujar Ibrahim.
Sejumlah pembicara The Fed selama sepekan terakhir telah berbicara dengan sikap hawkish tentang kebijakan moneter bank sentral, menunjukkan kebijakan moneter dalam denominasi dolar AS menjadi perhatian utama.
Selain itu, tarif cenderung tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
"Sementara, Bank of England menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin awal bulan ini, dan angka ini kemungkinan akan memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral akan terpaksa menaikkan suku bunga lagi pada bulan Juni," tambahnya.
Transaksi Berjalan Kembali Mencatat Surplus
Ibrahim menyoroti Bank Indonesia (BI) yang mengungkapkan bahwa transaksi berjalan kembali mencatat surplus yang didukung oleh surplus neraca perdagangan barang yang tetap tinggi.
Pada triwulan pertama 2023, transaksi berjalan membukukan surplus sebesar 3,0 miliar dolar AS (0,9% dari PDB). Angka ini lebih rendah 1,2 miliar dolar AS dibandingkan surplus pada triwulan keempat 2022 sebesar 4,2 miliar dolar AS (1,3% dari PDB).
Adapun neraca perdagangan barang pada triwulan pertama 2023 mencatat surplus USD14,7 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan keempat 2022 sebesar USD17,0 miliar.
"Perkembangan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah perbaikan defisit neraca perdagangan migas," jelasnya.
Â
Advertisement
Defisit Neraca Menurun
Sementara itu, defisit neraca jasa mengalami penurunan, ditopang oleh kinerja jasa perjalanan (travel) yang terus menguat seiring dengan mobilitas yang meningkat dan dampak positif dari pembukaan ekonomi Tiongkok sehingga mendorong kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara.
Neraca perdagangan jasa pada triwulan pertama 2023 tercatat mengalami defisit sebesar USD 4,6 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar USD 5,5 miliar, namun lebih dalam dibandingkan dengan defisit pada triwulan pertama 2022 sebesar USD 4,4 miliar.
Defisit neraca pendapatan primer pada triwulan pertama 2023 tercatat sebesar USD 8,6 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan keempat 2022 sebesar USD 9,2 miliar, namun meningkat dibandingkan dengan triwulan pertama 2022 sebesar USD 7,9 miliar.