Klaim Polis Meningkat hingga Pengetatan Aturan Asuransi Masih Jadi Tantangan, Indonesia Terdampak?

Kondisi hardening market masih menjadi perhatian khusus pelaku industri asuransi dan reasuransi hingga 2024 mendatang

oleh Arief Rahman H diperbarui 15 Okt 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2023, 20:00 WIB
20160226-Asuransi Kesehatan-iStockphoto
Ilustrasi Asuransi Kesehatan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kondisi hardening market masih menjadi perhatian khusus pelaku industri asuransi dan reasuransi hingga 2024 mendatang. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi pasar asuransi global.

PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) alias Indonesia Re masih melihat peluang hardening market berkepanjangan. Namun, kenaikan harga dan pengetatan aturan yang terjadi di luar negeri, disebut tak tidak diikuti oleh pasar asuransi dan reasuransi Indonesia.

“Kami melakukan koreksi itu pada tahun 2022 yang lalu dan di tahun ini hal tersebut masih menjadi concern perusahaan," kata Direktur Teknik Operasi Indonesia Re Delil Khairat dalam keterangannya, Minggu (15/10/2023).

Perlu diketahui, hardening market merupakan istilah untuk menggambarkan meningkatnya klaim polis asuransi yang berpengaruh pada profitabilitas. Dampaknya, biaya asuransi atau pengetatan aturan akan diberlakukan perusahaan.

"Kami akan mereview retensi perusahaan asuransi agar tetap relevan dengan pertumbuhan dan inflasi. Selain itu, kami juga akan mendorong transparansi yang lebih kuat dalam berbisnis dan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas underwriting untuk meningkatkan performa industri secara keseluruhan," ungkap Delil.

Hadapi Tantangan

Menghadapi tantangan itu, Indonesia Re akan menggelar pertemuan para pelaku bisnis asuransi dan reasuransi di Bali, dalam waktu dekat. Itu merupakan pertemuan tahunan antar relasi dari industri asuransi umum menjelang renewal treaty atau pembaruan kontrak reasuransi treaty pada ajang Indonesia Rendezvous di Bali.

"Bagi Indonesia Re, renewal treaty adalah kesempatan untuk mengkonsolidasikan posisi Indonesia Re sebagai treaty leader dalam industri asuransi dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Indonesia Re ingin mendukung stabilitas industri asuransi, yang pada gilirannya membantu perekonomian secara keseluruhan," kata dia.

Dia menjelasman, renewal treaty bukan hanya tentang perpanjangan polis asuransi, tetapi juga merupakan bagian integral terhadap perekenomian Indonesia. "Harapannya proses renewal treaty yang akan dilewati di bulan November-Desember dapat menjadi momentum perbaikan bagi industri secara umum,” ujarnya.

 

Broker Asuransi

Kebijakan Klaim Asuransi
Ilustrasi Klaim Asuransi Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Tak cuma itu, Indonesia Re juga menggelar Broker Forum yang menghadirkan 20 broker reasuransi mitra perusahaan untuk menyamakan persepsi sebelum dilaksanakannya renewal treaty tahun 2024.

Delil menjelaskan, selain para ceding company perusahaan asuransi, broker reasuransi juga menjadi pihak yang penting dalam proses renewal treaty.

"Dimana para broker reasuransi saat ini memiliki peranan yang cukup besar dalam memberikan informasi mengenai reasuransi dan juga bertindak sebagai advisor bagi perusahaan asuransi," bebernya.

 

Salurkan Pembiayaan Senilai Rp 11,9 Miliar

Asuransi Jiwa
Ilustrasi asuransi jiwa/ Photo by JESHOOTS.COM on Unsplash

Sebelumnya, PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re kembali menyelenggarakan pelatihan dan pembinaan untuk para mitra binaan dan non mitra binaan. Sekitar 50 peserta mengikuti pelatihan yang terdiri dari para petani ikan lele dan ikan nila serta Ibu-Ibu PKK pengrajin dari Kecamatan Brebah, Yogyakarta.

Turut hadir pada kegiatan ini Ketua Perhimpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kanjeng Pangeran Harya Wironegoro, Wakil Koordinator Wilayah DIY -- Jawa Tengah Indonesian Export Channel (IEC) Imamul Makarim, Direktur Manajemen Risiko, Kepatuhan, SDM dan Corporate Secretary Indonesia Re Robbi Y. Walid, serta Technical Advisor Asuransi Asei Mutia Safitri.

Sejak tahun 2016, Indonesia Re telah menyalurkan dana pembiayaan dan pengembangan UMKM sebesar Rp 11,95 miliar untuk 224 mitra binaan. Di tahun 2023, Indonesia Re menyalurkan pembiayaan sebesar 4,5 miliar untuk program Pendanaan Usaha Mikro & Usaha Kecil (PUMK).

Selain pembiayaan, Indonesia Re juga memberikan pelatihan dan wawasan mengenai Manajemen Keuangan Usaha dan Rumah Tangga, Branding, Packaging, Digital Marketing dan Produk Olahan Ikan untuk pengembangan usaha dengan mengundang beberapa narasumber dan praktisi di bidangnya.

Dalam hal proteksi perdagangan komoditi ekspor yang dihasilkan oleh para mitra binaan, Indonesia Re menggandeng PT Asuransi Asei Indonesia sebagai salah satu anak usaha yang memiliki produk Asuransi Perdagangan untuk bisnis ekspor impor.

Dongkrak Ekonomi

Direktur Manajemen Resiko, Kepatuhan, SDM, dan Corporate Secretary Indonesia Re Robbi Y Walid menjelaskan, semangat perusahaan untuk terus mengembangkan program ini semakin besar ketika mitra binaan dapat menghasilkan produk olahan ikan yang berkualitas dan berdaya jual tinggi dan dapat membuka akses pasar di dalam maupun luar negeri, sehingga tujuan program yang berkeberlanjutan dapat tercapai.

"Dengan bertambahnya pengetahuan dan wawasan pengembangan usaha, diharapkan mitra binaan Indonesia Re dapat berkembang pesat dan membantu mendongkrak perekonomian Indonesia.," ujar Robbi dalam keterangan tertulis, Jumat (22/9/2023).

Lebih lanjut Robbi mengatakan bahwa dalam pelatihan ini para mitra binaan diberikan pengetahuan mulai dari proses produksi hingga branding serta pemanfaatan media sosial yang akan menjadi faktor pendukung yang penting dalam meningkatkan pemasaran produk di market, terlebih lagi di era digitalisasi seperti sekarang ini.

"Kami berharap seluruh materi pembinaan yang diberikan dapat menjadi bekal pengetahuan bagi mitra dalam upaya pengembangan usaha," tutup Robbi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya