Liputan6.com, Jakarta - Investor tengah bersiap menutup pembukaan di Juni 2023. Sejauh ini, harga emas membukukan kinerja terburuk bulanan terhitung sejak Februari karena mengakhiri perdagangan pekan lalu di bawah USD 1.950 per ons.
Harga emas dunia tengah berjuang melawan sentimen bearish yang sebenarnya sudah terlihat sejak pekan lalu.
Baca Juga
Dalam survei mingguan terbaru yang dilakukan oleh Kitco menyoroti kecenderungan bearish baik antara analis di Wall Street maupun investor ritel. Beberapa analis mengatakan bahwa dengan momentum penurunan di pasar, mungkin hanya masalah waktu sebelum support harga emas diuji di sekitar USD 1.900 per ons.
Advertisement
Namun, meskipun sejumlah analis melihat bahwa harga emas dunia menuju angka yang lebih rendah dalam waktu dekat, beberapa analis lainnya mencatat bahwa sejumlah investor taktis akan melakukan aksi beli untuk membangun lindung nilai terhadap potensi penurunan di pasar sahanm dan meningkatnya ancaman resesi.
analis pasar Blue Line Futures Phillip Streible mengatakan, dirinya cukup kecewa dengan gerak harga emas pada minggu lalu. Namun, dia melihat bahwa aksi lepas emas para investor dapat dimengerti setelah bank sentral di seluruh dunia meningkatkan sikap hawkish mereka terhadap kebijakan moneter masing-masing.
Namun, tambahnya, secara tradisional, saat ini tetap menjadi waktu terbaik untuk membeli emas dan perak.
"Kamu ingin membeli emas dan perak saat semua orang membencinya," katanya dikutip dari Kitco, Senin (26/6/2023).
"Penurunan menjadi USD 1.900 untuk emas dan USD 20 untuk perak mungkin diperlukan untuk membawa investor baru, uang baru ke pasar." tambah dia.
Analis pasar senior di Forex.com, James Stanley, mengatakan bahwa dia juga kecewa dengan aksi harga emas karena dia sangat percaya harga emas bisa kembali ke level USD 2.000 per ons.
"Ada peluang bullish ke USD 2.000 minggu lalu setelah keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa. Tapi itu tidak terjadi dan justru bearish kembali mengendalikan harga emas dalam jangka menengah," katanya.
Stanley menambahkan bahwa inflasi inti memaksa Federal Reserve untuk mempertahankan bias hawkish, yang menciptakan lingkungan yang menantang untuk emas.
Â
Hasil Survei Kitco
Pada minggu ini, sebanyak 22 analis Wall Street berpartisipasi dalam Survei Emas Berita Kitco. Di antara peserta, 11 analis, atau 50 persen melihat harga emas akan bearish dalam waktu dekat.
Pada saat yang sama, sembilan analis atau 41 persen bersikap bullish untuk minggu ini. Di luar itu dua analis atau 9 persen melihat harga diperdagangkan sideways.
Sementara itu, 966 suara diberikan dalam jajak pendapat online. Dari jumlah tersebut, 395 responden atau 41 persen memperkirakan emas akan naik minggu ini.
Sedangkan 403 responden atau 42 persen mengatakan harga emas akan lebih rendah. Sementara 168 pemilih atau 17 persen netral dalam waktu dekat.
Sentimen bearish di kalangan investor ritel berada pada level tertinggi sejak pertengahan Februari. Pada saat yang sama, investor lebih memperhatikan logam mulia, dengan partisipasi dalam survei minggu ini di level tertinggi sejak Maret.
Â
Advertisement
Kata Analis Soal Kenaikan Harga Emas
Meskipun sebagian besar analis melihat bahwa harga emas akan bearish, masih ada beberapa analis yang melihat emas akan bullish dalam waktu dekat.
Alex Kuptsikevich, analis pasar senior di FxPro, mengatakan meskipun kenaikan suku bunga telah membuat obligasi lebih menarik daripada emas, bias hawkish terus menimbulkan risiko bagi pasar keuangan global.
"Kenaikan harga emas sebelumnya didorong oleh krisis bank daerah, yang sejak itu memudar dari sorotan, menyebabkan beberapa arus keluar modal dari emas. Namun, masalah ini dapat muncul kembali mengingat pengetatan moneter yang terus dilakukan sejak Maret," katanya.
Kuptsikevich menambahkan bahwa dia mengawasi untuk melihat apakah harga emas dapat mempertahankan support jangka pendek di USD 1.910 per ounce.
"Jika penilaian kami benar dan bullish berhasil mendorong emas di atas level USD 1910, kami bisa melihat pemulihan bullish menuju USD 1.940 dan bahkan berpotensi mencapai level USD 2.000 pada akhir Juli," katanya.