KPPI Selidiki Lonjakan Impor Tenun Benang Artifisial

KPPI mengundang semua pihak yang berkepentingan untuk mendaftarkan diri selambat-lambatnya 15 hari sejak dimulainya penyelidikan.

oleh Arief Rahman HArief Aszhari diperbarui 28 Okt 2023, 15:20 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2023, 15:20 WIB
Ilustrasi kain tenun
Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) memulai penyelidikan tindakan pengamanan perdagangan (safeguard measures) terhadap lonjakan impor kain tenunan dari benang filamen artifisial. Ilustrasi kain tenun. (Photo created by rawpixel.com on www.freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta - Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) memulai penyelidikan tindakan pengamanan perdagangan (safeguard measures) terhadap lonjakan impor kain tenunan dari benang filamen artifisial. Penyelidikan dilakukan karena adanya ancaman kerugian industri dalam negeri. 

Impor impor kain tenunan dari benang filamen artifisial yang diselidiki mencakup tiga nomor Harmonized System (HS) 8 digit, yaitu 5408.21.00, 5408.31.00, dan 5408.33.00 berdasarkan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2022.

Plt. Ketua KPPI Nugraheni Prasetya Hastuti mengungkapkan, pihaknya telah menerima permohonan resmi dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) yang mewakili industri dalam negeri penghasil kain tenunan dari benang filamen artifisial untuk melakukan penyelidikan safeguard measures.

"Dari bukti awal permohonan yang diajukan, KPPI menemukan adanya lonjakan jumlah impor kain tenunan dari benang filamen artifisial dan indikasi awal mengenai kerugian serius atau ancaman kerugian serius yang dialami industri dalam negeri akibat lonjakan impor tersebut," ujar Nugraheni dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (28/10/2023).

Kerugian serius atau ancaman kerugian serius tersebut terlihat dari beberapa indikator kinerja industri dalam negeri pada 2020—2022. Indikator ini antara lain penurunan keuntungan secara terus-menerus yang diakibatkan oleh turunnya volume produksi, penjualan domestik, kapasitas terpakai, keuntungan, berkurangnya jumlah tenaga kerja, meningkatnya persediaan, serta menurunnya pangsa pasar pemohon di pasar domestik.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam tiga tahun terakhir (2020—2022), terjadi peningkatan jumlah impor kain tenunan dari benang filamen artifisial dengan tren sebesar 1.448,32 persen. Pada 2022, volume impor produk ini tercatat sebesar 75.543 ton, naik 400,33 persen dari 2021 yang tercatat sebesar 15.099 ton.

Sebelumnya, volume impor pada 2021 tersebut naik sebesar 4.691,43 persen dari 2020 yang tercatat sebesar 315 ton. Negara utama asal impor Indonesia untuk produk ini didominasi Tiongkok dengan pangsa mencapai 99,26 persen, sementara negara lainnya sebesar 0,74 persen.

KPPI mengundang semua pihak yang berkepentingan untuk mendaftarkan diri selambat-lambatnya 15 hari sejak dimulainya penyelidikan.

7 September Hari Tenun Nasional, Ini Sejarah Tenun di Indonesia

1. Desa Tenun Sukarara, Lombok
Penenun di Desa Sukarara (foto: tiket.com.dok)

 Hari Tenun Nasional diperingati pada 7 September setiap tahun. Tradisi tenun dapat ditemui di berbagai daerah di tanah air.

Meski begitu, sebagian besar tradisi ini mulai menghilang karena tidak dilestarikan. Hal ini menjadi latar belakang penetapan Hari Tenun Nasional pada 7 September.

Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, tenun berasal dari kebudayaan zaman prasejarah yang terus berkembang. Di Indonesia, kepandaian bertenun sudah dikenal sejak beberapa abad sebelum masehi.

Sebelum ada kebudayaan bertenun, masyarakat telah mengenal terlebih dahulu proses pembuatan anyaman dari daun atau serat kayu. Keterampilan ini menuntun mereka untuk mempelajari kerajinan tenun.

Seiring berjalannya waktu, pengetahuan bertenun diterima dan berkembang di Indonesia. Perkembangan ini mengarah pada peningkatan mutu, keindahan tata warna, serta motif hiasan.

Penyebaran keterampilan bertenun pun merata ke seluruh wilayah Indonesia. Motif yang terinspirasi berasal dari latar belakang budaya dan lingkungan daerah masing-masing.

Hal ini memperlihatkan variasi yang sangat kaya dan indah. Selain jenis kain yang dipakai, setiap daerah pun memiliki teknik, ragam hias, hingga warna wastra yang bermacam-macam.

 

Tenun Tertua

Memajukan Produk UMKM Lokal Melalui Cultural Fair
Pengunjung mengamati kain tenun saat Festival UMKM di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Sabtu (19/8/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dulu, banyak motif kain tenun dikaitkan dengan aspek keagamaan dan upacara adat, seperti ritual kelahiran, perkawinan, dan kematian. Namun sekarang, kain tenun tidak hanya digunakan sebagai busana atau pelengkap upacara adat, namun juga telah digunakan untuk interior.

Salah satu tenun tertua yang berkembang di Indonesia adalah tenun sekomandi. Tenun sekomandi merupakan warisan leluhur masyarakat Kalumpang-Mamuju di Sulawesi Barat.

Tenun jenis ini juga salah satu tenun tertua di dunia dengan rentang usia lebih dari 480 tahun. Nama tenun ini terdiri dari dua kata yaitu "seko" yang artinya persaudaraan atau kekeluargaan, serta "mandi" yang artinya kuat atau erat.

Secara garis besar, tenun sekomandi bermakna ikatan persaudaraan yang kuat. Setiap corak dan warna benang dari tenun sekomandi mengandung makna spiritual.

Proses pembuatan tenun sekomandi juga cukup unik dan memakan waktu yang lama hingga berbulan-bulan. Tenun ini terbuat dari kulit kayu yang ditumbuk, lalu diolah untuk dipintal.

Bahan itu lalu ditambah pewarna alami, salah satunya cabai yang dicampur dengan pewarna lainnya. Warna tenun sekomandi sebagian besar terdiri dari warna cokelat merah dan krem, dengan didasari warna hitam.

Infografis Penyebaran Tenun Nusantara
Infografis Penyebaran Tenun Nusantara. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya