Google Bakal Jual Data Maps dan Luncurkan Aplikasi Kualitas Udara

Kabar mengejutkan datang dari perusahaan teknologi ternama asal Amerika Serikat, Google.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 29 Agu 2023, 14:45 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2023, 14:45 WIB
Logo Google
Kantor pusat Google. Foto: Digital Trends

Liputan6.com, Jakarta Kabar mengejutkan datang dari perusahaan teknologi ternama asal Amerika Serikat, Google.

Melansir CNBC International, Selasa (29/8/2023) Google dikabarkan berencana untuk melisensikan kumpulan data pemetaan baru ke berbagai perusahaan untuk digunakan saat mereka mengembangkan produk seputar energi terbarukan, dan berharap dapat menghasilkan hingga USD 100 juta atau sekitar Rp.1,5 triliun pada tahun pertama.

Dokumen yang diamati CNBC mengungkapkan, Google berencana untuk menjual akses ke API baru (antarmuka pemrograman aplikasi) dengan informasi tenaga surya dan energi serta kualitas udara.

Di antara penawaran baru tersebut adalah Solar API, yang dapat digunakan oleh pemasang tenaga surya seperti SunRun dan Tesla Energy serta perusahaan desain tenaga surya seperti Aurora Solar.

Peluang Bisnis

Selain itu, perusahaan juga melihat peluang pelanggan dari perusahaan real estate seperti Zillow, Redfin, perusahaan perhotelan seperti Marriott Bonvoy, dan utilitas seperti PG&E.

Beberapa data dari Solar API ini nantinya akan berasal dari proyek percontohan yang berfokus pada konsumen bernama Project Sunroof, kalkulator penghematan tenaga surya yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2015.

Program ini memungkinkan pengguna untuk memasukkan alamat mereka dan menerima perkiraan biaya tenaga surya seperti penghematan tagihan listrik dan ukuran instalasi tenaga surya yang diperlukan. Ia juga menawarkan pemodelan 3D atap bangunan dan pepohonan di sekitarnya berdasarkan data Google Maps.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Punya Banyak Data

Google Map
(ilustrasi)

Google berencana untuk menjual akses API ke data bangunan individu, serta data gabungan untuk semua bangunan di kota atau kabupaten tertentu, menurut salah satu dokumen.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka memiliki data untuk lebih dari 350 juta bangunan, menurut dokumen, naik secara signifikan dari 60 juta bangunan yang dikutip untuk Project Sunroof pada tahun 2017.

Adapun sebuah dokumen internal yang memperkirakan API tenaga surya Google akan menghasilkan pendapatan antara USD 90 dan USD 100 juta pada tahun pertama setelah peluncuran. Ada juga potensi untuk terhubung dengan produk Google Cloud.

Sebagai bagian dari rencana peluncuran, perusahaan juga berencana mengumumkan API Kualitas Udara yang memungkinkan pelanggan meminta data kualitas udara, seperti polutan dan rekomendasi berbasis kesehatan untuk lokasi tertentu. Ini juga akan mencakup data peta panas digital dan informasi kualitas udara setiap jam, serta riwayat kualitas udara hingga 30 hari.


Jakarta Jadi Kota dengan Kualitas Udara Terburuk Nomor 2 di Dunia Pagi Ini

Macet dan Polusi Udara Jakarta
Bukan hanya polusi udara, kemacetan lalu lintas di Jakarta juga dinilai memburuk. (merdeka.com/Arie Basuki)

DKI Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk nomor dua di dunia hari ini, Senin, (28/8/2023) pagi. Padahal berbagai macam upaya pemerintah untuk mengurangi polusi udara Jakarta misalnya dengan menerapkan kerja dari rumah atau WFH bagi 50 persen ASN Jakarta serta menyemprot air ke jalan.

Dilihat dari situs IQAir pukul 09.15 WIB, indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 163 US Air Quality Index (AQI US). Dari angka tersebut, Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk nomor dua di dunia.

Konsentrasi polutan tertinggi dalam udara DKI Jakarta hari ini adalag PM2.5 dengan konsentrasi 78,8µg/m³. "Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 15,6 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," tulis situs tersebut.

Untuk itu, masyarakat DKI Jakarta direkomendasikan untuk mengenakan masker, menyalakan penyaring udara, menutup jendela, dan menghindari aktivitas di luar ruangan.

Adapun posisi pertama kota dengan kualitas terburuk ditempati oleh Dubai, Uni Emirat Arab dengan indeks 176.

Kemudian, posisi ketiga adalah Dhaka, Bangladesh dengan indeks 155 dan Kumpala, Uganda di posisi keempat dengan indeks 148.

 


Berbeda dengan Laporan DKI Jakarta

Polusi Udara Jakarta
Kendaraan melintas saat kabut polusi menyelimuti Jakarta, Kamis (27/7/2023). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Namun, jika melansir aplikasi resmi DKI Jakarta, yaitu JAKI, kualitas udara di Jakarta rata-rata dalam kondisi sedang hingga pukul 09.00 WIB.

Di Jakarta Pusat, Indeks Standar Pencemaran Udara Maksimum berada di angka 91 dengan kategori sedang. Kemudian, di Jakarta Barat 51 dengan kategori sedang.

Selanjutnya, Jakarta Utara kategori sedang dengan angka 91 dan Jakarta Selatan 73 kategori sedang.

Namun, Jakarta Timur masuk dalam kategori tidak sehat di angka 128.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya