India Diramal jadi Negara dengan Pertumbuhan Ekonomi Tercepat

IMFmengatakan bahwa revisinya terkait ekonomi India ditopang oleh pertumbuhan yang lebih kuat pada kuartal akhir 2022, juga investasi dalam negeri.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Jul 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2023, 18:00 WIB
Banjir Efek Perubahan Iklim Landa India, Tenggelamkan Taman di Kompleks Taj Mahal
Banjir mengelilingi kompleks Taj Mahal, India. (dok. Pawan SHARMA / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi India tahun ini sebesar 20 basis poin menjadi 6,1 persen.

Hal itu memperkuat ekspektasi bahwa ketua G20 saat ini akan menjadi negara ekonomi utama dengan pertumbuhan tercepat di dunia di 2023.

Melansir CNBC International, Rabu (26/7/2023) IMF dalam laporan terbaru World Economic Outlook mengatakan bahwa revisinya terkait ekonomi India ditopang oleh pertumbuhan yang lebih kuat pada kuartal akhir 2022, juga investasi dalam negeri. 

Sementara untuk tahun 2024, ekonomi India diproyeksi tumbuh 6,3 persen, tetap tidak berubah dari proyeksi sebelumnya pada bulan April.

Prakiraan tersebut menggarisbawahi munculnya India sebagai titik terang untuk pertumbuhan global. Ini terjadi ketika China menghadapi momentum perlambatan, masih dalam upayanya untuk menyeimbangkan kembali ekonomi terbesar kedua di dunia.

Namun, IMF memperkirakan ekonomi China masih akan tumbuh sebesar 5,2 persen tahun ini dan 4,5 persentahun depan.

Sementara proyeksi tidak berubah dari bulan April, IMF sekarang memperkirakan pertumbuhan China akan didorong oleh konsumsi, yang katanya akan meniadakan kinerja investasi yang buruk yang diseret oleh penurunan di real estate.

Beberapa waktu lalu, para pejabat China menyatakan akan "menyesuaikan dan mengoptimalkan kebijakan secara tepat waktu untuk sektor properti yang terdampak perlambatan, sambil meningkatkan lapangan kerja yang stabil.

Negara itu juga berupaya meningkatkan permintaan konsumsi domestik dan mengatasi risiko utang lokal.

IMF memperkirakan India dan China akan mendorong pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan Asia, yang diproyeksikan akan tumbuh 5,3 persen di 2023 dan 5 persen pada 2024 mendatang. IMF menurunkan perkiraan regional 2024 sebesar 0,1 poin persentase.

 

IMF Proyeksi Ekonomi Jepang Tumbuh 1,4 Persen di 2023

Kota Padat Penduduk, Pemerintah Jepang Siap Bayar Tiap Keluarga Agar Hengkang dari Tokyo
Warga menyeberang di pelican cross di Tokyo, Jepang, Sabtu (25/3/2023). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Jepang diproyeksikan mencapai 1,4 persen pada tahun 2023, mencerminkan revisi naik 0,1 poin persentase, karena permintaan yang terpendam dan kebijakan akomodatif Tokyo.

IMF kemudian memperkirakan pertumbuhan ekonomi Jepang akan melambat menjadi 1,0 persen pada tahun 2024, karena efek stimulus masa lalu menghilang.

Badan moneter itu juga menaikkan prediksi pertumbuhan global 2023 sebesar 0,2 poin persentase menjadi 3 persen, naik dari 2,8 persen dalam penilaian April.

Angka tersebut menyoroti kekhawatiran atas kondisi kredit yang lebih ketat, tabungan rumah tangga yang terkuras di AS dan pemulihan ekonomi yang lebih dangkal dari perkiraan di China akibat lockdown Covid-19.

IMF mempertahankan perkiraan pertumbuhan 2024 tidak berubah pada 3 persen.

