Â
Liputan6.com, Bogor Direktur Jenderal Perkebunan berkolaborasi dengan Aliansi Peneliti Pertanian Indonesia (APPERTANI) membahas Penguatan Perkebunan Nasional, dalam acara Sarasehan Tahunan APPERTANI 2022/2023. Dalam kesempatan itu, Andi Nur Alam Syah selaku Direktur Jenderal Perkebunan menjadi narasumber yang membahas mengenai strategi penguatan perkebunan nasional.Â
Baca Juga
Tingkatkan Kompetensi Tenaga Kerja Indonesia, Menaker Lepas 750 Peserta Pemagangan ke Jepang
Tinjau Pasar Prawirotaman, Mendag Budi Optimis Harga Bapok Stabil dan Pasokan Terjaga Jelang Nataru
Sikap Tegas Mendag Budi Santoso, Segel Mesin Pompa SPBU di Sleman yang Rugikan Masyarakat Rp1,4 Miliar per Tahun
"Perkebunan merupakan sub sektor penting dalam mendorong perekonomian negara. Dalam pengembangannya tak dapat dipungkiri terus dihadapkan berbagai tantangan, perlu strategi penguatan perkebunan yang tepat jitu agar peningkatan produksi dan produktivitas serta ekspor perkebunan dapat terwujud," ujar Andi Nur dalam acara APPERTANI yang mengangkat topik APPERTANI Mendukung Inovasi dan Standarisasi untuk Solusi Pertanian, di Aula Pusat Standardisasi Instrumen Perkebunan, Bogor (24/06).
Advertisement
Andi Nur menekankan, Kementerian Pertanian khususnya Direktorat Jenderal Perkebunan memiliki 6 Strategi penguatan perkebunan nasional. Pertama, melalui Sawit Indonesia Satu Berkelanjutan (SAWIT SATU), yaitu Satu Peraturan Kelapa Sawit, Percepatan PSR, ISPO, Sarpras, SDM, Penerimaan Pajak, Transparansi dan Lembaga Sertifikasi.
Kedua penguatan perkebunan membutuhkan inovasi dengan didukung teknologi yang memadai, tentu membutuhkan pendanaan. Perlunya kolaborasi berbagai pihak terkait, khususnya inisiasi sumber pendanaan perkebunan, melalui Pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan Nasional.
Ketiga, penguatan selanjutnya, dilakukan antisipasi terhadap perubahan iklim, krisis pangan dan penguatan standar produk, melalui Demplot Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim, Desa Pertanian Organik berbasis Komoditas Perkebunan, Pengendalian OPT melalui Agen Pengendali Hayati dan Pestisida Nabati, Brigade Karlabun dan KTPA Sikarla Padam dan Sirami Kebunku dan Sertifikasi Climate Friendly Farming (CFE).
Â
Penguatan yang keempat, Penyediaan Benih Berkualitas, dimana penguatan dilakukan juga butuh dukungan perbenihan dalam pengembangan kawasan perkebunan nasional. Pengoptimalan benih diproduksi di berbagai pengembangan Kawasan perkebunan, dengan harapan dapat meningkatnya penggunaan benih unggul bermutu dan bersertifikat.Â
"Untuk itu perlu perbaikan sistem produksi atau penyediaan benih melalui pengembangan nursery di kawasan pengembangan perkebunan. Penyediaan benih berkualitas dilakukan melalui nurseri, kita bersinergi dan berkolaborasi, mempermudah akses penyaluran benih, efisiensi distribusi. Selain itu, kita ada BabeBun yaitu sistem penyediaan, pengawasan, dan peredaran benih kelapa sawit terintegrasi," kata Andi Nur.Â
Kelima melalui Perkebunan Partisipatif (PASTI), yaitu pengembangan kawasan perkebunan tanaman semusim seperti vanili, serai wangi, dan kelor.
Andi Nur menambahkan, strategi yang keenam, penguatan tata kelola perkebunan nasional, melalui penguatan integrasi regulasi, data dan informasi, pembinaan dan pengawasan izin usaha, yang didukung dengan penyusunan peta spasial dan SIPERIBUN (Sistem Perizinan Berusaha Perkebunan) serta Digitalisasi Perkebunan.
"Sesuai perkembangan era digitalisasi, kita dituntut bekerja lebih efisien, transparan dan akuntabel, untuk itu solusinya, SIPERIBUN sebagai platform pelaporan perusahaan satgas tata kelola kelapa sawit. Pentingnya program elaborasi rintisan bisnis perkebunan Indonesia, demi peningkatan produksi hingga menghasilkan peningkatan nilai tambah dan daya saing. Investasi sekali, untung berulang kali. Salah satu contoh dengan paket vanili dan paket sereh wangi, terdiri dari pengolahan lahan, benih, saprodi, budidaya, bimtek, pascapanen, pengolahan dan pemasaran," katanya.Â
Â
Â
(*)