Liputan6.com, Jakarta - Saham perusahaan induk Google, Alphabet ditutup pada harga USD200 (Rp3,2 juta) per lembar saham untuk pertama kalinya pada hari Jumat, 24 Januari 2025 waktu setempat.
Capaian ini menyusul optimisme investor dengan peluang perusahaan dalam industri teknologi Kecerdasan Buatan (AI).
Baca Juga
Melansir CNBC International, Sabtu (25/1/2025) saham Alphabet naik 1,1% pada hari Jumat dan sedikit lebih dari 2% selama seminggu hingga ditutup pada harga USD200,21 (Rp3,2 juta).
Advertisement
Saham tersebut naik hampir 6% di tahun 2025, sementara Nasdaq naik 3,3% sepanjang tahun ini.
Rekor baru Alphabet berdasarkan pembagian saham yang disesuaikan.
Diketahui, Alphabet menerapkan pembagian saham 20 untuk 1 pada tahun 2022. Pada saat pengumuman tersebut, saham induk Google ini diperdagangkan pada harga sekitar USD2.750 (Rp44,4 juta), setara dengan USD137,50 setelah pembagian saham.
Pekan depan, raksasa teknologi berkapitalisasi besar yakni Microsoft, Meta, Apple, hingga Tesla dijadwalkan mengumumkan pendapatan.
Alphabet sendiri akan merilis capaian kinerjanya di kuartal keempat 2024 pada tanggal 4 Februari mendatang.
Pada kuartal ketiga 2024, pendapatan Alphabet meningkat 15% dari tahun sebelumnya, meningkat dari pertumbuhan sekitar 11% selama periode yang sama pada tahun 2024.
Perusahaan tersebut menghasilkan penjualan sebesar USD 88,3 miliar atau Rp1,4 kuadriliun pada kuartal ketiga dan mencatat rekor pendapatan cloud.
Meskipun Alphabet menghadapi persaingan yang meningkat karena kemajuan dalam AI generatif, khususnya dari OpenAI, analis umumnya melihat Google sebagai pemenang dalam AI karena perusahaan tersebut menambahkan fitur-fitur baru ke produk-produk di seluruh portofolionya.
Saham Alphabet Menanjak 35% Selama Setahun Terakhir
Dalam rapat strategi tahun 2025 dengan karyawan bulan lalu, para eksekutif Google mengatakan mereka memperkirakan tahun ini akan terjadi peningkatan persaingan, rintangan regulasi, dan kemajuan dalam AI.
Meskipun terjadi kesalahan produk pada paruh pertama tahun 2024, paruh kedua tahun ini menampilkan banyak produk AI yang penting.
Saham Alphabet telah naik 35% selama setahun terakhir. Di antara perusahaan teknologi dengan nilai tertinggi, yang berkinerja terbaik adalah Nvidia, naik 132%, diikuti oleh Tesla sebesar 96%.
Meta dan Amazon juga mengungguli Alphabet, sementara Apple dan Microsoft berkinerja buruk. Nasdaq telah naik 29% selama setahun terakhir.
Advertisement
Pidato Donald Trump di Davos Bikin IHSG Terbakar
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada penutupan perdagangan Jumat sore ini.
Pelemagan IHSG ini mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.
Pada Jumat (24/1/2025), IHSG akhir pekan ditutup melemah 66,58 poin atau 0,92 persen ke posisi 7.166,06. Sementara indeks LQ45 turun 12,10 poin atau 1,43 persen ke posisi 831,49.
"Pelaku pasar saham terus memantau langkah kebijakan pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) setelah Presiden Donald Trump menyerukan pemotongan suku bunga dalam pidatonya di Forum Ekonomi Dunia, Davos," tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dikutip dari Antara.
Dalam pidatonya, Trump mendesak penurunan suku bunga secara segera dan mendorong negara lain untuk mengambil tindakan serupa. Trump juga menekankan bahwa bisnis harus memproduksi barang mereka di AS, apabila ingin menghindari tarif.
Namun demikian, pasar memiliki pandangan beragam terkait pernyataan itu, sebagian menilai itu hanya retorika, mengingat sebelumnya Trump menyatakan tengah mempertimbangkan pengenaan tarif sebesar 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko, serta 10 persen terhadap China, yang kemungkinan diberlakukan pada 1 Februari mendatang.
Kebijakan Baru China
Selain itu, pasar juga merespons kebijakan baru yang diumumkan pemerintah China untuk mendorong investasi di pasar saham, yang mana regulator keuangan utama China mendorong dana jangka menengah dan panjang, seperti asuransi, pensiun, jaminan sosial nasional, dan dana anuitas, untuk meningkatkan investasi ekuitas.
Dari dalam negeri, pasar memberikan perhatian terhadap program Proyek Strategis Nasional (PSN), yang mana Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan jajaran untuk mengevaluasi PSN.
Pasar berharap evaluasi tersebut tetap mendukung rencana berkelanjutan dari program PSN. Evaluasi ini mencakup seluruh proyek PSN, baik yang telah selesai dan beroperasi, yang direncanakan selesai pada tahun 2025, maupun evaluasi teknis dan rekomendasi keberlanjutan yang diminta dari para menteri dan gubernur pengusul.