IMF: Industri Travel Bakal Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Global 2023

Prediksi lonjakan penumpang pesawat
Calon penumpang beraktivitas di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (18/12/2020). PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II memprediksi lalu lintas sebanyak 2,1 juta penumpang pada periode angkutan Natal dan Tahun Baru 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dana Moneter Internasional (IMF) meningkatkan perkiraannya pada pertumbuhan ekonomi global di 2023 menjadi 3 persen.

Mengutip BBC, Rabu (26/7/2023) kenaikan 0,2 persen poin persentase dari perkiraan bulan April sebagian didorong oleh meningkatnya permintaan perjalanan pasca pandemi.

Pasar pekerjaan dan sektor jasa yang kuat juga termasuk dorongan pada kenaikan pertumbuhan ekonomi global. Sementara itu, inflasi yang melonjak dan suku bunga yang tinggi tetap menjadi risiko di negara-negara maju.

Adapun risiko lainnya dari perlambatan ekonomi di China. Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan bahwa pemulihan dari pandemi masih berdampak.

Pierre mengungkapkan, dalam tiga bulan pertama tahun 2023, ada ketahanan yang kuat dalam permintaan jasa, travel, serta perjalanan dan pariwisata.

"Negara-negara (yang) menjadi tujuan wisata telah melakukannya dengan relatif baik. Sedangkan negara-negara (yang) memiliki lebih banyak pusat manufaktur mungkin sedikit kurang kuat," tambah Gourinchas.

Penerbangan Mulai Pulih

Angka terbaru dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional menunjukkan bahwa pada bulan Mei lalu lintas udara global melanjutkan pemulihannya, mencapai 96,1 persen dari tingkat pra-covid.

Namun, IMF melihat, masih ada ruang terbatas untuk pemulihan lebih lanjut di ekonomi yang bergantung pada pariwisata di kawasan Eropa selatan, yang beberapa di antaranya telah rusak parah akibat kebakaran hutan.

Sedangkan India akan melihat pertumbuhan tercepat tahun ini karena ekonomi maju termasuk Eropa dan Amerika Serikat tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat.

Inggris telah mengalami salah satu peningkatan terbesar dalam pertumbuhan sejak perkiraan terakhir pada bulan April, dengan IMF menaikkan kembali ekspektasi pertumbuhan bulan Mei sebesar 0,4 persen, bukan penurunan sebesar 0,3 persen.

IMF mengatakan hal ini mencerminkan penurunan "konsumsi dan investasi yang lebih kuat dari perkiraan dari efek kepercayaan dari penurunan harga energi serta ketidakpastian pasca-Brexit yang lebih rendah".

Masalah itu menyebabkan pertumbuhan ekonomi Inggris paling lambat kedua di antara negara ekonomi utama G7 dengan hanya Jerman yang bernasib lebih buruk, dengan perkiraan kontraksi 0,3 persen.

Zona Euro Masih dalam Risiko Resesi

Kasus Covid-19 di Jerman
Orang-orang terlihat di luar Stasiun Kereta Pusat Berlin di Berlin, ibu kota Jerman, pada 6 Agustus 2020. Kasus COVID-19 di Jerman bertambah 1.045 dalam sehari sehingga total menjadi 213.067, seperti disampaikan Robert Koch Institute (RKI) pada Kamis (6/8). (Xinhua/Shan Yuqi)

IMF juga menyoroti ekonomi terbesar zona euro yang sudah dalam resesi karena tingginya inflasi telah menyebabkan konsumen mengurangi pengeluaran.

Maka dari itu, Gourinchas mendorong bank sentral untuk melakukan apa yang mereka bisa untuk terus menurunkan harga konsumen yang melonjak.

Federal Reserve AS, Bank of England, dan Bank Sentral Eropa semuanya masih jauh dari target inflasi 2 persen.

Bank sentral di sejumlah negara maju telah menaikkan suku bunga untuk membuat pinjaman lebih mahal, dan untuk mendinginkan perekonomian.

Tetapi langkah tersebut telah menyebabkan suku bunga berada pada level tertinggi sejak sebelum krisis keuangan global 2008.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya