Liputan6.com, Jakarta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Suharso Monoarfa, menyoroti kontribusi sektor industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.
Berkaca pada data statistik, Suharso menyebut sumbangsih industri manufaktur kepada perekonomian nasional terus menurun sejak 21 tahun terakhir.
Baca Juga
"Kalau baca data-data statistik, ternyata kita dari tahun 2002 sampai tahun ini, meluncur terus yang namanya kontribusi dari sektor industri manufaktur terhadap PDB. Turun drastis, dan sekarang mendekati di bawah 19 persen," tuturnya dalam acara Rektor Berbicara Untuk Indonesia Emas 2045 untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, Selasa (6/6/2023).
Advertisement
"Dari zaman waktunya Orde Baru, kita bahkan mencetak angka 31 persen (kontribusi industri manufaktur terhadap PDB). Jadi, ada sesuatu yang perlu dibenahi," kata Suharso.
Peran Penting Industri Manufaktur
Menurut dia, industri manufaktur memainkan peran penting demi menjaga sistem ekonomi nasional. Pasalnya, ia menghitung, angka kemiskinan ekstrem di Indonesia potensi melonjak hingga 6,7 juta jiwa pada 2024.
Gara-garanya, basis perhitungan penduduk miskin yang digunakan secara global berbeda dengan yang digunakan pemerintah selama ini.
Suharso menjabarkan, selama ini pemerintah menggunakan basis perhitungan masyarakat miskin ekstrem dengan garis kemiskinan sebesar USD 1,9 purchasing power parity (PPP) per hari. Padahal, secara global sudah USD 2,15 PPP per hari.
"Kita sukses juga mengatasi kemiskinan ekstrem. Angkanya kita menggunakan USD 1,9 per kapita. Tapi begitu angkanya dikasih naik ke USD 2,15 (per kapita), lalu saja yang ekstrem poverty itu jadi 6,7 juta, naik 2 juta," tuturnya.
PMI Manufaktur Terus Turun, Sri Mulyani Minta Semua Waspada
Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia di Mei 202 turun ke level 50,3 dibandingkan posisi April 2023 yang berada di angka 5,27. Untuk itu perlu didorong agar PMI Manufaktur Indonesia tidak tenggelam terus-menerus.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penurunan PMI Manufaktur Indonesia ini perlu diwaspadai. Ia pun memperingatkan agar para pihak yang terlibat untuk mulai berhati-hati.
"Harus kita lihat hati-hati adalah PMI baru saja keluar 50,3 ini melemah dibandingkan bulan lalu yang di atas 52," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI di Komplek Parlemen, Jakarta Pusat, Senin (5/6/2023).
Dialami oleh Sebagian Besar Negara Tak hanya Indonesia, penurunan PMI Manufaktur juga dialami banyak negara. Sejumlah negara tercatat mengalami penurunan yang kontraktif. "Bahkan Vietnam yang selama ini kuat juga dalam posisi kontraktif untuk PMI-nya," ujarnya.
Memang pada kuartal I-2023 ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5,03 persen, dan inflasi Mei 2023 turun di angka 4 persen. Tetapi, Indonesia harus tetap berhati-hati dari ancaman krisis global.
"Ekonomi kita yang masih ekspansif memang dalam hal ini di satu sisi tetap optimis, di sisi lain tetap harus hati hati karena memang risikonya cukup nyata," jelasnya.
Advertisement
Sektor Konsumsi
Sri Mulyani mengatakan, sektor konsumsi semen juga menunjukkan koreksi. Sehingga hal itu menunjukkan bahwa pertumbuhan di sektor bangunan menjadi tertahan.
"Ekspor impor kita dengan environment global yang melemah menunjukkan ekspornya mengalami kontraksi yang dalam. Karena memang 2021, 2022 itu tahun yang agak berbeda," imbuhnya.
Untuk itu, Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan dari sisi investasi harus didorong. Tercatat, pada industri logam dasar pertumbuhan masih cukup tinggi.
"Karena adanya hilirisasi dan policy pemerintah untuk hal ini sudah dikomunikasikan secara global. Sehingga memberikan aba-aba kepada para investor kalau mau menuju kepada industri yang berhubungan dengan EV atau baterai maka indonesia akan terbuka," pungkas Sri Mulyani.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com